Warga Sleman Reaktif Tes Cepat dari Kluster Toko Grosir Langsung Diisolasi
Warga yang pernah mengunjungi sebuah toko grosir di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, akan menjalani tes cepat. Mereka yang menunjukkan hasil reaktif berdasarkan tes cepat diisolasi di asrama haji setempat.
Oleh
HARIS FIRDAUS/NINO CITRA ANUGRAHANTO
·5 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Setelah menjadi kluster baru penularan Covid-19, Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, menggelar tes cepat bagi warga yang pernah mengunjungi sebuah toko grosir di wilayah itu. Warga dengan hasil reaktif berdasarkan tes cepat akan diisolasi di Asrama Haji Yogyakarta.
”Nanti yang reaktif langsung kami masukkan ke asrama haji. Jadi, asrama haji kami kosongkan untuk menampung warga yang hasil tesnya reaktif,” kata Bupati Sleman Sri Purnomo saat ditemui di kompleks Kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta, Senin (11/5/2020).
Tes cepat digelar setelah ada sejumlah karyawan toko grosir itu yang dinyatakan positif Covid-19. Sri Purnomo menjelaskan, tes cepat akan digelar mulai Selasa hingga Kamis (12-14/5/2020) di Gedung Olahraga Pangukan, Sleman. Warga yang bisa mengikuti tes cepat itu adalah mereka yang mengunjungi sebuah toko grosir di Sleman mulai 19 April hingga 4 Mei 2020.
Kasus ini berawal dari adanya seorang karyawan toko grosir tersebut yang dinyatakan positif Covid-19 pada 24 April 2020. Pasien laki-laki berusia 45 tahun dan berdomisili di Sleman itu tercatat sebagai Kasus 79 Covid-19 di DIY.
Hingga Senin ini, total ada 13 karyawan toko grosir itu yang positif Covid-19. Penularan Covid-19 di toko grosir itu bahkan sudah ditetapkan sebagai kluster penularan tersendiri. Oleh karena itu, toko grosir tersebut juga sudah ditutup sementara untuk menghindari penularan lebih luas.
Selain itu, Pemkab Sleman juga menggelar tes cepat untuk warga yang pernah mengunjungi toko grosir tersebut guna melacak penularan yang terjadi. Menurut Sri Purnomo, tes cepat untuk pengunjung toko grosir itu ditargetkan diikuti sekitar 1.500 orang. Pendaftaran tes cepat dilakukan melalui aplikasi daring (online).
Sri Purnomo menyebut, hingga Senin siang, jumlah pendaftar tes cepat tersebut mencapai 1.375 orang. Dia menambahkan, tes cepat akan dimulai pada Selasa besok pukul 09.00. Dalam sehari, ada sekitar 500 orang yang akan menjalani tes cepat.
Meskipun pelaksanaan tes cepat itu dipusatkan di satu tempat, Pemkab Sleman akan menerapkan aturan menjaga jarak untuk menghindari risiko penularan Covid-19.
Sri Purnomo memastikan, meski pelaksanaan tes cepat itu dipusatkan di satu tempat, Pemkab Sleman akan menerapkan aturan menjaga jarak untuk menghindari risiko penularan Covid-19. ”Tetap akan kami laksanakan physical distancing (pembatasan fisik). Jangan sampai terjadi keruyukan (berkerumun),” katanya.
Sesudah dilakukan tes cepat, warga yang menunjukkan hasil reaktif akan langsung diisolasi di Asrama Haji Yogyakarta. Isolasi dilakukan agar mereka tidak menularkan penyakit Covid-19 ke orang lain. ”Kapasitas Asrama Haji itu 158 orang. Mudah-mudahan yang reaktif tidak sampai segitu,” ujar Sri Purnomo.
Warga yang positif berdasarkan tes cepat juga akan diperiksa spesimennya dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR). Hasil pemeriksaan PCR itulah yang nantinya menjadi dasar apakah seseorang dinyatakan positif menderita Covid-19 atau tidak.
Selain itu, Sri Purnomo menyatakan, Dinas Kesehatan (Dinkes) Sleman juga akan melakukan penelusuran kontak terhadap warga yang dinyatakan reaktif berdasarkan tes cepat. Penelusuran dilakukan untuk mengidentifikasi orang-orang yang kemungkinan tertular penyakit Covid-19.
Tempat isolasi di Asrama Haji Yogyakarta diperlukan karena keterbatasan ruang isolasi di rumah sakit di Sleman.
Kepala Dinkes Sleman Joko Hastaryo mengatakan, tempat isolasi di Asrama Haji Yogyakarta diperlukan karena keterbatasan ruang isolasi di rumah sakit di Sleman. Sampai saat ini terdapat 110 ruangan isolasi dari sekitar 20 rumah sakit rujukan di Sleman.
Joko menambahkan, tes cepat untuk pengunjung toko grosir itu menggunakan alat tes cepat merek Wondfo bantuan dari Dinkes DIY. Dia menuturkan, alat tes cepat itu sudah mendapatkan rekomendasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Menurut Joko, selain kualitas alat, akurasi tes cepat juga ditentukan oleh metode pengambilan darah yang dipakai sebagai spesimen dalam tes cepat. ”Yang kami ambil itu dari pembuluh darah vena. Itu akurasinya sampai 92 persen,” katanya.
Tes cepat untuk warga yang pernah berkunjung ke toko grosir di Sleman itu juga akan digelar di Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta menggelar tes cepat karena diduga ada banyak warga kota tersebut yang pernah berkunjung ke toko grosir di Sleman itu.
Wakil Wali Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengatakan, kuota peserta tes cepat yang akan digelar pada 12-14 Mei 2020 itu sebanyak 700 orang. Namun, hingga penutupan pendaftaran pada Senin siang, jumlah pendaftar tes cepat tersebut baru 343 orang.
”Komposisi asalnya ada di 14 kecamatan yang ada di Kota Yogyakarta. Areanya sangat bervariasi. Jumlah terbesar dari kecamatan terdekat dengan toko grosir itu, yakni di Kecamatan Tegalrejo. Jumlah peserta tes dari kecamatan itu mencapai 93 orang,” kata Heroe.
Menurut Heroe, tes cepat itu akan digelar di setiap pusksesmas sesuai dengan domisili peserta. Dia menyebut, peserta tes cepat itu akan dihubungi melalui ponselnya mengenai jadwal tes. Langkah tersebut dipilih untuk menghindari kerumunan massa sehingga bisa diterapkan pembatasan fisik.
Heroe menambahkan, warga yang menunjukkan hasil tes reaktif setelah mengikuti tes cepat akan diminta isolasi mandiri di rumah dengan pemantauan dari puskesmas. Namun, apabila tempat tinggal warga itu tidak memungkinkan untuk isolasi mandiri, Pemkot Yogyakarta menyiapkan tempat isolasi di Balai Diklat Kesejahteraan Sosial Yogyakarta.
Menurut Heroe, ada 30 kamar yang tersedia di tempat tersebut. ”Kalau masih kurang, nanti akan kami tambah lagi,” katanya.