Tes cepat untuk melacak sebaran kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara diikuti 50-100 warga setiap hari.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MANADO, KOMPAS — Tes cepat untuk melacak sebaran kasus positif Covid-19 di Sulawesi Utara diikuti 50-100 warga setiap hari. Di saat yang sama, kapasitas tes reaksi berantai polimerase atau PCR pun ditingkatkan sehingga kini mencapai 400-500 sampel per hari.
Layanan tes cepat (rapid diagnostic test) dibuka setiap hari di kantor Dinas Kesehatan Sulut mulai pukul 10.00 Wita. Pada Selasa (16/6/2020) tengah hari, sebanyak 39 warga telah terdaftar sebagai peserta tes cepat. Petugas membagikan wadah sampel darah, lalu warga mengantre diambil darahnya oleh petugas kesehatan yang mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap.
Francyn Rompas, dokter anggota staf Dinas Kesehatan Sulut, mengatakan, tes cepat diikuti oleh 50-100 warga setiap hari. Pada awal pelaksanaannya, akhir Maret lalu, peserta bisa mencapai 200 orang. ”Sekarang sudah semakin kurang karena sudah banyak yang dites di awal,” katanya.
Para peserta tes cepat perlu menunggu satu hari untuk memperoleh hasil. Jika reaktif, Dinas Kesehatan Sulut akan mengabari peserta via telepon untuk bersiap mengikuti tes PCR dengan diambil sampel usap tenggorokannya (swab).
Ferdinand (26), warga Kecamatan Tikala, menilai, tes cepat yang digelar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulut sangat membantu dirinya dan rekan-rekan sekantornya di Sulut. Pimpinan kantornya mewajibkan semua karyawan mengikuti tes cepat demi menekan kemungkinan penularan di kantor.
Tes juga gratis sehingga tidak memberatkan keuangan pribadinya. Biaya tes cepat di laboratorium swasta berkisar Rp 250.000-Rp 500.000. ”Di sini tinggal datang, lalu mendaftar,” kata Ferdinand.
Tes cepat telah dilaksanakan 24.790 kali dengan 1.354 hasil reaktif.
Sebaliknya, Moses (50), warga Bekasi yang tinggal di Manado tiga bulan terakhir karena penerbangan dihentikan, menyatakan kesulitan mengikuti tes cepat. ”Yang di Dinas Kesehatan Sulut cuma buat kontak erat pasien positif dan PDP atau pegawai pemerintah,” katanya.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Sulut, dr Steaven Dandel, menyatakan, tes cepat telah dilaksanakan 24.790 kali dengan 1.354 hasil reaktif. Namun, tes cepat oleh Gugus Tugas Sulut hanya dilaksanakan untuk menopang tugas gugus tugas kabupaten dan kota. Tes cepat diutamakan untuk melacak kontak erat risiko tinggi pasien positif, pasien dalam pengawasan (PDP), dan orang dalam pemantauan (ODP).
”Gugus tugas provinsi hanya mem-back up (menunjang) jika diminta. Contohnya, kami melaksanakan 76 kali tes cepat ketika diminta gugus tugas Manado membantu tes massal di Pasar Pinasungkulan. Jika tidak ada permintaan, kami membantu dengan mengadakan rapid test di kantor untuk mempercepat kerja kabupaten kota,” kata Steaven.
Pasar Pinasungkulan adalah pusat kluster penularan terbesar di Sulut, berisi 80 pasien positif Covid-19. Tes cepat massal di pasar itu telah dilaksanakan dengan peserta lebih kurang 800 orang, sekitar 100 orang reaktif.
Diperkirakan, biaya satu tes cepat mencapai Rp 300.000 per orang sehingga pemprov telah menggunakan lebih dari Rp 7,4 miliar untuk melaksanakan tes cepat. Kendati demikian, Steaven menyatakan tidak mengetahui jumlah anggaran yang dikucurkan oleh pemprov untuk kegiatan surveilans selain Rp 171 miliar hasil alokasi Pemprov Sulut.
Kini tercatat 701 kasus positif Covid-19 di Sulut. Sebanyak 66,3 persen dari kasus tersebut, yaitu 465 kasus, terpusat di Manado. Namun, Gugus Tugas Covid-19 Manado malah terkendala oleh penolakan sebagian warga dalam melacak kontak erat, terutama di Kelurahan Ketang Baru dan Ternate Baru. Sebelumnya terjadi insiden pengambilan jenazah PDP, yang kemudian dinyatakan positif, secara paksa oleh warga dua kelurahan itu.
Warga pun memasang spanduk-spanduk berisi penolakan mengikuti tes cepat, tetapi telah diturunkan oleh petugas kelurahan. Beberapa warga mengatakan, mereka takut dinyatakan positif sehingga tidak bisa bekerja. Tes cepat massal sempat digelar di Ketang Baru, tetapi hanya diikuti 18 orang.
Juru Bicara Gugus Tugas Covid-19 Manado, drg Sanil Marentek, berharap warga berkenan memeriksakan diri atas dasar kesadaran sendiri. ”Kalau tidak memeriksakan sendiri, kerja gugus tugas kota akan sia-sia,” katanya.
Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Sulut Jemmy Kumendong mengatakan, pemerintah akan berupaya mengajak warga dua kelurahan itu mengikuti tes cepat dengan cara persuasif. Namun, ia mengingatkan, ada hukuman pidana yang menanti warga yang menghalangi penanganan pandemi, sesuai Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular.
Hingga kini, Sanil tidak dapat mengungkap berapa jumlah tes cepat yang dilaksanakan Gugus Tugas Covid-19 Manado. Dua pekan lalu, Wali Kota Manado Vicky Lumentut menyatakan telah melaksanakan tes cepat 3.000 kali.
Sementara itu, sebanyak 7.623 sampel swab dari Sulut telah dikirim ke laboratorium untuk tes PCR. Steaven Dandel mengatakan, jumlah sampel yang dikirim setiap hari ke laboratorium telah meningkat dari 25 sampel per hari sekitar dua bulan lalu menjadi 400 per hari.
Kapasitas tes pun terus ditingkatkan. Saat ini, Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas I Manado mampu memeriksa 300-400 sampel per hari, sedangkan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Manado 90-100 sampel per hari.
”Karena terjadi backlog (antrean), kami kembali mengirim sebagian sampel ke Jakarta dan Makassar. Namun, sudah ada dua laboratorium swasta di Sulut yang dilibatkan dalam tes PCR, tentunya dengan biaya. Ke depan, kami akan tambah dengan laboratorium Universitas Sam Ratulangi,” kata Steaven.