Keheningan Warga Solo dan Presiden Joko Widodo Mengantar Kepergian Bu Noto
Masyarakat Solo sangat kehilangan Bu Noto, sapaan akrab ibunda Presiden Joko Widodo, Ny Sudjiatmi Notomihardjo, yang sudah menjadi sosok ibu bagi warga Solo.
Oleh
ERWIN EDHI PRASETYA
·5 menit baca
Kabar duka itu datang mendadak saat dunia tengah dilanda pandemi Covid-19 dan Kota Solo, Jawa Tengah, sedang dalam status kejadian luar biasa Covid-19. Ibunda Presiden Joko Widodo, Ny Sudjiatmi Notomihardjo, meninggal dunia setelah empat tahun berjuang melawan kanker di RS DKT Slamet Riyadi, Solo, Jateng, Rabu (16/3/2020) sore.
Masyarakat Solo sangat kehilangan Bu Noto, sapaan akrab Ny Sudjiatmi Notomihardjo, yang sudah menjadi sosok ibu bagi warga Solo. Almarhumah merupakan figur ibu yang mengayomi dan selalu menghargai seluruh warga Solo tanpa sekat apa pun.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Rabu (25/3/2020) malam, telah menyampaikan pesan agar masyarakat mendoakan kepergian Ny Sudjiatmi dari rumah masing-masing. Warga tidak perlu datang melayat ke rumah duka. Ini, menurut Ganjar, merupakan pesan langsung dari pihak keluarga Ny Sudjiatmi.
”Saya diminta menyampaikan kepada masyarakat, terima kasih atas ucapan belasungkawa, terima kasih atas doa semuanya. Keluarga berharap besok kalau bisa mendoakan dari rumah masing-masing agar tidak terjadi kerumunan. Keluarga akan sangat bahagia, sangat senang, dan sangat menghormati jika semua warga masyarakat bisa mendoakan dari rumah. Doa dari rumah menurut keluarga sangat cukup sekali, dan keluarga tahu betul apa yang dirasakan masyarakat,” katanya, Rabu (25/3/2020) malam.
Ujung Jalan Pleret Raya, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Solo, tampak dijaga oleh aparat keamanan, Kamis (26/3/2020). Jalan menuju rumah duka Ny Sudjiatmi pun sudah ditutup sejak Rabu malam. Ada dua kali pemeriksaan keamanan bagi keluarga dan kerabat dekat yang melayat.
Setiap pelayat wajib mengenakan masker menutupi hidung dan mulut. Beberapa petugas menyediakan cairan antiseptik pembersih tangan bagi pelayat.
Sebelum menjalani prosedur standar penggeledahan barang bawaan dan melewati pintu pemeriksaan keamanan, pelayat diwajibkan memasuki bilik disinfektan. Satu per satu pelayat disemprot cairan disinfektan untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Petugas kemudian membagikan tas kecil berisi antara lain masker, cairan antiseptik pembersih tangan, minuman kemasan, dan makanan ringan kepada pelayat.
Kursi-kursi bagi pelayat ditata dalam jarak tertentu untuk memenuhi pembatasan sosial di depan rumah duka di Jalan Pleret Raya dan area lain. Tidak banyak pelayat yang datang ke rumah duka. Hal ini karena sejak awal pemerintah daerah, mewakili keluarga, sudah mengimbau warga tidak perlu datang ke rumah duka sesuai praksis pembatasan sosial berkait wabah Covid-19.
Dipatuhi
Sebagai kota yang pertama kali menetapkan karantina mandiri karena wabah Covid-19, Wali Kota Solo FX Hadi Rudyatmo juga mengimbau warga Solo mendoakan Ny Sudjiatmi dari rumah masing-masing. Warga tidak perlu datang ke rumah duka untuk menghindari kerumunan orang. Hal itu juga sesuai permintaan Presiden Joko Widodo demi kesehatan warga.
