Pergerakan Orang Dibatasi di Cirebon, Tes Covid-19 Disiapkan
Pergerakan orang di Cirebon, Jawa Barat, dibatasi seiring pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar se-Jabar mulai Rabu (6/5/2020) hingga 14 hari ke depan. Tes PCR juga akan dilakukan untuk warga berisiko.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pergerakan orang di Cirebon, Jawa Barat, dibatasi seiring pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar se-Jabar mulai Rabu (6/5/2020) hingga 14 hari ke depan. Selama pembatasan itu, pemerintah setempat bakal mengintensifkan tes reaksi rantai polimerase (PCR) untuk mendeteksi penyakit Covid-19 dan menekan penyebaran virus korona baru.
Sehari sebelum pelaksanaan PSBB, Selasa (5/5/2020), pemerintah daerah di Cirebon menerbitkan peraturan terkait pemberlakuan PSBB. Selain mewajibkan warga mengenakan masker saat di luar rumah, sejumlah usaha juga dilarang beroperasi kecuali sektor kesehatan, bahan pangan, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, logistik, perhotelan, dan konstruksi.
Industri yang berhubungan dengan farmasi, minyak dan gas bumi, pertanian, perikanan, peternakan, pelayanan dasar yang berhubungan dengan publik serta kebutuhan sehari-hari diperbolehkan beroperasi. Minimarket dan toko di wilayah Cirebon diatur hanya buka pukul 08.00-18.00.
Terkait pasar rakyat, Pemkot Cirebon membatasi waktu operasionalisasi pukul 04.00-12.00. Pemkot juga mengizinkan bengkel mobil atau motor beroperasi pukul 08.00-15.00.
Moda transportasi juga dibatasi maksimal 50 persen penumpang untuk menerapkan pembatasan jarak. ”Target kami, pergerakan orang di Kota Cirebon tersisa 30 persen atau turun 70 persen. Selain berpatroli, kami juga membuat dua posko di GTC Gunung Sari dan Kangraksan serta empat tempat penyekatan untuk memastikan aturan PSBB berjalan,” kata Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis.
Berbeda dengan pemkot, Pemkab Cirebon mengatur operasionalisasi pasar pukul 02.00-12.00. Pedagang takjil boleh berjualan hingga pukul 16.00, tanpa menyebut kapan mereka mulai berdagang.
Dalam kondisi normal, kota seluas 37 kilometer persegi itu menampung lebih dari 1,6 juta orang pada hari kerja. Padahal, penduduk kota hanya sekitar 320.000 orang. Cirebon menjadi pusat perekonomian di Jabar bagian timur. Sebanyak enam kasus positif Covid-19 pun didominasi dari luar kota. ”Itu sebabnya, kunci keberhasilan PSBB guna mengurangi penyebaran Covid-19 adalah kedisiplinan warga,” katanya.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi mengatakan, selama PSBB, pemudik dilarang masuk ke Cirebon. Saat ini, 40.257 orang telah kembali ke Cirebon, termasuk dari luar negeri. ”Kalau didapati mudik, kami kembalikan lagi ke daerah asal. Tetapi, para pekerja swasta dan aparatur sipil negara diizinkan lewat dengan catatan membawa surat tugas,” katanya.
Kalau didapati mudik, kami kembalikan lagi ke daerah asal. Tetapi, para pekerja swasta dan aparatur sipil negara diizinkan lewat dengan catatan membawa surat tugas. (Imron Rosyadi)
Juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Cirebon, Nanang Ruhyana, menambahkan, selama PSBB, pihaknya menggelar tes PCR untuk warga yang berisiko terinfeksi Covid-19. ”Kami sudah beli mesin PCR, tetapi masih dalam perjalanan. Sebanyak 1.000 kit reagen dari 5.000 reagen yang dipesan impor untuk tes juga sudah datang,” katanya.
Pengujian Covid-19 dilakukan di Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati atau UGJ Cirebon. Dengan begitu, hasil tes dapat diperoleh dalam 6 jam. Selama ini, hasil tes harus menunggu sepekan, bahkan 20 hari, dari Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar. ”Kalau begini, daya tampung di rumah sakit bisa melebihi kapasitas karena pasien harus menunggu lama hasil tes,” lanjutnya.
Dekan FK UGJ Catur Setiya Sulistiyana mengatakan, laboratorium tersebut sesuai standar bio safety level atau BSL-2 untuk pemeriksaan Covid-19 yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Namun, pihaknya masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan.
”Kami sudah memeriksa 12 sampel. Tetapi, hasilnya harus berkoordinasi dengan Laboratorium Kesehatan Daerah Jabar,” ucapnya. Targetnya, laboratorium itu mampu memeriksa 100-150 sampel per hari.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto mengatakan, tes PCR bakal dilakukan di RSD Gunung Jati, Kota Cirebon. Namun, pihaknya belum bisa memastikan kapan tes dimulai karena masih menunggu bantuan mesin PCR dari Kemenkes. ”Kami sudah siapkan 1.580 reagen dan sekitar 6.000 alat tes uji cepat untuk warga berisiko terkena Covid-19,” ungkapnya.