Pemasukan Nihil, Stok Pakan Satwa Kebun Binatang di Jabar Kritis
Kelangsungan hidup satwa di dua kebun binatang di Jawa Barat terancam. Pengelola butuh bantuan dari berbagai pihak untuk memenuhi kebutuhan pakan satwa yang hampir dua bulan ini ditutup menyusul pandemi Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 turut mengancam kelangsungan hidup satwa-satwa di kebun binatang Kota Bandung, Jawa Barat. Pengelola butuh bantuan berbagai pihak karena kemampuan mereka memenuhi pakan sangat terbatas menyusul nihilnya pendapatan akibat penutupan kebun binatang.
Kebun Binatang Bandung, misalnya, sudah tutup sejak akhir Maret. Imbasnya, pengelola tidak memperoleh pemasukan dari pembayaran tiket pengunjung. Padahal, dalam sebulan, dibutuhkan sekitar Rp 300 juta untuk membeli pakan untuk lebih dari 800 ekor satwa.
”Tanpa bantuan, kemampuan kami memberi pakan satwa hanya sampai akhir Juli. Jika tidak terpenuhi, mungkin rusa tutul dan hewan yang tidak dilindungi terpaksa dikorbankan untuk pakan hewan karnivor, seperti macan tutul jawa dan harimau sumatera,” ujar Marketing Komunikasi Kebun Binatang Bandung Sulhan Syafi’i di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (14/5/2020).
Sulhan menuturkan, sejumlah pihak telah menyalurkan bantuan. Salah satunya diserahkan Wali Kota Bandung Oded M Danial sebesar Rp 100 juta, Kamis pagi. Dana itu bersumber dari tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR dari PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten (Bank BJB).
Bantuan tersebut diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan pakan untuk 10 hari. Oleh sebab itu, bantuan dari pihak lainnya masih diharapkan, mengingat akhir pandemi Covid-19 belum bisa diprediksi.
Sulhan mengatakan, untuk menghemat pengeluaran, porsi pakan satwa mulai dikurangi. Akan tetapi, standar kebutuhan gizinya tetap terpenuhi.
Untuk menghemat pengeluaran, porsi pakan satwa mulai dikurangi. Akan tetapi, standar kebutuhan gizinya tetap terpenuhi.
Harimau benggala, misalnya, semula diberi pakan 10 kilogram daging per dua hari. Namun, saat ini dikurangi menjadi 8 kg per dua hari.
Perawat satwa juga dituntut memaksimalkan sumber pakan di sekitar kebun binatang. ”Salah satunya daun bambu untuk pakan tambahan gajah. Sebab, kebutuhan pakannya sangat besar. Bisa mencapai 300 kg rumput per ekor,” ujarnya.
Penghematan juga dilakukan dengan merumahkan sekitar 40 karyawan. Namun, karyawan yang bertugas memberi pakan dan merawat satwa tetap dipertahankan.
Penutupan Kebun Binatang Bandung turut berdampak terhadap pedagang di sekitarnya. Banyak tempat berjualan tutup karena tidak ada pengunjung.
Sementara itu, di Kabupaten Garut, ketersediaan pakan binatang di Taman Satwa Cikembulan juga terancam. Sejak awal Maret, taman satwa seluas 5 hektar ini tutup sehingga tidak mempunyai pemasukan.
”Kebutuhan pangan satwa masih bisa dipenuhi hingga Juni. Jika sampai batas itu pandemi (Covid-19) belum berakhir, kami tidak tahu cara untuk menyediakan pakan satwa,” ujar Manajer Taman Satwa Cikembulan Rudy Arifin.
Rudy mengatakan, biaya pakan untuk 435 ekor satwa di sana mencapai Rp 120 juta per bulan. Dalam dua bulan terakhir, pihaknya menggunakan uang tabungan untuk membeli pakan.
Sejumlah 15 karyawan sudah dirumahkan demi menekan pengeluaran. Lahan seluas 1.000 meter persegi di taman satwa itu juga dimanfaatkan dengan menanam sayur dan buah untuk menambah ketersediaan pangan.
”Lumayan, ada penghematan sekitar Rp 8 juta untuk biaya pakan bulan April. Namun, kami tidak tahu kapan pandemi Covid-19 berakhir sehingga bantuan sangat diharapkan,” ujarnya.