Transmisi Lokal di Nusa Tenggara Barat Sudah Berlangsung
Transmisi lokal penyebaran Covid-19 di NTB sudah berlangsung. Hal itu bisa dilihat dari terkonfirmasinya pasien positif, tetapi tidak ada riwayat bepergian ke daerah terjangkit dan berkontak dengan pasien positif.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Transmisi lokal penyebaran Covid-19 di Nusa Tenggara Barat sudah berlangsung. Hal itu terlihat dari terkonfirmasinya pasien positif, tetapi tidak ada riwayat bepergian ke daerah terjangkit dan berkontak dengan pasien positif, misalnya anak balita berusia dua tahun berinisial HW asal Gunung Sari, Lombok Barat.
HW terkonfirmasi positif pada Sabtu (11/4/2020) sore bersama tujuh pasien positif lainnya. HW saat ini dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Ia dirawat bersama ibunya yang masih menunggu hasil pemeriksaan swab. Mereka dalam kondisi baik.
Terkait konfirmasi positif terhadap HW, anggota Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB yang juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Nurhandini Eka Dewi mengingatkan bahwa di NTB, khususnya Lombok, transmisi lokal Covid-19 sudah berlangsung. ”Artinya, bisa saja ada carrier atau orang yang membawa virus di sekitarnya (balita) tanpa gejala,” kata Nurhandini.
Nurhandini mengatakan, dalam kondisi pagebluk (pandemi) seperti saat ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia meminta semua pasien anak dengan pneumonia berat di daerah dengan transmisi lokal dan dirawat di rumah sakit diperlakukan sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) dan menjalani pemeriksaan sampel swab (usapan). HW yang dirawat sejak 3 April lalu juga berada dalam keadaan pneumonia dan anemia.
Menurut Nurhandini, pertimbangannya ialah anak-anak menjadi kelompok yang rentan dan dalam keadaan sakit berat mudah terinfeksi virus korona baru penyebab Covid-19. ”Jadi, risiko anak tertular secara epidemiologis menjadi dasar pemeriksaan ini. Namun, jangan dibalik. Bukan berarti semua pasien pneumonia berat rentan tertular Covid-19. Bisa jadi, Covid-19 menjadi penyebab pneumonia pada pasien,” katanya.
Sejauh ini, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 masih menelusuri riwayat kontak HW baik orangtua, tetangga, maupun lingkungan yang pernah bersentuhan dengannya.
Selain membutuhkan waktu, menurut Koordinator Kehumasan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB yang juga Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik NTB I Gede Putu Aryadi, diperlukan kejujuran dari orangtua untuk memberikan data atau informasi sehingga cepat teridentifikasi sumbernya.
Selain HW yang bisa terpapar oleh carrier tanpa gejala, sejumlah kasus positif menunjukkan transmisi lokal seperti pasien ke-14 yang menularkan ke pasien ke-16 serta pasien ke-18 yang menularkan ke pasien ke-23 dan ke-24. Adapun pasien ke-14 dan ke-16 yang berasal dari Mataram tertular pasien ke-4 yang memiliki riwayat mengikuti kegiatan di Bogor.
Distribusi APD
Selain menelusuri riwayat kontak pasien positif, upaya pencegahan penyebaran Covid-19 dilakukan dengan memperketat pengawasan pintu masuk baik di Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid maupun pelabuhan.
Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi mengatakan, pengawasan dilakukan lewat kerja sama dengan TNI-Polri, kantor kesehatan pelabuhan dan pemerintah kabupaten/kota, dinas perhubungan, serta dinas kesehatan.
Dukungan terhadap tenaga medis dengan memberikan alat pelindung diri (APD) juga dilakukan. Menurut Gita, Gugus Tugas Provinsi NTB telah menerima 10.000 APD dan 5.000 masker bedah dari Gugus Tugas Pusat. ”APD akan diprioritaskan bagi tenaga medis di pusat kesehatan masyarakat se-NTB untuk mempercepat penjangkauan orang dengan risiko dan orang dalam pengawasan di tingkat desa,” kata Gita.
Menurut Gita, distribusi APD untuk tenaga medis di puskesmas sekaligus untuk mengantisipasi kepulangan sedikitnya 2.000 pekerja migran Indonesia (PMI) asal NTB dalam kurun waktu satu-dua bulan mendatang. Sebelumnya, sejak awal Maret 2020, 7.000 PMI sudah pulang ke NTB.