Di tengah pandemi Covid-19, ketersediaan bahan pokok di Sumatera Utara mencukupi untuk kebutuhan selama bulan Ramadhan. Harga pun masih stabil, kecuali gula pasir yang masih melambung.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Di tengah pandemi Covid-19, ketersediaan bahan pokok di Sumatera Utara mencukupi untuk kebutuhan selama bulan Ramadhan. Pasokan beras, cabai merah, sayuran, daging ayam, dan daging sapi dinyatakan cukup untuk lebih dari satu bulan. Harga pun masih stabil, kecuali gula pasir yang masih melambung hingga Rp 18.000 per kilogram.
”Pasokan beberapa komoditas bahan pokok bahkan masih surplus. Kami menjamin ketersediaan bahan pokok selama bulan Ramadan mencukupi,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sumut Zonny Waldi, Kamis (23/4/2020).
Zonny mengatakan, pasokan beras di Sumut saat ini mencapai 653.000 ton, cukup untuk kebutuhan tiga bulan ke depan. Pasokan cabai merah bahkan mencapai 48.000 ton, jauh melebihi kebutuhan Sumut sekitar 4.300 ton per bulan.
Sementara itu, pasokan daging ayam ras di Sumut mencapai 11.000 ton, melebihi kebutuhan 7.000 ton per bulan; daging sapi sebanyak 1.350 ton dengan kebutuhan 1.128 ton per bulan; telur ayam sebanyak 21.000 ton dengan kebutuhan 8.000 ton per bulan; serta tepung terigu sebanyak 21.000 ton dengan kebutuhan 3.000 ton per bulan.
Sejumlah komoditas surplus cukup besar karena Sumut juga memasok beberapa jenis bahan pokok ke daerah lainnya, seperti cabai merah, ayam ras, dan telur ayam.
Zonny mengatakan, harga bahan pokok di Sumut juga masih stabil, kecuali gula pasir yang kini mencapai Rp 18.000 per kilogram, melampaui harga eceran tertinggi Rp 12.500 per kg. Karena itu, Pemprov Sumut pun segera melakukan operasi pasar dengan memasok satu ton gula pasir ke pasar dengan harga Rp 12.500 per kg.
Jika ada yang menjual gula itu lebih mahal, akan kami tindak.
”Kami akan memasok gula bermerek Raja Lebah ke pasar tradisional untuk menstabilkan harga. Jika ada yang menjual gula itu lebih mahal, akan kami tindak,” kata Zonny.
Pantauan Kompas, harga bahan pokok lainnya masih stabil, seperti beras medium Rp 12.000 per kg, bawang merah dan bawang putih Rp 45.000 per kg, dan tomat Rp 8.000 per kg. Sejumlah komoditas malah harganya anjlok, seperti daging ayam yang turun dari Rp 30.000 menjadi Rp 12.000 per kg dan cabai merah dari Rp 30.000 menjadi Rp 20.000 per kg.
”Harga bahan pokok cenderung menurun karena pembeli di pasar sangat sepi. Saya biasa menjual cabai merah 100 kg per hari, sejak ada Covid-19, saya hanya bisa jual 10-20 kg. Padahal, harganya sudah turun,” kata Amelia Hutagalung (40), pedagang di Pasar Medan Metropolitan Trade Center (MMTC).
Perkembangan wabah
Penularan Covid-19 masih terus terjadi di Sumut. Jumlah kasus positif hingga Kamis (23/4) mencapai 113 orang, bertambah dua orang dari sehari sebelumnya. Sebanyak 11 di antara pasien tersebut meninggal dan 22 sembuh. Adapun jumlah pasien dalam pengawasan sebanyak 152 orang.
Di Deli Serdang, seorang personel Polsek Galang positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan tes cepat. Ia diduga terpapar dari istrinya, polisi yang bertugas di Polda Sumut, yang juga positif Covid-19.
”Seorang anggota kami positif Covid-19 dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit di Medan,” kata Kepala Kepolisian Resor Kota Deli Serdang Komisaris Besar Yemi Mandagi.
Yemi mengatakan, mereka juga telah melakukan tes cepat kepada personel lainnya di polsek tersebut dan semuanya negatif. Namun, mereka tetap diminta melakukan isolasi mandiri. Untuk membantu pelayanan di Polsek Galang, mereka menurunkan sejumlah personel dari Polresta Deli Serdang ke polsek itu.
Dana desa
Sementara itu, terkait penggunaan dana desa untuk penanggulangan Covid-19, anggota Jaringan Advokasi Masyarakat Sipil Sumatera Utara, Manambus Pasaribu, mengingatkan agar tepat sasaran. Hal itu sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 6 Tahun 2020 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2020.
”Dana desa jelas peruntukannya, yakni membantu menyediakan kebutuhan pangan masyarakat desa, bukan untuk pengadaan masker,” kata Manambus.
Manambus juga meminta agar pemerintah daerah memasukkan petani dengan lahan skala kecil sebagai penerima bantuan sosial. Menurut dia, sebagian besar pemerintah daerah hanya memasukkan buruh tani dan petani penggarap dalam daftar penerima bantuan sosial. Padahal, petani skala kecil juga sangat terdampak pandemi.