Warga Baciro, Yogyakarta, memiliki cara tersendiri untuk menunjukkan dukungan kepada tenaga medis. Di mata warga, tenaga medis merupakan pejuang dalam perang melawan pandemi Covid-19.
Oleh
Nino Citra Anugrahanto
·4 menit baca
Sorak-sorai, tepuk tangan, dan spanduk kertas berisikan kata-kata penyemangat. Ketiga hal itu menjadi cara warga Baciro, Yogyakarta, untuk menunjukkan dukungan kepada tenaga medis. Di mata warga, tenaga medis merupakan pejuang dalam perang melawan pandemi Covid-19.
Iring-iringan mobil disertai raungan suara sirene memasuki kompleks Gedung Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Dalam Negeri Regional Yogyakarta di Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Kamis (16/4/2020). Iringan mobil tersebut mengangkut tenaga medis dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta yang baru bertugas menangani pasien Covid-19.
Sekitar 30 warga berjejer dan bersorak-sorai menyambut kedatangan iring-iringan mobil tersebut. Sebagian bertepuk tangan, sebagian lainnya mengangkat-angkat spanduk kertas. Spanduk antara lain bertuliskan ”Pahlawan Covid-19 Kami di Belakangmu”, ”Anda adalah Pahlawanku”, ”Kami Warga Baciro Siap Menerima Pahlawan Covid-19”, ”Selamat Bekerja”, dan ”Anda Tidak Sendiri”.
”Semangat, semangat! Semoga cepat selesai semuanya,” ucap seorang warga. Para tenaga medis dari dalam mobil melambai-lambaikan tangan sembari mengucapkan terima kasih atas sambutan para warga itu. Ide penyambutan tenaga medis muncul dari sejumlah warga dari RW 010, Kelurahan Baciro, Kecamatan Gondokusuman, Kota Yogyakarta. Tempat tinggal mereka berbatasan langsung dengan gedung PPSDM Kementerian Dalam Negeri Regional Yogyakarta.
Gedung itu dipilih Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi tempat tinggal sementara bagi tenaga medis yang mengalami penolakan untuk pulang ke rumah mereka atau yang punya pertimbangan lain untuk tidak pulang ke rumahnya selama pandemi Covid-19. ”Sebagian besar kita sudah tahu bahwa mereka merupakan pahlawan kemanusiaan yang bekerja di garda paling depan. Ada warga dari beberapa daerah lain yang memperlakukan tenaga medis dengan tidak baik.
Kami ingin memberikan warna berbeda dari Yogyakarta,” kata Ketua RW 010, Kelurahan Baciro, Servasius Wue (52), yang akrab disapa Servas. Dukungan yang diberikan warga Baciro diharapkan bisa menginspirasi daerah-daerah lain. Servas tak ingin lagi ada cerita penolakan tenaga medis yang sebenarnya sudah berjuang melawan maut menyembuhkan pasien Covid-19.
Prinsip kami, mereka adalah pahlawan kesehatan bagi seluruh masyarakat.
Menurut rencana, semua warga kampung itu ingin ikut serta dalam penyambutan tersebut. Namun, Servas membatasi peserta hanya sekitar 30 orang. Tujuannya adalah agar pembatasan fisik tetap bias dilakukan saat penyambutan berlangsung. Ketua Kampung Baciro Syarif Hidayat (56) mengatakan, warga kampung juga tidak melontarkan penolakan saat pertama kali mendengar kabar di sekitar tempat tinggal mereka jadi tempat singgah tenaga medis.
Warga justru mencari cara agar bisa memberikan dukungan sehingga tenaga medis itu tetap semangat berjuang menuntaskan tugasnya. ”Kami tidak terlalu risau. Malah kami ingin mendukung dan memberikan semangat. Prinsip kami, mereka adalah pahlawan kesehatan bagi seluruh masyarakat,” ucap Syarif.
Sebanyak delapan tenaga medis mulai menempati PPSDM Kemendagri Regional Yogyakarta, Kamis itu. Mereka terdiri dari dokter dan perawat. Semuanya berasal dari Rumah Sakit Umum Daerah Kota Yogyakarta. Beberapa tenaga medis dari rumah sakit lainnya akan menyusul di kemudian hari.
PPSDM Kemendagri Regional Yogyakarta mempunyai 141 kamar yang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal sementara bagi tenaga medis. Satu kamar digunakan oleh satu tenaga medis. Kebutuhan keseharian mereka selama tinggal di sana akan dipenuhi Pemprov DI Yogyakarta.
Tempat tinggal sementara itu disiapkan menyusul adanya laporan penolakan terhadap tenaga medis di DIY. Bentuk penolakan itu seperti ditolak pulang ke tempat tinggal hingga ditolak saat hendak mencucikan pakaian di binatu. Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X menerima informasi itu setelah bertemu dengan jajaran pimpinan RSUP Dr Sardjito, Senin (6/4).
”Kita tidak perlu berprasangka seperti itu. Karena, pada hakikatnya, seorang dokter atau tenaga medis yang lain, setelah melayani di rumah sakit, sudah membersihkan diri sebelum pulang ke rumah,” ucap Sultan menanggapi adanya penolakan terhadap tenaga medis. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DI Yogyakarta Endang Pamungkasiwi menyampaikan, tidak semua tenaga medis yang menghuni tempat persinggahan itu karena ditolak warga.
Sebagian tenaga medis punya pertimbangan demi mencegah penularan virus. Sebab, mereka tinggal dengan kelompok rentan, seperti anak balita dan lansia. Salah satunya adalah Rika Septihandayani (33). Perawat dari RSUD Kota Yogyakarta itu memutuskan tinggal sementara di gedung yang telah disiapkan Pemprov DI Yogyakarta. Ia ingin melindungi keluarganya dari risiko tertular Covid-19 mengingat pekerjaannya sehari-hari merawat pasien dengan penyakit tersebut.
”Walaupun sudah dengan SOP yang benar-benar bersih, kami tidak tahu apakah kami benar-benar tidak menularkan sehingga kami memilih sementara berada di isolasi seperti ini. Jelas, kami sedih harus berpisah dengan keluarga sementara waktu. Tapi, ini sumpah profesi yang harus kami jalani. Apa pun keadaannya, kami memberikan pelayan terbaik,” tutur Rika dengan air mata yang mengalir.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi terharu saat mengucapkan terima kasih atas dukungan dan sambutan warga Baciro terhadap tenaga medis di tempat tinggal sementara itu. Ia sempat terhenti saat berbicara sambil menahan tangis. Menurut Heroe, tenaga medis perlu diberi dukungan moral agar selalu kuat menghadapi pandemi ini. Segala keterbatasan yang disebabkan oleh pandemi diharapkan tidak menggerogoti persatuan masyarakat.
Sebaliknya, keterbatasan ini hendaknya kian memperkuat sendi kerukunan warga. Situasi krisis yang dihadapi bersama akan lebih mudah diselesaikan. ”Mari kita bersama-sama menjadikan momentum ini untuk saling menjaga, saling mendukung, dan saling menyelamatkan. Kita memberikan penghargaan kepada siapa pun yang berjuang di garis terdepan untuk mengatasi Covid-19,” ucap Heroe.