Kampus dan Pemda Siasati Kekurangan dalam Hadapi Wabah
Sejumlah pihak bergerak untuk mengatasi kelangkaan berbagai barang yang dibutuhkan dalam penanganan pandemi Covid-19. Caranya dengan memproduksi sendiri atau memanfaatkan barang-barang lain yang dapat berfungsi sama.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Sejumlah pihak bergerak untuk mengatasi berbagai kelangkaan barang yang dibutuhkan dalam penanganan pandemi Covid-19. Caranya adalah dengan memproduksi sendiri atau memanfaatkan barang-barang lain yang dapat berfungsi sama sebagai alternatif.
Untuk mengatasi kelangkaan pembersih tangan (hand sanitizer)di pasaran, misalnya, Rektor Universitas Muhammadiyah Magelang (UMM) Suliswiyadi mengatakan, pihaknya berupaya berinovasi membuat sendiri produk itu. Nantinya, produk itu akan dibagikan gratis kepada masyarakat.
Namun, sejak proses uji coba hingga pembuatan, mereka mengalami kesulitan mendapatkan botol untuk mengemas gel tersebut. Mereka pun memperluas pencarian hingga ke toko perlengkapan dan oleh-oleh haji. ”Kami terpikir bisa mencari di toko oleh-oleh haji karena di sana biasanya tersedia botol kecil untuk oleh-oleh air zamzam,” ujar Suliswiyadi, Jumat (20/3/2020).
Di sisi lain, produksi hand sanitizer juga terkendala bahan baku alkohol yang saat ini mulai sulit dicari. Kendala ini cukup menyulitkan karena alkohol merupakan bahan baku utama untuk pembuatan hand sanitizer.
Kendati demikian, Suliswiyadi mengatakan, pihaknya masih akan terus berupaya memproduksi hand sanitizer. Pada tahap awal produksi, Jumat, mereka sudah membuat dan membagikan 325 botol hand sanitizer ke Kantor Kecamatan Mertoyudan dan Kepolisian Sektor Mertoyudan, Kabupaten Magelang. Satu botol berkapasitas 60 mililiter.
Camat Mertoyudan Bambang Hermanto mengatakan, sekitar sebulan terakhir, masyarakat di 12 desa dan satu kelurahan di Kecamatan Mertoyudan mengeluh kesulitan mendapatkan hand sanitizer. Karena itu, kantor kecamatan dan kantor desa/kelurahan di Kecamatan Mertoyudan kini hanya menyediakan tempat cuci tangan untuk membersihkan tangan.
Sementara itu, berbagai strategi lain juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan alat pelindung diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani kasus Covid-19. Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Esti Dwi Utami mengatakan, kekurangan APD terjadi di rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung.
Karena itu, pihaknya berinisiatif memberikan 30 APD berupa baju pelindung milik dinas peternakan dan perikanan yang biasa digunakan untuk penanganan flu burung. ”Karena baju itu menutupi seluruh tubuh dan fungsinya juga untuk menangani penyakit yang muncul dari virus, kami menilai APD tersebut bisa digunakan untuk tenaga medis yang menangani kasus Covid-19,” ujarnya.
Dari 30 baju, sebanyak 21 baju telah diserahkan kepada dinas kesehatan, 5 baju diserahkan kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), dan empat baju diserahkan kepada Palang Merah Indonesia. Baju itu menutupi sekujur tubuh kecuali bagian mata.
Baju tersebut biasanya dipakai petugas dinas peternakan dan perikanan dalam tugas pemusnahan unggas yang sudah positif terinfeksi flu burung. APD tersebut adalah barang baru yang hanya bisa digunakan untuk satu kali pemakaian.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Temanggung Suparjo mengeluhkan tidak lagi memiliki APD berupa jas medis untuk penanganan Covid-19. Selain mengajukan permintaan bantuan kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, pihaknya berupaya mengatasi kondisi tersebut dengan merencanakan memakai jas petugas penyemprot hama pertanian sebagai alternatif.
”Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Temanggung. Pihak dinas menginformasikan ada delapan jas penyemprot hama pertanian,” ujar Suparjo.