Protokol kesehatan dalam pariwisata mulai diuji coba di Kabupaten Sleman, DIY. Pembukaan tempat wisata dilakukan secara bertahap, bergantung kesiapan para pengelola destinasi menerapkan protokol kesehatan.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SLEMAN, KOMPAS — Protokol kesehatan dalam pariwisata mulai diuji coba di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembukaan tempat wisata dilakukan secara bertahap, bergantung dari kesiapan para pengelola destinasi menerapkan protokol itu.
Pemerintah Kabupaten Sleman mengadakan simulasi penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 terhadap hotel dan dua destinasi wisata di kabupaten itu, Jumat (12/6/2020). Kedua destinasi wisata itu adalah Tebing Breksi dan Candi Ijo.
”Kami sudah meninjau kesiapan destinasi wisata sebelumnya. Apa saja yang kurang lengkap, itu sudah ditambahkan semua. Ini sambil jalan kami sempurnakan. Tetapi, secara umum, mereka sudah mengikuti protokol,” kata Kepala Dinas Pariwisata Sleman Sudarningsih, seusai simulasi.
Dalam protokol kesehatan tersebut, wisatawan dan petugas destinasi wisata diwajibkan mengenakan masker dan saling jaga jarak aman. Terkait jaga jarak aman, ada petugas yang akan mengingatkan wisatawan untuk terus melakukan pembatasan fisik dan tidak berkerumun setiap 10 menit sekali melalui pengeras suara.
Sebelum memasuki destinasi, wisatawan akan diukur suhu tubuhnya. Apabila suhu tubuh melebihi 37,5 derajat celsius, wisatawan itu harus dibawa ke tempat khusus untuk diisolasi atau mendapatkan penanganan dari petugas kesehatan.
Selain itu, destinasi wisata juga diharuskan memasang instalasi tempat cuci tangan atau hand sanitizer. Di Tebing Breksi, misalnya, pengelola telah membuat 47 instalasi cuci tangan. Menurut rencana, pengelola masih akan menambah sebanyak tujuh lagi instalasi tersebut.
Sudarningsih menyampaikan, pihaknya juga mendorong agar pembayaran tiket wisata dilakukan secara nontunai. Hal tersebut dapat mengurangi kontak fisik antara petugas dan wisatawan sesuai anjuran untuk menjaga jarak fisik. Pihaknya tak menginginkan kemunculan kluster penularan Covid-19 dari destinasi wisata.
”Jangan sampai nanti ketika ada wisatawan, justru ada yang terpapar. Kami antisipasi semuanya supaya bisa tetap mempertahankan (tidak ada penularan). Akan selalu ada petugas yang mengingatkan untuk tidak berkerumun,” kata Sudarningsih.
Kemudian, Sudarningsih mengungkapkan, walau simulasi telah dilakukan, destinasi wisata tidak dibuka kembali begitu saja. Pembukaan destinasi wisata memerlukan rekomendasi dari Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sleman. Kesiapan pengelola menerapkan protokol kesehatan menjadi pertimbangan utama pembukaan destinasi wisata.
”Belum semuanya (dibuka). Kami bertahap melakukan simulasi ini. Misalnya, desa wisata akan dilakukan pembukaan paling akhir karena desa wisata bersinggungan langsung dengan masyarakatnya. Ini harus dilihat betul seperti apa kesiapannya,” kata Sudarningsih.
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, protokol kesehatan mutlak diberlakukan seiring rencana pembukaan kembali destinasi wisata. Aktivitas wisata harus berlangsung secara aman. Dia berharap, pembukaan kembali aktivitas wisata dapat menggeliatkan perekonomian masyarakat, tetapi tidak menambah rentetan kasus penularan di daerah tersebut.
”Maka, ketika ada orang datang itu, kita cek kesehatan. Dipastikan suhunya terukur dan dalam kondisi aman, menggunakan masker, hingga disiapkan hand sanitizer dan ada tempat cuci tangan. Tujuannya agar tidak ada penularan, tetapi kegiatannya berjalan bagus. Apabila ada yang datang ke tempat itu, dipastikan keamanannya sangat diperhatikan,” ujar Sri.
Sementara itu, pengelola destinasi wisata Tebing Breksi, Kholik Widianto, menyampaikan, destinasi yang dikelolanya sudah tidak beroperasi selama lebih kurang tiga bulan. Tebing Breksi merupakan salah satu destinasi wisata yang populer di wilayah DIY.
Kholik mengatakan, selama tidak beroperasi, pihaknya menggunakan masa itu untuk melakukan perawatan destinasi tersebut. Hal itu, misalnya, dengan menambah jumlah tempat cuci tangan dan melakukan penyemprotan disinfektan secara berkala.