Hadapi Pandemi Covid-19, Jabar Dorong Swasembada Alat Pelindung Medis
Produsen alat penunjang medis di Jawa Barat diminta untuk menggenjot produksi di saat pandemi Covid-19. Peningkatan produksi tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Produsen alat penunjang medis di Jawa Barat diminta menggenjot produksi di saat pandemi Covid-19. Peningkatan produksi tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri.
Hal itu disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam kunjungannya di PT Multi One Plus di Kabupaten Bogor, Rabu (15/4/2020). Dia menyatakan, peralatan penunjang medis perlu diproduksi secara swasembada.
Karena itu, dia meminta para produsen, termasuk PT Multi One Plus, untuk meningkatkan produksinya. Perusahaan ini memproduksi beberapa kebutuhan medis seperti alat pelindung diri (APD), masker bedah, dan pakaian dekontaminasi (hazmat).
Khusus untuk masker, Kamil meminta perusahaan untuk meningkatkan produksi karena belum mampu memenuhi kebutuhan di Jabar. Pasalnya, total produksi sekarang berjumlah 250.000 masker medis, habis untuk institusi kenegaraan, termasuk pemerintah daerah. Dia berharap, dengan peningkatan produksi masker dan lainnya, kebutuhan sebagian perlengkapan medis di Jabar bisa diproduksi tanpa bergantung pihak lain.
”Janjinya, akhir April dinaikkan menjadi 1 juta lembar. Mudah-mudahan 2-4 bulan ke depan, kebutuhan APD di Kabupaten Bogor, Jabar, bahkan Indonesia tercukupi. Semua datang dari industri industri yang ada di sini. Hal ini tentu menenangkan karena kebutuhan ini bisa dipenuhi swasembada,” ujar Kamil.
Di samping itu, Kamil memastikan Pemprov Jabar akan mengirimkan masker N95 sesuai dengan kebutuhan medis. Permintaan tersebut, tuturnya, bisa diajukan melalui aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar.
”Ini memang khusus untuk mereka yang menangani pasien langsung,” tuturnya.
Tidak hanya alat penunjang medis, peralatan tes juga disiapkan untuk memetakan persebaran Covid-19 di Jabar. Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat Berli Hamdani Gelung Sakti menjelaskan, gubernur menargetkan 300.000 tes uji cepat dilaksanakan di Jabar atau 30 persen dari target nasional. Pemda Provinsi Jabar telah mendistribusikan sekitar 70.000 alat uji cepat ke 27 kabupaten/kota.
Berli menjamin, pihaknya tidak akan kekurangan alat uji cepat karena menerima banyak sumbangan dari komunitas, badan usaha milik negara (BUMN) dan pihak swasta. Khusus untuk Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek), rangkaian pengetesan dengan metode RDT masih dilaksanakan.
”Untuk PSBB Bodebek, tes uji cepat masif akan tetap dilanjutkan, bahkan mungkin dengan ekskalasi yang lebih besar. Kami akan melacak kontak erat Covid-19, segera diobati dan dirawat sebelum menunjukkan gejala membahayakan,” ujar Berli. Dia berharap, tindakan tersebut akan menekan jumlah kematian dan meningkatkan angka kesembuhan.
Untuk PSBB Bodebek, tes uji cepat masif akan tetap dilanjutkan, bahkan mungkin dengan ekskalasi yang lebih besar. Kami akan melacak kontak erat Covid-19, segera diobati dan dirawat sebelum menunjukkan gejala membahayakan
Menurut Berli, Jabar menyerahkan sepenuhnya teknis pelaksanaan tes uji cepat masif kepada pemda di kawasan Bodebek, baik menggunakan sistem kunjungan (drive through) maupun dilakukan di puskesmas.
”Yang pasti, target sasaran tidak berubah, yakni keluarga, orang dalam pemantauan, tenaga medis, serta kalangan yang profesinya rawan. Tekniknya diserahkan ke daerah, Karena terkait sumber daya manusia setempat. Mudah-mudahan sebelum Mei 2020 semua tes uji cepat bisa diselesaikan,” tutur Berli.