Keterlambatan Penapisan Picu Lonjakan Kasus di Indramayu
Keterlambatan pemeriksaan dan hasil tes usap turut memicu lonjakan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pasien harus menunggu hasil tes lebih dari sepekan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
INDRAMAYU, KOMPAS — Keterlambatan pemeriksaan dan hasil tes usap atau swab turut memicu lonjakan kasus positif Covid-19 di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Pasien yang menunggu hasil tes lebih dari sepekan telanjur kontak dengan orang lain dan menularkan virus korona jenis baru.
Berdasarkan laporan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Indramayu, pada Kamis (14/5/2020) terdapat tambahan lima kasus positif baru. Empat kasus merupakan satu keluarga di Kecamatan Karangampel. Mereka adalah dua perempuan berusia 58 tahun dan 37 tahun, seorang pria berusia 43 tahun, serta anak usia 11 tahun.
”Keempatnya merupakan keluarga pasien dalam pengawasan (PDP) yang meninggal beberapa waktu lalu dan terkonfirmasi positif Covid-19,” ujar Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Indramayu Deden Bonni Koswara. Pria berusia 75 tahun itu masuk rumah sakit pada 18 April dengan keluhan demam, batuk, dan sesak napas.
Pada 21 April, pasien itu menjalani tes usap untuk mengetahui apakah yang bersangkutan terinfeksi Covid-19. Namun, dua hari kemudian, pasien meninggal dan dimakamkan dengan protokol Covid-19.
Hasil tes baru keluar sembilan hari setelah pengambilan sampel dengan hasil positif Covid-19. Sembilan orang yang kontak erat dengan pasien, termasuk keluarga, pun menjalani tes cepat. Hasilnya, nonreaktif atau negatif sehingga mereka tidak dirawat di rumah sakit.
Namun, belakangan, keempatnya terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka diduga tertular dari anggota keluarga yang datang dari Pulogadung, Jakarta. Penelusuran riwayat kontak dari pasien pun tengah dilakukan. ”Ini menunjukkan terjadi penularan dari luar sekaligus transmisi lokal,” ucap Deden, yang juga Kepala Dinas Kesehatan Indramayu.
Kasus baru lainnya adalah seorang pria berusia 18 tahun asal Kecamatan Sindang. Pasien diketahui pulang dari Bandung pada 28 April lalu. Dengan tambahan 5 kasus itu, kini tercatat 12 warga yang terkonfirmasi positif Covid-19, dua di antaranya meninggal.
Keterlambatan pemeriksaan dan hasil tes usap juga tampak dari banyaknya PDP yang meninggal. Hingga kini, terdapat 42 PDP meninggal. Sebagian besar tidak sempat menjalani tes usap atau belum menerima kepastian apakah terinfeksi Covid-19 atau tidak. Hampir seluruhnya juga memiliki penyakit penyerta.
Menurut Deden, salah satu kendala tes usapadalah minimnya viral transport medium (VTM) yang digunakan untuk membawa sampel uji usap. Namun, hal itu mulai teratasi karena pihaknya tidak lagi bergantung pada VTM dari Pemprov Jabar.
Meski demikian, keterlambatan hasil tes belum teratasi. Selama ini, sampel pasien dari Indramayu dibawa ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jabar yang dapat memeriksa sampel dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR).
”Kami sedang mengkaji membeli mesin PCR setelah yakin tidak ada pemberian dari pemerintah pusat atau provinsi,” ujarnya. Masyarakat juga diminta mematuhi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon Catur Setiya Sulistiyana menilai, keterlambatan penapisan dapat memicu lonjakan kasus positif Covid-19. ”Kalau dari awal ada pemeriksaan swab massal dan hasilnya segera diketahui, maka yang positif dapat dirawat dan dilakukan pelacakan riwayat kontak untuk mencegah penularan,” katanya.
Adapun warga yang hasil tesnya negatif dapat mengurangi beban ruangan isolasi di rumah sakit. Mereka juga diminta tetap menerapkan aturan jarak fisik dan pola hidup bersih. ”Kalau harus menunggu hasil tes seminggu atau lebih, apakah bisa dipastikan mereka menjalani karantina dan kontak dengan siapa saja?” kata Catur.
Catur pun menyarankan agar pemerintah daerah tidak berpatokan pada satu tempat pemeriksaan uji usap, seperti Labkesda Jabar yang harus mengecek banyak sampel dari berbagai daerah. Di wilayah Jabar timur, misalnya, Laboratorium FK UGJ sudah beroperasi untuk tes PCR.
Laboratorium itu berstandar bio safety level 2 atau BSL-2 untuk pemeriksaan Covid-19 yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kapasitas pemeriksaan saat ini mencapai 100-150 sampel per hari. Hasil tes pun dapat diperoleh hanya 6 jam.