Konsep ”Lumbung Kelurahan” diusung Kota Semarang sebagai ikhtiar dalam menangani dampak pandemi Covid-19. Tetangga terdekat jadi ujung tombak kala kota ini memilih tidak menerapkan pembatasan sosial berskala besar.
Oleh
Aditya Putra Perdana
·5 menit baca
Konsep ”Lumbung Kelurahan” diusung Kota Semarang sebagai ikhtiar dalam menangani dampak pandemi Covid-19. Tetangga terdekat jadi ujung tombak kala kota ini memilih tidak menerapkan pembatasan sosial berskala besar.
Di atas meja pingpong RT 008 RW 004, Kelurahan Bringin, Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah, Rabu (29/4/2020) siang, tampak deretan peralatan masak. Di sudut-sudut meja, sejumlah ibu mengiris bawang merah, mengulek cabai, dan mengaduk nasi. Ada pula yang menggoreng tempe orek di atas wajan berukuran jumbo.
”Seminggu ini kami memasak di dapur umum. Setiap hari kami memasak sekitar 150 porsi untuk makan setelah buka puasa. Ini dari warga untuk warga. Semua kebagian, termasuk yang ngekos,” ucap Tina (48), salah seorang warga.
Dapur umum itu bagian dari ”lumbung pangan” RT 008 yang dibangun secara swadaya. Tersedia pula ruangan untuk menyimpan logistik dan berbagai bantuan yang diterima.
Solidaritas sosial dalam bentuk lumbung pangan itu berawal dari keprihatinan atas kondisi warga yang ekonominya terdampak pandemi Covid-19. Ada yang dirumahkan, ada juga pekerja harian yang pendapatannya anjlok. Dari sekitar 20 orang yang terdampak, awalnya hanya lima orang yang mendapat bantuan sosial.
”Dari keprihatinan itu, dibentuklah dapur umum. Tetangga yang mampu tergerak menyumbang. Kami lalu memasak dan membagikan makanan untuk semuanya,” tutur Choirul Awaludin (34), koordinator lumbung pangan RT 008.
Setiap hari, sekitar 10 ibu rumah tangga memasak sejak pukul 13.00. Pada pukul 16.00, para bapak ikut membungkus makanan dan selanjutnya remaja yang bertugas membagikannya. Setiap hari menunya berganti.
Solidaritas warga kian besar di tengah kesulitan tetangganya. Sumbangan dalam bentuk apa pun, dengan jumlah berapa pun, diterima di lumbung pangan. Ada yang menyumbang uang, beras, minyak, bahkan tiga karung semen.
”Kebetulan warga ada yang kelebihan semen seusai merenovasi rumah. Tetap diterima dan akhirnya kami jual ke tukang ayam hingga dapat enam ayam,” kata Awaludin.
Pada Selasa (28/4), Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengunjungi dapur umum itu. Pemerintah Kota Semarang lantas memberi bantuan 50 paket bahan kebutuhan pokok. Sebagian bahan pokok disalurkan kepada yang benar-benar tak mampu dan sebagian lain untuk stok lumbung pangan.
Warga RT 002 RW 003 Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Kota Semarang, juga membuat dapur umum secara swadaya. Tiap hari sekitar 5 kg beras dimasak, lengkap dengan lauk-pauk dan sayur-mayur.
”Kami bangkit bersama untuk membantu saudara-saudara yang di-PHK, dirumahkan, atau ojek online yang sepi penumpang. Harapannya sederhana, jangan sampai ada orang kelaparan di sini,” kata Puguh Manggolo (58), koordinator dapur umum.
Ruwahan
Upaya saling menjaga antartetangga juga ditunjukkan warga RT 003 dan RT 004 RW 001 Kelurahan Sekaran, Gunungpati, sekitar 12 kilometer dari pusat kota Semarang. Tradisi ruwahan menyambut bulan Ramadhan pun dimodifikasi di tengah pandemi. Semangatnya tetap sama, berbagi.
Ruwahan atau juga kerap disebut punggahan merupakan tradisi umat Islam di Semarang yang dilakukan pada pertengahan bulan Syakban atau menjelang Ramadhan. Pelaksanaannya bervariasi, tetapi intinya berkumpul dan berdoa menyambut bulan puasa.
Di RT 003 dan RT 004 RW 001 Sekaran, ruwahan biasa dilakukan warga dengan saling berkunjung dan bersilaturahmi. Tuan rumah menyajikan jamuan, juga menyediakan nasi kenduri atau nasi berkat. Isinya antara lain nasi, ketan, dan roti atau bahan pokok untuk dibawa pulang para tamu.
Pada masa pandemi, warga dan tokoh masyarakat menyepakati pembacaan doa serta tahlil dilakukan dari masjid, lalu diikuti warga dari rumah masing-masing. Sedekah atau shadaqah dilakukan dengan mengumpulkan uang untuk membeli bahan pokok, yang kemudian dibagikan kepada yang membutuhkan. Selama enam hari terkumpul Rp 15,9 juta.
”Prinsipnya, shadaqah harus sampai pada yang membutuhkan. Urutan yang diutamakan adalah orang miskin, janda atau duda yang sudah tua, dan yang terdampak ekonomi saat pandemi,” kata H Isman, Takmir Masjid Roudhotul Muslimin.
Antusiasme warga untuk membantu sesamanya begitu bergelora, termasuk saat paket bahan pokok hasil sedekah diserahkan, Minggu (19/4). ”Kebersamaan ini begitu terasa. Saya lihat masyarakat juga sangat senang,” kata Isman dengan mata berkaca-kaca.
Pemkot Semarang masih memilih konsep pembatasan kegiatan masyarakat non-pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Pembatasan kegiatan masyarakat tertuang dalam Peraturan Wali Kota Semarang Nomor 28 Tahun 2020. Di dalamnya tercantum partisipasi masyarakat dalam pengadaan lumbung pangan tingkat RT, RW, dan kelurahan.
”Dasarnya semangat kondisi tanggap bencana, terutama dari lapisan terbawah, yakni RT dan RW. Saat ini kami juga melaksanakan sistem lumbung pangan kelurahan,” kata Hendrar yang akrab disapa Hendi.
Dengan sistem lumbung pangan, ia optimistis, imbauan agar masyarakat tetap berada di rumah bisa lebih ditegakkan. Pada saat yang sama, meski tak menerapkan PSBB, Pemkot Semarang tetap menyalurkan bantuan. Total 290.000 paket bantuan akan dibagikan pada Mei ini.
”Dapur-dapur umum akan tumbuh di Kota Semarang. Matur suwun yang sudah menjadi sukarelawan untuk memberikan solusi bagi mereka yang membutuhkan pangan,” kata Hendi.
Sosiolog Universitas Negeri Semarang, Fulia Aji Gustaman, mengatakan, Covid-19 berdampak pada aspek sosial-ekonomi, hingga masyarakat tergerak untuk bergotong royong.
Di sisi lain, sinergi warga, pemerintah, dan swasta juga penting. ”Pemerintah harus secara nyata menghadirkan solusi, seperti terkait jaminan sosial. Negara perlu menjamin dan memberikan rasa aman bagi masyarakat,” kata Aji.
Tumbuhnya kesadaran warga untuk saling menjaga menjadi modal sosial yang kuat saat roda ekonomi melambat pada masa pandemi. Pemerintah memang bertanggung jawab memberi rasa aman warga, tetapi bukan saatnya lagi berpangku tangan jika kita bisa membantu sesama.