Ratusan warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, dan sejumlah daerah lain yang sebelumnya menumpang KM Lambelu terus dipantau tim kesehatan setempat.
Oleh
saiful rijal yunus
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Ratusan warga Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, dan sejumlah daerah lain yang sebelumnya menumpang KM Lambelu terus dipantau tim kesehatan setempat. Meski demikian, keterbatasan alat pemeriksaan Covid-19 menjadi hambatan pemantauan tersebut.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Baubau Roni Muchtar, Rabu (8/4/2020), menuturkan, pengawasan kesehatan terus dilakukan terhadap ratusan penumpang yang datang menggunakan KM Lambelu pada Senin (6/4/2020). Tim kesehatan melakukan pemantauan kondisi warga sekaligus memberi pengarahan untuk terus melakukan isolasi mandiri.
”Koordinasi khusus kami lakukan bersama tim kesehatan, yang juga didukung dari personel keamanan. Pemantauan juga terus dilakukan. Sampai hari ini belum ditemukan mantan penumpang kapal yang memiliki gejala Covid-19 di Baubau,” tutur Roni saat dihubungi dari Kendari.
Untuk penumpang yang berasal dari luar Baubau, Roni melanjutkan, data penumpang telah dikirimkan ke daerah masing-masing. Dengan begitu, pemantauan diharapkan bisa dilakukan di daerah terkait.
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah total penumpang KM Lambelu yang turun di Pelabuhan Murhum Baubau 716 orang. Penumpang paling banyak berasal dari Baubau dengan jumlah 206 orang, selanjutnya Buton Tengah (110 orang), Wakatobi (78 orang), Buton (72 orang), Muna (52 orang), dan beberapa daerah lain di Sultra.
KM Lambelu yang berangkat dari Nunukan, Kalimantan Utara, sebelumnya diketahui memuat empat penumpang yang teridentifikasi positif Covid-19. Pihak operator kapal telah melakukan protokol keamanan sebelum berangkat kembali. Akan tetapi, kekhawatiran muncul di Baubau.
Pemeriksaan suhu tubuh dilakukan terhadap 716 penumpang yang turun. Akan tetapi, tidak dilakukan tes cepat (rapid test) terhadap mereka. Menurut Roni, tes cepat tidak dilakukan karena tidak ditemukan penumpang dengan gejala Covid-19. Tes cepat diprioritaskan bagi orang yang sakit, riwayat kontak dengan orang yang positif, atau baru tiba dari daerah terjangkit.
”Salah satu kendala karena alat tes yang ada pada kami terbatas. Kemarin hanya dapat 50. Kami pakai beberapa untuk tes orang dengan gejala. Yang tersisa sekarang tinggal 45, tentu untuk tes semua penumpang tidak akan cukup. Kami telah minta tambahan, tetapi belum ada yang dikirimkan,” ucap Roni.
Juru bicara Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Muna, La Wahid, menuturkan, pihaknya terus memantau kondisi penumpang KM Lambelu yang telah tiba di Muna. Akan tetapi, prioritas dilakukan ke penumpang apabila memiliki gejala penyakit. Sejauh ini, tambah Wahid, belum ditemukan adanya penumpang KM Lambelu yang sakit.
Meski tidak ada kasus dari penumpang KM Lambelu, Wahid melanjutkan, lima warga terdeteksi positif Covid-19 dari hasil uji cepat. Lima warga ini diarahkan untuk isolasi mandiri di rumah masing-masing. Mereka dilaporkan dalam kondisi baik.
”Semuanya dalam kondisi baik dan sehat. Mereka bukan penumpang KM Lambelu, tetapi dari berbagai riwayat kontak. Kami tidak melakukan perawatan karena masih menunggu uji laboratorium terhadap dahak (swab) warga ini,” kata Wahid.
Di satu sisi, tutur Wahid, sampel dahak warga yang teridentifikasi positif Covid-19 melalui tes cepat belum diambil. Sebab, tidak ada tenaga kesehatan dan alat memadai di wilayah ini. ”Tidak ada tenaga kesehatan yang terlatih dan alatnya juga tidak ada. Jadi, harus menunggu tim dari Kendari dulu yang akan datang segera, baru sampel diambil dan dikirim ke Makassar atau Jakarta,” ucapnya.