Penerapan Jaga Jarak di Angkutan Umum di Bandung Belum Optimal
Penerapan menjaga jarak di sejumlah angkutan umum di Kota Bandung, Jawa Barat, belum berjalan optimal. Hal ini riskan karena dapat memicu penularan Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Penerapan menjaga jarak di sejumlah angkutan umum di Kota Bandung, Jawa Barat, belum berjalan optimal. Hal ini riskan karena dapat memicu penularan Covid-19.
Sejumlah angkutan kota (angkot) yang melintasi di Jalan Otto Iskandar Dinata, Rabu (10/6/2020), misalnya, tidak menandai tempat duduk penumpang untuk memberi jarak. Angkot pun bisa mengangkut penumpang dengan kapasitas maksimal.
Selain itu, tidak ada pemberitahuan untuk menerapkan protokol kesehatan. Alhasil, penumpang yang tidak memakai masker pun tetap diperbolehkan naik.
Kondisi ini dikeluhkan sejumlah penumpang karena dianggap tidak aman. Salah satunya oleh Lilis (35), penumpang angkot rute Terminal Abdul Muis-Terminal Elang.
”Saya setuju transportasi dioperasikan kembali untuk mendukung aktivitas warga. Namun, jika tidak dibatasi, tentu sangat berisiko bagi kesehatan,” ujarnya.
Lilis juga menyayangkan pemakluman sopir angkot terhadap penumpang yang tidak mengenakan masker. Sebab, hal itu dianggap memperbesar risiko penularan Covid-19.
Tidak ada pemberitahuan untuk menerapkan protokol kesehatan. Alhasil, penumpang yang tidak memakai masker pun tetap diperbolehkan naik.
Rian (28), sopir angkot rute tersebut, mengatakan, ia segan memperingatkan penumpang. Sebab, jika tersinggung, penumpang akan turun dan ia pun tidak mendapatkan pembayaran tarif.
”Kami jadi serba salah. Saat pandemi Covid-19 tidak gampang mencari penumpang. Jadi, kesadaran penumpang (untuk memakai masker) sangat diharapkan,” ujarnya.
Pembatasan fisik antarpenumpang juga tidak diterapkan di bus Trans Metro Bandung (TMB) rute Cicaheum-Cibereum. Penumpang duduk berdempetan tanpa pembatas atapun sela.
Akan tetapi, setiap penumpang diwajibkan memakai masker. Pemberitahuan penggunaan masker juga tertera di bagian depan bus.
Sopian (30), seorang penumpang, menyayangkan tidak maksimalnya penerapan protokol kesehatan di bus TMB. ”Sebaiknya antarpenumpang diberi sela kursi kosong. Tinggal diberi tanda menggunakan plakban,” ujarnya.
Kami jadi serba salah. Saat pandemi Covid-19 tidak gampang mencari penumpang. Jadi, kesadaran penumpang sangat diharapkan.
Menurut Sopian, risiko penularan Covid-19 di angkot dan bus lebih besar dibandingkan dengan taksi daring. Namun, karena tarifnya lebih murah, dia tetap naik bus meski menyadari lebih berisiko.
”Naik taksi daring mahal. Namun, di bus juga harus tetap perhatikan protokol kesehatan. Saya selalu bawa hand sanitizer dan setelah sampai rumah langsung mandi,” ujarnya.
Pemerintah Provinsi Jabar sebenarnya telah mempunyai panduan untuk aktivitas warga dalam masa adaptasi kebiasaan baru. Panduan ini disesuaikan dengan level kewaspadaan setiap daerah.
Kota Bandung berada di level III atau zona kuning. Sesuai dengan panduan tersebut, jumlah penumpang transportasi publik dalam zona ini dibatasi maksimal 50 persen dari kapasitas. Namun, sayangnya, panduan ini tidak berjalan dengan baik.
Longgarnya penerapan jaga jarak di angkutan umum di Kota Bandung patut diwaspadai. Apalagi, berdasarkan data Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar atau Pikobar yang diperbarui, Rabu pukul 19.44, kasus positif Covid-19 di Bandung mencapai 347 orang atau bertambah 43 orang dalam pekan ini.
Jumlah kasus di Kota Bandung menjadi yang tertinggi ketiga di Jabar setelah Kota Depok dan Kota Bekasi. Secara keseluruhan, kasus positif Covid-19 di Jabar berjumlah 2.448 orang.
Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Djoko Setijowarno berpendapat, peningkatan kapasitas maksimal penumpang berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19 di sarana transportasi umum. Upaya tambahan dalam menerapkan protokol kesehatan mutlak dibutuhkan untuk menekan potensi penularan virus.
Langkah tambahan itu, misalnya, pengetatan pengawasan penggunaan masker dan secara rutin memeriksa suhu tubuh setiap 2-3 jam untuk perjalanan jauh. Penyekatan dan pengaturan konfigurasi setiap kursi mesti dilakukan.