Masih Banyak Warga Sidoarjo yang Enggan Diuji Cepat Covid-19
Tes cepat massal di Sidoarjo hanya diikuti 140 dari target 200 pedagang di Pasar Taman. Sebagian pedagang menolak karena merasa tak siap.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebagian warga dan pedagang di Pasar Taman, Sidoarjo, menolak mengikuti uji cepat Covid-19 yang dilakukan secara massal, Rabu (3/6/2020). Alasannya beragam, tetapi mayoritas karena merasa takut. Petugas gabungan pun terpaksa menjemput mereka satu per satu.
Wakil Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo Komisaris Besar Sumardji mengatakan, uji cepat Covid-19 secara massal tersebut sejatinya diprioritaskan untuk masyarakat Desa Wonocolo, Kecamatan Taman. Alasannya, di desa ini jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 tinggi.
Data Dinas Kesehatan Sidoarjo menunjukkan, di Desa Wonocolo terdapat 23 kasus terkonfirmasi positif Covid-19 dan delapan pasien dalam pengawasan (PDP). Selain itu, sudah ada lima warga terkonfirmasi positif yang meninggal. Uji cepat massal dilakukan untuk mengetahui sebaran virus.
Uji cepat massal Covid-19 ini merupakan yang ketiga kali di desa tersebut. Selain menyasar penduduk desa, uji cepat kali ini diperluas dengan menyasar para pedagang di Pasar Taman yang lokasinya bersebelahan dengan Desa Wonocolo. Namun, banyak pedagang yang enggan ikut uji cepat Covid-19.
Mereka memilih menutup lapak dan tidak berjualan saat ada pemberitahuan mengenai uji cepat. Pedagang yang tetap berjualan pun menyambut dingin kegiatan uji cepat tersebut. Mereka terpaksa dijemput oleh tim gabungan dari TNI dan Polresta Sidoarjo.
Dinkes Sidoarjo sejatinya menargetkan pemeriksaan uji cepat terhadap 200 lebih pedagang. Namun, yang ikut serta hanya 140 orang. Dari 140 orang tersebut, sebanyak sembilan orang menunjukkan hasil reaktif (positif). Pedagang yang hasil uji cepatnya reaktif akan ditindaklanjuti dengan uji usap.
Sumardji mengatakan, pihaknya bisa memahami keengganan pedagang mengikuti uji cepat Covid-19. Menurut dia, hal itu terkait dengan kondisi psikis mereka yang tidak siap sehingga merasa ketakutan. Namun, pihaknya berharap pedagang dan masyarakat lainnya bisa membantu mengedukasi melalui pendekatan personal.
”Tes cepat merupakan upaya deteksi sebaran virus. Hasil tes menjadi pijakan untuk memutus rantai sebaran dan melakukan penanganan lanjutan, seperti tindakan kuratif. Oleh karena itu, masyarakat harus berpartisipasi aktif,” ujar Sumardji.
Hasil tes menjadi pijakan untuk memutus rantai sebaran dan melakukan penanganan lanjutan, seperti tindakan kuratif. Oleh karena itu, masyarakat harus berpartisipasi aktif.
Selain menggelar uji cepat Covid-19, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo juga mendirikan kampung tangguh di Desa Wonocolo, mengadakan penyemprotan disinfektan, membangun titik pemeriksaan, serta memantau mobilitas warga dan juga pendatang melalui kamera pengawas.
Dana operasional PSBB
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Bupati Sidoarjo Nur Achmad Syaifuddin mengatakan, pihaknya telah mencairkan dana operasional pembatasan sosial berskala besar (PSBB) tahap ketiga. Dana ini untuk membantu penyelenggaraan PSBB di tingkat rukun warga (RW). Nilainya sebesar Rp 6,2 miliar yang didistribusikan kepada 2.086 RW atau senilai Rp 3 juta per RW.
”Dana ini bersumber dari APBD Sidoarjo tahun berjalan. Tujuannya, memberikan stimulus kepada masyarakat agar lebih bersemangat melaksanakan PSBB di kampungnya,” kata Nur Achmad.
Menurut dia, dana sebesar Rp 3 juta bisa digunakan oleh pengurus RW untuk membiayai kegiatan operasional selama PSBB. Pengurus diberi keleluasaan dalam penggunaannya, bisa untuk memenuhi kebutuhan konsumsi petugas jaga di titik pemeriksaan atau memberikan biaya transpor bagi sukarelawan.
Dana operasional ini tidak terkait dengan kampung tangguh. Dana ini murni bantuan pemerintah daerah untuk RW yang telah berupaya keras menjalankan PSBB demi menekan laju sebaran virus korona galur baru penyebab Covid-19. Pelaksanaan PSBB diyakini berhasil apabila peran serta warga, terutama di tingkat RW, tinggi.
Sidoarjo merupakan kabupaten dengan kasus terkonfirmasi Covid-19 terbesar kedua di Jatim. Jumlah kasusnya saat ini mencapai 702 orang, naik dari sehari sebelumnya, yakni 664 orang. Kasus Covid-19 menyebar rata di 18 kecamatan. Kasus tertinggi di Kecamatan Waru, terutama di Desa Waru dan Pepelegi, serta di Kecamatan Taman, terutama di Desa Wonocolo.
Dari 702 kasus terkonfirmasi Covid-19, sebanyak 31 orang dinyatakan sembuh, sedangkan 60 orang lainnya meninggal. Angka kesembuhan masih rendah di Sidoarjo, sebaliknya angka kematian tinggi. Angka reproduksi Covid-19 juga tinggi, yakni 1,48.