Gelombang PHK Kian Besar di Sumut, Bantuan Mendesak Disalurkan
Gelombang pemutusan hubungan kerja akibat Covid-19 semakin besar dengan 14.000 orang di Sumatera Utara ditambah 5.000 pekerja migran yang pulang. Bantuan sosial dan program padat karya mendesak direalisasikan.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Gelombang pemutusan hubungan kerja akibat pandemi Covid-19 semakin besar di Sumatera Utara, lebih dari 14.000 orang. Pekerja migran Indonesia yang pulang ke Sumut mencapai 5.000 orang dan masih terus berdatangan. Bantuan sosial dan program padat karya diminta segera direalisasikan untuk meminimalkan dampak sosial kehilangan pekerjaan.
”Ada 283 perusahaan yang telah melaporkan pemutusan hubungan kerja dan perumahan karyawan. Sektor yang paling terdampak adalah perhotelan, restoran, biro perjalanan, dan ritel,” kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Pemerintah Provinsi Sumut Harianto Butar-Butar, di Medan, Jumat (8/5/2020).
Harianto mengatakan, pekerja migran Indonesia juga terus berdatangan dari luar negeri, khususnya Malaysia. Pada Mei dan Juni ini diperkirakan akan datang lagi 2.200 pekerja migran dari Malaysia. Selain melalui jalur resmi, pekerja migran juga terus berdatangan melalui jalur tidak resmi lewat jalur laut Selat Malaka ke pantai timur Sumatera.
Untuk mengatasi semakin banyaknya warga yang kehilangan pekerjaan, kata Harianto, pemerintah menyiapkan bantuan sosial, program Kartu Prakerja, dan program penyerapan tenaga kerja pada proyek infrastruktur pemerintah yang padat karya.
Menurut Harianto, kuota Kartu Prakerja untuk Sumut mencapai 183.904 orang. Melalui program itu, warga yang kehilangan pekerjaan akan mendapat bantuan pelatihan Rp 1 juta dan insentif setelah pelatihan Rp 600.000 per bulan selama empat bulan.
Untuk pekerja migran, kata Harianto, akan diprioritaskan untuk diserap di proyek infrastruktur padat karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Mereka diminta melapor ke dinas tenaga kerja di kabupaten/kota masing-masing.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia Sumut Denny S Wardhana mengatakan, pandemi Covid-19 membuat usaha perhotelan sangat terpukul. Sudah lebih dari 35 hotel tutup sementara di Sumut. ”Kami perkirakan ada sekitar 10.000 karyawan hotel yang dirumahkan,” katanya.
Denny mengatakan, pengusaha hotel sudah melapor kepada pemerintah agar para pekerjanya bisa menjadi kelompok yang mendapat bantuan dari pemerintah. ”Namun, hingga kini belum ada pekerja hotel yang mendapat bantuan dari pemerintah,” kata Denny.
Denny mengatakan, hotel-hotel yang masih tetap buka pun hingga kini masih terus merugi karena rata-rata tingkat keterisian hotel di bawah 5 persen. Pertemuan-pertemuan di hotel juga hampir semuanya dibatalkan.
Hotel-hotel yang masih tetap buka pun hingga kini masih terus merugi karena rata-rata tingkat keterisian hotel di bawah 5 persen
Kasus terus bertambah
Kasus positif Covid-19 di Sumut bertambah 15 kasus dalam sehari menjadi 157 kasus. Penambahan itu menjadi yang terbanyak selama pandemi. Jumlah pasien positif yang meninggal mencapai 16 orang. Sementara itu, jumlah pasien dalam pengawasan yang dirawat di rumah sakit mencapai 151 orang.
”Penularan Covid-19 masih terus terjadi di Sumut. Kami minta masyarakat semakin disiplin melakukan pembatasan sosial, menjaga jarak, memakai masker, dan tidak berkumpul di keramaian,” kata juru bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sumut, Aris Yudhariansyah.
Berdasarkan data Gugus Tugas Sumut, penambahan kasus positif terjadi 13 kasus di Medan dan dua kasus di Kabupaten Deli Serdang. Dua daerah itu menjadi episentrum penyebaran Covid-19 di Sumut yang mencakup 134 kasus atau 85,35 persen dibandingkan dengan seluruh kasus positif Covid-19 di Sumut.
Anggota Koalisi Masyarakat Sipil Sumut untuk Percepatan Penanganan Covid-19, Manambus Pasaribu, meminta pemerintah membuka ruang kepada lembaga atau individu yang ingin berpartisipasi melawan pandemi Covid-19.
Melalui tokoh lintas agama, koalisi itu juga mengajak semua masyarakat bersama melawan pandemi dan tidak ada penolakan pemakaman jenazah yang meninggal karena terkait Covid-19.