Bantuan Alat Pelindung Diri untuk Tenaga Medis di Surabaya Mencapai 16.977 Set
Sejumlah elemen masyarakat ikut berpartisipasi menyumbang alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan di Surabaya. Hingga saat ini, bantuan alat pelindung diri dari masyarakat mencapai 16.977 set.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA/IQBAL BASYARI
·2 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Sejumlah elemen masyarakat ikut berpartisipasi menyumbang alat pelindung diri untuk tenaga kesehatan di Surabaya. Hingga saat ini, bantuan alat pelindung diri dari masyarakat mencapai 16.977 set. Bantuan-bantuan itu melengkapi produksi alat pelindung diri yang diproduksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Surabaya, Selasa (19/5/2020), mengatakan, sumbangan dari masyarakat dan swasta untuk penanganan Covid-19 di Surabaya bermacam-macam, antara lain uang tunai, bahan makanan, obat-obatan, alat tes Covid-19, serta alat pelindung diri (APD). Adapun bantuan berupa APD saat ini telah mencapai 16.977 set.
”Bantuan langsung kami salurkan ke fasilitas kesehatan agar tenaga kesehatan selalu terlindungi saat merawat pasien Covid-19. Kami berupaya agar tidak ada rumah sakit yang kekurangan APD,” ucap Risma.
Bantuan dari masyarakat tersebut terus mengalir sejak Maret 2020. Kala itu, kebutuhan APD sangat tinggi karena ketersediaan masih terbatas. Oleh sebab itu, Pemerintah Kota Surabaya menggandeng pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pegawainya untuk memproduksi APD, seperti baju hazmat, masker, dan pelindung wajah.
”Hampir setiap hari kami kirim APD ke rumah sakit dan puskesmas. Sekarang masih ada 148 set APD yang tersisa,” ujarnya.
Risma mengatakan, selain mengandalkan bantuan, pihaknya juga memproduksi APD. Ada 50 pengelola UMKM yang dibagi dalam 10 kelompok untuk produksi APD, seperti baju hazmat dan masker. Khusus untuk pelindung wajah dibuat oleh 40 pegawai badan tersebut secara bergantian setiap hari. Pelindung wajah cukup sederhana dan mudah dibuat dari bahan mika, busa, perekat, dan karet.
Bantuan langsung kami salurkan ke fasilitas kesehatan agar tenaga kesehatan selalu terlindungi saat merawat pasien Covid-19. Kami berupaya agar tidak ada rumah sakit yang kekurangan APD.
Memproduksi
Wiwit Manfaati (56), koordinator salah satu kelompok produksi APD, mengatakan memproduksi baju hazmat dan masker kain dari bahan kiriman Pemerintah Kota Surabaya. Kelompoknya terdiri dari 12 penjahit dan 2 pemotong kain dengan kapasitas produksi harian 100-130 baju hazmat dan 500 masker.
Selain itu, pihaknya juga menerima 13.900 alat tes cepat (rapid test) Covid-19 dari sejumlah instansi. Alat tes cepat itu didistribusikan untuk tes seluruh warga yang telah melakukan kontak dekat dengan pasien positif Covid-19. Pengetesan menjadi langkah awal dalam penanganan penularan Covid-19.
”Kami sedang melakukan tes cepat secara massal untuk memutus penularan sehingga masih terus membutuhkan banyak alat tes cepat, begitu pula reagent kit untuk tes usap tenggorokan,” kata Risma.
Wakil Koordinator Hubungan Masyarakat Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Muhammad Fikser menegaskan akan melindungi tenaga kesehatan karena menjadi garda terdepan penanganan pasien Covid-19. Oleh karena itu, kebutuhan APD harus selalu teratasi meskipun ketersediaannya di pasaran tergolong sulit.