Pesan Ganjar dan Rudyatmo, yang meneruskan permintaan Presiden Joko Widodo, pun dipatuhi warga. Di ujung jalan masuk Pleret Raya tidak tampak ada kerumunan warga yang ingin melayat. Sebagian warga menyampaikan ucapan dukacita dengan mengirim rangkaian bunga. Papan-papan bunga ucapan dukacita pun berjejer rapi di sepanjang Jalan Letnan Jenderal Suprapto, Solo.
Seperti halnya warga, para menteri juga tidak banyak yang melayat ke rumah duka. Ada Menteri BUMN Erick Tohir, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, serta beberapa menteri lain yang melayat.
Seusai shalat Dzuhur, jenazah ibunda Presiden Jokowi dishalatkan di Masjid Baiturrachman yang berjarak sekitar 100 meter dari rumah duka. Presiden Jokowi berjalan paling depan, sedangkan peti jenazah diangkat Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres). Setelah kembali ke rumah duka, dilanjutkan rangkaian proses pelepasan jenazah ke pemakaman.
Mewakili pihak keluarga, Miyono Suryo Sardjono, kakak Ny Sudjiatmi, menyampaikan, sang adik meninggal pada Rabu pukul 16.45 di Rumah Sakit DKT, Solo, karena penyakit yang sudah lama diderita.
”Selama menderita sakit berat, almarhumah dan kami semua keluarga dan didukung para dokter telah berusaha secara maksimal, telah berikhtiar dalam pengobatan. Namun, Allah berkehendak lain. Atas nama keluarga almarhumah, kami memohonkan maaf atas segala kesalahan di masa hidupnya dan memohonkan doa semoga segala dosa almarhumah diampuni Allah SWT, diberikan tempat beristirahat yang terbaik di sisi-Nya,” tuturnya.
Sebelum dimakamkan ke tempat pemakaman keluarga di Dusun Mundu, Desa Selokaton, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, anggota keluarga, termasuk Presiden Joko Widodo, menjalani tradisi brobosan kemudian mengantarkan ke pemakaman. Ny Sudjiatmi meninggalkan empat putra dan putri serta empat menantu, sembilan cucu, dan tiga cicit.
Peduli masyarakat bawah
Rudyatmo mengatakan, masyarakat Solo sangat kehilangan Bu Noto. Almarhumah tetap terbuka dengan warga Solo meskipun putra sulungnya merupakan Presiden ke-7 RI.
”Yang paling utama adalah njawani. Jadi, beliau dengan siapa pun tidak pernah melihat dan memandang suku, agama, derajat, pangkat. Karena itu, dengan kepergian Ibu Sudjiatmi Notomihardjo, rakyat Solo merasa kehilangan. Sebab, beliau adalah seorang ibu yang patut menjadi teladan bagi ibu-ibu yang lain ataupun keluarga yang lain karena dalam mengasuh membina dan membimbing putra-putrinya semuanya bisa berhasil,” ujarnya.
Rudy secara pribadi mengaku sangat terkesan dengan figur Ny Sudjiatmi. Meskipun sebagai orangtua, Bu Noto ketika bertemu selalu berbicara dengan bahasa Jawa halus. Rudy mengaku tidak akan lupa dengan nasihat yang diberikan kepada dirinya dan kepada Presiden Joko Widodo saat berduet memimpin Solo.
”Pesan yang beliau sampaikan kepada saya ketika saya bertemu, berjabat tangan, dan mencium tangan beliau adalah bekerja yang rukun, tidak usah berebut jabatan, tidak usah berebut pekerjaan, apalagi berebut uang. Pelayanan kepada masyarakat yang tulus dan ikhlas. Itu pesan beliau yang selalu saya ingat,” katanya.
Pesan-pesan Bu Noto tersebut dipegang teguh dan dijalani hingga saat ini. Rudy mengaku memiliki pandangan yang sama dengan Joko Widodo bahwa menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo bukan tempat untuk mencari pekerjaan, jabatan, dan duit, tetapi tempat untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
”Pesan-pesan itu yang kami berdua, selama hampir 10 tahun saya mendampingi beliau (Joko Widodo), terapkan. Sampai hari ini pun saya lakukan. Beliau (Joko Widodo) juga menerapkan sampai hari ini dan selalu peduli kepada masyarakat paling bawah,” ujarnya