Tes Cepat Petakan Banyak Kasus Reaktif Covid-19 di Surabaya
Pelaksanaan tes cepat atau ”rapid test” di Kota Surabaya, Jawa Timur, semakin banyak memetakan warga reaktif Covid-19. Pemeriksaan massal, penelusuran kontak, hingga perawatan intensif diklaim bakal efektif.
Oleh
IQBAL BASYARI
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Pelaksanaan tes cepat atau rapid test massal di Kota Surabaya, Jawa Timur, semakin banyak memetakan warga reaktif Covid-19. Pemeriksaan sebanyak-banyaknya, penelusuran kontak, hingga perawatan intensif diyakini efektif memutus mata rantai penularan Covid-19.
Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya menunjukkan, dalam tiga hari terakhir ada 797 sampel yang diambil dari warga di tujuh lokasi berbeda. Dari hasil tes cepat, sebanyak 322 sampel atau 40 persen di antaranya menunjukkan hasil reaktif.
Tes cepat dilaksanakan di Rungkut Lor sebanyak 176 orang dengan hasil 74 orang di antaranya reaktif, Rungkut Kidul sebanyak 149 orang dan 79 orang reaktif, Kedung Baruk sebanyak 149 orang dan 53 di antaranya reaktif, serta Kedung Asem diikuti 173 orang dan 61 di antaranya reaktif.
Selain di perkampungan, tes cepat juga dilaksanakan di tiga pasar tradisional. Hasilnya di Pasar Genteng Baru ada 25 orang reaktif serta di Pasar Kembang dan Pasar Keputran masing-masing 15 orang reaktif.
”Semua orang yang hasil tes cepatnya reaktif langsung mengikuti tes usap tenggorokan. Ada yang saat itu juga dan sisanya keesokan harinya. Mereka yang hasil tes cepat positif akan dikarantina di hotel agar terpisah dengan warga lain yang negatif,” kata Kepala Dinkes Kota Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Jumat (15/5/2020).
Menurut dia, seluruh sampel tes cepat yang diambil melalui kajian epidemiologi sehingga hasil yang diperoleh banyak yang reaktif. Mereka yang mengikuti tes cepat adalah kelompok rentan tertular Covid-19 dari pasien yang sudah terkonfirmasi positif, antara lain dari kluster pabrik rokok dan pasar tradisional.
Tes cepat yang dilaksanakan secara massal di beberapa lokasi ini dilakukan agar dapat menekan angka penularan sekaligus menurunkan kurva kasus Covid-19 di Surabaya. Dengan semakin banyak warga positif yang terdeteksi, penularan diharapkan bisa segera berhenti karena sudah dipisahkan dengan warga lain yang sehat.
”Warga harus tetap melaksanakan protokol kesehatan agar bisa terhindar dari penularan Covid-19. Jika tidak ada keperluan mendesak, sebaiknya tidak keluar rumah,” tutur Febria.
Hingga Jumat siang, kasus terkonfirmasi positif di Surabaya sebanyak 921 orang dengan rincian 102 orang meninggal, 121 pasien sembuh, dan 698 orang masih menjalani perawatan. Sementara jumlah pasien dalam pengawasan mencapai 1.786 orang dan orang dalam pemantauan sebanyak 3.148 orang.
Dengan semakin banyak warga positif yang terdeteksi, penularan diharapkan bisa segera berhenti karena sudah dipisahkan dengan warga lain yang sehat.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, tes massal akan terus dilaksanakan agar semakin banyak pasien positif yang bisa dideteksi dan mencegah penularan meluas.
”Penambahan kasus ini seolah-olah aib Pemkot Surabaya, tetapi bagi saya justru langkah terbaik melindungi warga karena bisa mengamankan warga lain yang sehat. Saya akan cari sebanyak mungkin dari hasil penelusuran kontak pasien positif agar bisa memutus mata rantai penularannya,” kata Risma.
Dosen Departemen Epidemiologi di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Atik Choirul Hidajah, mengatakan, tes cepat menjadi langkah awal untuk screening warga yang tertular. Oleh sebab itu, semua orang yang pernah melakukan kontak dengan pasien positif harus ditelusuri agar dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk memutus rantai penularan.
”Prinsipnya adalah pengetesan sebanyak-banyaknya, penelusuran kontak, dan perawatan kepada pasien tersebut agar bisa memutus rantai penularan,” katanya.