Larangan Masuk Aceh, Sebanyak 1.984 Penumpang Diminta Balik ke Sumut
Pelaksanaan shalat Idul Fitri, warga Aceh melakukan secara berjamaah di masjid-masjid tanpa menerapkan jaga jarak. Sebagian besar warga juga saling berkunjung ke rumah sanak keluarga.
Oleh
ZULKARNAINI
·2 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Selama lima hari penegahan mudik, sebanyak 1.984 penumpang dari arah Provinsi Sumatera Utara yang hendak masuk ke wilayah Aceh diminta putar balik. Kebijakan ini dinilai efektif untuk menahan laju penyebaran virus korona di Aceh.
Direktur Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Aceh Kombes Dicky Sondani, Selasa (26/5/2020), mengatakan, penjagaan dilakukan di batas Provinsi Aceh dengan Sumut, yakni di Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, dan Aceh Singkil. Semua kendaraan dari Sumut menuju ke Aceh dicegah.
”Penumpang kami periksa suhu tubuh dan wawancara riwayat perjalanan. Semua kendaraan kami minta putar balik,” kata Dicky.
Penumpang kami periksa suhu tubuh dan wawancara riwayat perjalanan. Semua kendaraan kami minta putar balik.
Jumlah kendaraan yang dicegah masuk ke wilayah Aceh sebanyak 960 unit. Sebagian besar adalah kendaraan pribadi. Kebijakan larangan mudik ke Aceh menindaklanjuti imbauan larangan mudik yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo. Menurut Dicky, pembatasan masuk ke Aceh sangat efektif menahan penyebaran virus di provinsi itu.
Hingga Selasa, jumlah pasien positif Covid 19 di Aceh sebanyak 19 orang, sebanyak 17 orang sembuh, 1 meninggal, dan 1 orang sedang dalam perawatan. Semua pasien Covid 19 di Aceh memiliki riwayat perjalanan ke daerah pandemi.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Aceh Safrizal Rahman menuturkan, pencegahan pemudik dari luar Aceh masuk ke provinsi itu efektif menurunkan potensi penyebaran virus. Sejauh ini Aceh masih digolongkan sebagai daerah hijau.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Achmad Yurianto menilai, Aceh berhasil menahan laju penyebaran karena warganya dan pemerintah daerah sama-sama menerapkan protokol kesehatan. Bahkan, Yurianto menyinggung provinsi lain layak berkaca pada Provinsi Aceh.
Akan tetapi, menurut Safrizal, fakta yang terjadi saat ini bukan kenyataan yang sebenarnya. Dia curiga masih banyak orang tanpa gejala yang tidak terdeteksi karena uji usap tenggorokan minim dilakukan. Pemprov Aceh hanya melakukan uji usap terhadap warga yang diduga kuat terpapar Covid-19.
Target tes cepat sebanyak 30.000 warga tidak tercapai. Tes usap juga sangat minim. ”Saat ini kita menerapkan normal baru, tetapi saya lihat orang Aceh merasa seperti normal,” kata Safrizal.
Pelaksanaan shalat Idul Fitri warga Aceh melakukan secara berjamaah di masjid-masjid tanpa menerapkan jaga jarak. Sebagian besar warga juga saling berkunjung ke rumah sanak keluarga. Tempat umum seperti pasar dan warung kopi juga dipadati warga.
”Saya khawatir, satu bulan setelah Lebaran kasus di Aceh bertambah. Namun, kita berharap tidak ada kasus baru,” kata Safrizal.