9 WNA India Tunjukkan Hasil Reaktif Seusai Tes Cepat di Sleman
Sebanyak 15 warga negara asing asal India menjalani tes cepat Covid-19, di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sembilan orang di antaranya hasilnya reaktif. Riwayat kontak para WNA tersebut dilacak.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Sebanyak 15 warga negara asing asal India mengikut tes cepat atau rapid test Covid-19, di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sembilan orang di antaranya menunjukkan hasil reaktif. Para WNA India itu tinggal di Masjid Jami’ Al-Ittihaad, Desa Caturtunggal, Depok, Sleman, sebulan terakhir .
Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo, mengungkapkan, tes cepat dijalani warga negara asing (WNA) asal India tersebut, Selasa (21/4/2020). Bagi WNA yang menunjukkan hasil reaktif dilanjutkan dengan tes usap di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada (RSA UGM), Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Rabu (22/4/2020).
”Sudah diuji swab, tetapi hasilnya belum jadi. Dari sembilan orang yang reaktif, selanjutnya dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara Hardjolukito sambil menunggu hasil uji swab. Statusnya juga sudah menjadi PDP (pasien dalam pengawasan),” kata Joko, saat dihubungi.
Awalnya, WNA India tersebut datang ke DIY untuk mengikuti sejumlah acara keagamaan. Namun, mereka sudah tidak lagi mendatangi acara keagamaan ketika Covid-19 mulai merebak.
Sementara itu, sebanyak 6 orang WNA asal India lainnya yang juga ikut menjalani tes cepat tersebut menunjukkan hasil nonreaktif. Mereka selanjutnya dikarantina di salah satu tempat yang telah disiapkan Pemkab Sleman, yakni Balai Pemberdayaan Pemerintah Desa Yogyakarta milik Kementerian Dalam Negeri, di Kecamatan Kalasan.
Ketua RW 005, Dusun Kocoran, Desa Caturtunggal, Rochpradejono, mengatakan, tidak ada tanda-tanda khusus selama para WNA India itu tinggal di Masjid Jami\' Al-Ittihaad. Mereka juga tinggal di dalam masjid terus setelah wabah Covid-19 semakin meluas. Mereka semestinya pulang pada 15 Maret 2020. ”Tetapi karena penerbangan menuju India ditutup, tinggal sementara di sini,” ujarnya.
Masjid Jami’ Al-Ittihaad juga ditutup bagi umum mulai Selasa (21/4/2020) sore setelah ada informasi 9 orang WNA asal India menunjukkan hasil reaktif pada tes cepat.
Masjid Jami’ Al-Ittihaad juga ditutup bagi umum mulai Selasa (21/4/2020) sore setelah ada informasi 9 orang WNA asal India menunjukkan hasil reaktif pada tes cepat. Hanya warga sekitar saja yang masih boleh beraktivitas di masjid tersebut.
Selain itu, Dinas Kesehatan Sleman juga sudah melakukan tes cepat kepada 14 orang warga setempat yang diduga pernah kontak dengan WNA asal India tersebut. Hasil dari tes cepat itu menunjukkan, enam orang warga reaktif tes cepat. Keenam orang itu terdiri dari takmir masjid dan warga yang kerap beribadah di masjid tersebut.
“Saat ini, keenam orang itu juga sudah diisolasi di rumah sakit. Selanjutnya, kami akan melakukan tet usap kepada mereka besok (Kamis, 23/4/2020). Empat orang di RS Islam PDHI Kalasan, dua orang lainnya di RSUD Sleman,” kata Joko.
Kepala Kantor Kementerian Agama Wilayah Sleman, Sa’ban Nuroni, mengungkapkan, sebanyak 15 orang WNA asal India itu sudah berada di DIY, sejak Januari 2020. Mereka sempat melakukan acara keagamaan ke sejumlah masjid di wilayah DIY dan sekitarnya sebelum akhirnya dipusatkan di Masjid Jami’ Al-Ittihaad, pada Maret 2020. Alasan pemusatan itu guna menerapkan pembatasan fisik dan sosial mengingat wabah Covid-19 yang mulai meluas.
”Mereka hanya berkunjung ke sejumlah masjid di DIY dan sekitarnya, seperti di Sleman dan Gunung Kidul. Memang di Sleman yang paling banyak. Ada di Pakem, Prambanan, dan Kalasan. Tapi, tepatnya mana saja kami masih menelusuri,” kata Sa’ban.
Kantor Kementerian Agama Wilayah Sleman akan ikut mendata warga atau jamaah dari masjid-masjid yang sempat dikunjungi sejumlah WNA asal India tersebut.
Sa’ban menambahkan, saat ini, pihaknya segera memulai pendataan terhadap warga atau jamaah dari masjid-masjid yang sempat dikunjungi sejumlah WNA asal India tersebut. Pendataan ini dilakukan bersama dengan jejaring dari jamaah Masjid Jami’ Al-Ittihaad. Hal ini bertujuan untuk mengetahui riwayat kontak aktif para WNA tersebut.
”Kami memang mau cari yang aktif di situ. Kemudian, nanti akan mengikuti SOP (standar operasional) yang sudah ditentukan. Kemungkinan akan dilakukan tes cepat juga. Tetapi, kita harus memastikan jamaah yang aktif di situ,” kata Sa’ban.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Sleman sudah berencana mengintensifkan penelusuran kontak melalui tes cepat. Pengadaan alat tes cepat telah diajukan sebanyak 5.000 unit. Sejauh ini, baru sekitar 1.800 unit alat tes tersedia. Alat tes cepat akan diprioritaskan bagi orang dalam pemantauan (ODP), pemudik, maupun pendatang. Selain itu, Dinas Kesehatan Sleman juga sudah memperoleh jatah alat tes cepat sebanyak 1.060 unit dari Dinas Kesehatan DIY.