Pemudik Nekat Picu Penambahan Kasus Covid-19 di Sejumlah Daerah di Jabar
Masih adanya warga yang nekat mudik di tengah pandemi diduga ikut memicu munculnya kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah di Jabar. Selain zona merah, pemeriksaan ”swab” juga akan dilakukan di daerah tujuan mudik.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Masih adanya warga yang nekat mudik di tengah pandemi diduga ikut memicu munculnya kasus positif Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa Barat. Oleh karena itu, selain zona merah, pemeriksaan polymerase chain reaction juga akan dilakukan di daerah tujuan mudik.
Wakil Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jabar Siska Gerfianti, Minggu (10/5/2020), mengatakan, daerah tujuan pemudik menjadi sasaran pemeriksaan swab. Daerah-daerah tersebut antara lain Kabupaten Kuningan, Kabupaten Karawang, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Sumedang, dan Kota Sukabumi.
”Peningkatan kasus seperti di Kuningan terjadi akibat arus mudik sebulan lalu. Di daerah ini hampir terdapat 11 klaster di tingkat kecamatan. Jadi, kenaikan kasus ini sedang dipantau Dinas Kesehatan Kabupaten Kuningan,” tuturnya.
Berdasarkan informasi dari Crisis Center Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Kuningan, hingga Minggu (10/5/2020) sore terdapat tiga kasus positif aktif dan 22 positif dari hasil rapid test (tes cepat). Siska menuturkan, hasil rapidtest tersebut akan langsung ditindaklanjuti dengan swab. Hal yang serupa juga berlaku di lima daerah lainnya.
Meski posisi tertinggi masih di kawasan Bandung Raya dan Bogor-Depok-Bekasi (Bodebek), berdasarkan informasi yang dihimpun oleh Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar (Pikobar), angka positif aktif mulai meningkat di daerah-daerah lainnya.
Kota Sukabumi memiliki kasus positif 23 pasien, meningkat dari minggu lalu sebesar 28 pasien. Sementara itu, Kabupaten Kuningan, Ciamis, Kota Cirebon, dan Kabupaten Cirebon masing-masing memiliki tiga pasien positif.
Pelaksanaan swab secara masif diawali di Kota Bandung, Sabtu (9/5/2020) dan diikuti daerah lainnya mulai Senin atau Selasa pekan ini. Siska menuturkan, hal tersebut bertujuan untuk mendapatkan persebaran Covid-19 sehingga potensinya bisa dipetakan lebih cepat dan tepat.
Karena itu, Siska mengimbau warga berpotensi terpapar Covid-19, mulai dari orang dalam pemantauan (ODP) hingga pasien dalam pengawasan (PDP), untuk segera melapor ke petugas sehingga bisa diperiksa.
”Salah satu faktor utama peningkatan kasus di daerah tersebut adalah mudik. Karena itu, dengan melaksanakan swab, kami bisa memetakan persebaran Covid-19 dan memutus mata rantai penularan dengan keputusan yang tepat,” tuturnya.
Di samping itu, Siska berujar, pihaknya juga memetakan potensi laboratorium-laboratorium pengetesan. Tujuannya, untuk mengurangi penumpukan sampel di laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) sehingga pemeriksaan bisa dilaksanakan lebih cepat.
Pemetakan potensi laboratorium-laboratorium pengetesan akan dilakukan. Tujuannya, mengurangi penumpukan sampel di laboratorium kesehatan daerah sehingga pemeriksaan bisa dilaksanakan lebih cepat.
”Kami memiliki laboratorium jejaring sehingga pemeriksaan tidak menumpuk di Labkesda Jabar,” ujarnya. Enam laboratorium yang ditunjuk tersebut adalah Universitas Padjadjaran Jatinangor, Rumah Sakit Universitas Indonesia, Labkesda Bekasi dan Kabupaten Bekasi, Institur Pertanian Bogor, serta Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit Jakarta.
Terminal sepi
Sementara itu, pembatasan mobilitas akibat pelarangan mudik berdampak kepada aktivitas Terminal Cicaheum. Terminal antarkota antarprovinsi yang melayani jalur timur Jawa Barat ini hanya diisi bus dalam kota dan angkutan kota tanpa ada moda transportasi lainnya.
Kepala Terminal Cicaheum Roni Hermanto menuturkan, berdasarkan Peraturan Menteri Perhubungan No 25 Tahun 2020, perjalanan bus antarkota berhenti beroperasi pada 24 April-31 Mei tahun ini. Hal tersebut bertujuan mengurangi potensi persebaran dari Covid-19.
Meski demikian, melalui Surat Edaran Gugus Percepatan Penanganan Covid-19, pemerintah memberikan pengecualian untuk menggunakan moda transportasi dengan alasan bisnis atau kepentingan mendesak. Menurut Roni, meski ada aturan tersebut, terminal ini tetap tidak mendapat izin pengoperasian armada bus antarkota.
”Semua armada yang mendapatkan izin berasal dari Terminal Pulo Gebang, Jakarta, sedangkan terminal ini tidak menerima bus dari sana. Jadi, kami tetap menerapkan aturan tidak ada bus yang berangkat dari (Terminal) Cicaheum,” ujarnya.