Penyaluran Bantuan Ekonomi di Maluku Ditargetkan Pekan Depan
Pemerintah Provinsi Maluku didesak segera menyalurkan bantuan bagi masyarakat kecil yang ekonominya terdampak pembatasan sosial selama pandemi Covid-19. Pemberian bantuan bakal meringankan beban warga.
Oleh
FRANS PATI HERIN
·4 menit baca
AMBON, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Maluku menargetkan pemberian bantuan bagi warga kecil yang ekonominya terdampak pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19, selambatnya pekan depan. Pemberian bantuan diharapkan meringankan beban ekonomi masyarakat yang kehilangan mata pencarian.
Sekretaris Daerah Provinsi Maluku Kasrul Selang, dalam keterangan pers di Ambon, Rabu (8/4/2020), mengatakan, Gubernur Maluku Murad Ismail telah memimpin rapat bersama semua kepala daerah di 11 kabupaten/kota pada Rabu petang. Rapat melalui video konferensi itu membahas sejumlah langkah untuk mengatasi masalah ekonomi.
Pemerintah provinsi memutuskan menalangi 20 persen bantuan, selebihnya menjadi tanggung jawab kabupaten/kota. Salah satu langkah yang diusulkan adalah bantuan berupa bahan kebutuhan pokok. Di Kabupaten Kepulauan Aru sudah disiapkan paket bahan pokok, sedangkan daerah lain masih dikaji.
Sasaran penerima bantuan adalah kelompok yang berada di bawah garis kemiskinan dan 40 persen kalangan menengah yang juga terpukul. Pendataan penerima bantuan akan dilakukan setiap rukun tetangga.
Kendati disadari bahwa kondisi ekonomi semakin memburuk, Kasrul belum memastikan kapan pelaksanaan aksi tersebut. Namun, ia menargetkan selambatnya pekan depan sudah bisa dieksekusi di tiap-tiap kabupaten/kota.
”Satu minggu sebelum bulan Ramadhan,” ujarnya. Awal Ramadhan 1441 Hijriah diperkirakan jatuh pada 20 April mendatang.
Pemberian bantuan akan dilakukan sebanyak tiga tahap dan terus dievaluasi. Jika pandemi Covid-19 belum juga reda, terbuka peluang untuk diperpanjang.
Menurut rencana, pemberian bantuan akan dilakukan sebanyak tiga tahap dan terus dievaluasi. Jika pandemi Covid-19 belum juga reda, terbuka peluang untuk diperpanjang.
Pemerintah Provinsi Maluku juga memastikan kebutuhan pangan tercukupi. Stok beras di sejumlah gudang Bulog ataupun pasar di Maluku cukup untuk kebutuhan selama dua bulan ke depan.
Sebagaimana diberitakan Kompas, kalangan ekonomi lemah di Kota Ambon, Maluku, seperti buruh serabutan, pekerja upah harian, tukang ojek, pengemudi becak, pedagang kaki lima, dan sopir angkutan kota, terpukul akibat kebijakan pembatasan sosial. Mereka mengeluh kehilangan pendapatan.
Ada yang tetap bekerja, tetapi banyak pula yang berhenti bekerja dan memilih pulang kampung. Bertahan di kota bakal membuat mereka kehabisan bahan makanan.
Buce (34), sopir angkutan kota di Ambon, mengatakan, dirinya memutuskan berhenti bekerja lantaran penghasilan dalam satu hari jauh di bawah biaya operasional. ”Isi bahan bakar Rp 100.000, sedangkan pendapatan hanya bisa dapat Rp 70.000,” ujarnya.
Buce (34), sopir angkot, telah mengembalikan mobil kepada juragan dan memutuskan pulang kampung ke Pulau Seram. Jika bertahan, ia akan kekurangan makanan karena tak ada uang untuk membeli beras.
Sebelumnya, ia bisa meraup penghasilan hingga Rp 300.000 per hari. Penumpang angkutan kini berkurang setelah orang-orang memilih tinggal di rumah demi mencegah penyebaran virus korona.
Ia telah mengembalikan mobil kepada juragan dan memutuskan pulang kampung ke Pulau Seram. Jika bertahan, ia akan kekurangan makanan karena tidak ada lagi uang untuk membeli beras. Itu belum ditambah dengan beban membayar sewa indekos Rp 500.000 per bulan.
”Pulang kampung supaya bisa makan ubi atau pisang dari kebun orangtua,” katanya seraya menambahkan, banyak teman sopir bernasib sama dengannya.
La Amin (50), pengemudi becak di Ambon, juga mengeluhkan kurangnya penghasilan. Pada kondisi normal, ia bisa mendapatkan hingga Rp 150.000 per hari, tetapi kini tidak lebih dari Rp 40.000. Bahkan, ada hari saat ia tidak mendapatkan penumpang.
”Sekarang ini ada isu bahwa becak itu kotor dan banyak virus. Itu yang membuat penumpang lari,” katanya.
Warga asal Buton, Sulawesi Tenggara, itu tidak punya pilihan lain. Ia terus mencari penumpang demi memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sewa indekos Rp 500.000 per bulan. Ia terpaksa menekan pengeluarannya. Dalam satu hari, ia hanya makan dua kali, yakni siang dan malam. Menu makan berupa nasi dan tempe atau tahu. Untuk sarapan, ia minum teh saja. Ia sendiri tinggal di indekos.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku Meikhyal Pontoh mengatakan, pasien positif Covid-19 di Maluku kini tiga orang. Kasus pertama merupakan warga Bekasi, Jawa Barat, sudah sembuh. Kasus kedua warga Ambon yang melakukan perjalanan dari Makassar, Sulawesi Selatan, dalam perawatan dan kondisinya membaik. Kasus terakhir, warga Maluku Tengah yang melakukan perjalanan dari Kendari, Sulawesi Tenggara, juga kondisinya stabil.
Pontoh mengatakan, pemeriksaan swab pasien kini semakin mudah karena sudah bisa dilakukan di Ambon. Pemeriksaan baru dilakukan pada Rabu. Sebanyak 32 orang diperiksa. Hasil pemeriksaan sudah bisa diperoleh paling lambat tiga hari.
Hingga Rabu malam, total pasien dalam pengawasan di Maluku 17 orang dan orang dalam pemantauan 158 jiwa.