Kasus Bertambah, Lampung Masih Belum Bisa Lakukan Uji PCR Sendiri
Jumlah kasus positif Covid-19 di Lampung bertambah menjadi 50 kasus. Meski demikian, hingga kini Lampung belum bisa melakukan uji usap tenggorokan atau ”polymerase chain reaction” (PCR) sendiri.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Jumlah kasus positif Covid-19 di Lampung bertambah menjadi 50 kasus. Meski demikian, hingga kini Lampung belum bisa melakukan uji usap tenggorokan atau polymerase chain reaction (PCR) sendiri. Lampung masih harus mengirim spesimen pasien ke Jakarta dan Palembang.
Hingga Sabtu (2/5/2020), dari 50 kasus positif Covid-19, jumlah pasien yang masih dirawat sebanyak 32 orang. Jumlah pasien meninggal 5 orang dan pasien sembuh 13 orang.
Adapun jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 77 orang. Sebanyak 17 orang di antaranya masih dirawat, 13 orang meninggal, dan 47 orang dinyatakan negatif. Sementara jumlah orang dalam pemantauan (ODP) sebanyak 3.211 orang. Sebanyak 555 orang di antaranya masih dalam pengawasan selama 14 hari ke depan.
Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana menuturkan, hingga saat ini, Lampung masih mengandalkan laboratorium di Jakarta dan Palembang untuk melakukan uji usap tenggorokan. Kondisi itu membuat uji laboratorium membutuhkan waktu sekitar empat hari.
Alat untuk uji usap tenggorokan diperkirakan baru akan dikirim ke Lampung pada 4 Mei 2020. Sebelumnya, alat uji Covid-19 itu dijadwalkan tiba di Lampung pada 30 April lalu. Namun, pengiriman tertunda karena ada kendala dalam persiapan laboratorium.
Alat untuk uji usap tenggorokan diperkirakan baru akan dikirim ke Lampung pada 4 Mei 2020.
Selain menyiapkan ruangan bertekanan negatif, pihaknya juga harus menyiapkan reagen dan ekstrak RNA atau asam ribonukleat, salah satu mikromolekul utama dalam kehidupan. ”Kami menggunakan ekstrak RNA manual karena stok ekstrak RNA otomatis habis di semua tempat,” kata Reihana.
Selain ruangan bertekanan negatif, laboratorium untuk uji Covid-19 itu juga mesti dilengkapi laboratorium pengaman biologi untuk mengurangi risiko penularan terhadap analis. Butuh waktu sekitar tiga bulan untuk menyiapkan laboratorium tersebut. Untuk menyiasatinya, pihaknya telah menyiapkan lemari pengaman biologi yang memiliki fungsi yang sama.
Dia berharap, persiapan untuk bisa melakukan uji usap tenggorokan segera selesai. Dengan begitu, pemerintah daerah bisa segera melakukan tes massal terhadap warga. Tes PCR akan diprioritaskan bagi orang yang pernah kontak dengan pasien dan tenaga medis. Selain itu, pemerintah juga akan melakukan tes di kecamatan dengan kasus positif terbanyak, khususnya di Bandar Lampung.
Hingga kini ditemukan sedikitnya lima kluster penularan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di Lampung, yakni kluster Bogor, Jakarta, Bengkulu, Gowa, dan Yogyakarta.
Masih ramai
Pantauan Kompas, kendati sudah berstatus zona merah, suasana di jalan protokol di Bandar Lampung masih ramai. Mobil pribadi ataupun sepeda motor masih tampak lalu lalang di jalan-jalan protokol Bandar Lampung, khususnya menjelang waktu berbuka puasa. Pemerintah juga belum melakukan pengaturan pedagang di pasar tradisional.
Andrianto (32), pedagang es degan di pinggir Jalan Antasari, Bandar Lampung, menuturkan, meski takut, dia tetap berjualan demi mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, dia rajin mengenakan masker dan membawa hand sanitizer saat berdagang.
Meski tak seramai tahun-tahun sebelumnya, dia mengatakan masih bisa menjual 20-30 buah kelapa per hari. Dia juga mempromosikan dagangannya melalui Facebook untuk menyiasati sepinya pembelian di lapaknya.