Tingkat Kesembuhan di Sumsel Melonjak Empat Kali Lipat
Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sumatera Selatan melonjak hampir empat kali lipat. Kondisi ini terjadi lantaran penanganan cepat pascakapasitas laboratorium uji reaksi berantai polimerase ditingkatkan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Angka kesembuhan pasien Covid-19 di Sumatera Selatan melonjak signifikan dalam dua minggu terakhir. Kenaikannya bahkan hampir empat kali lipat. Kondisi ini terjadi lantaran adanya penanganan kesehatan yang cepat setelah kapasitas laboratorium reaksi berantai polimerase (PCR) ditambah.
Epidemiolog dari Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya, Iche Andriyani Liberty, Selasa (16/6/2020), di Palembang, menuturkan, berdasarkan analisis epidemiologi, angka kesembuhan di Sumsel terus melonjak. Pada rentang waktu 1-15 Juni 2020, angka kesembuhan mencapai 436 orang, meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan dengan periode 17-31 Mei 2020, yakni 130 orang.
Dengan demikian, total kesembuhan di Sumsel saat ini sudah mencapai 651 orang atau sekitar 44,9 persen dari total kasus positif Covid-19 di Sumsel yang per Senin (15/6/2020) mencapai 1.448 kasus. Angka kesembuhan di Sumsel ini pun lebih tinggi dibandingkan dengan angka persentase kesembuhan nasional, yakni 38,5 persen.
Dilihat dari kasus kematian akibat Covid-19, ungkap Iche, Sumsel juga masih di bawah angka nasional. Saat ini, total kasus kematian di Sumsel mencapai 57 orang atau sekitar 3,94 persen. Angka ini masih lebih rendah dibandingkan dengan persentase kasus kematian secara nasional yang kini sudah menyentuh 5,6 persen.
Ketua Tim Penyakit Infeksi (TPI) Emerging RSUP Dr Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, Zen Ahmad, mengatakan, tingginya angka kesembuhan ini tidak lepas dari penanganan kesehatan yang lebih cepat, lantaran proses pemeriksaan sampel sudah jauh lebih optimal dibandingkan dengan dua minggu sebelumnya. ”Ketika virus Covid-19 dapat segera terdeteksi, maka proses penanganannya pun akan lebih cepat,” katanya.
Ketika virus Covid-19 dapat segera terdeteksi, maka proses penanganannya pun akan lebih cepat.
Menurut dia, selain penanganan medis, tingkat kesembuhan seorang pasien Covid-19 juga sangat bergantung pada imunitas dari tubuh pasien itu sendiri. ”Ketika imunitas pasien baik, maka kemungkinan sembuh akan lebih besar,” katanya. Itulah sebabnya, sebagian besar pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Sumsel adalah mereka yang memilki penyakit penyerta dan juga berusia di atas 60 tahun.
Karena itu, ujar Zen, perlakuan terhadap pasien Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta dan yang tidak berbeda. ”Kekuatan virus Covid-19 akan lebih besar pada pasien yang memiliki penyakit penyerta dibandingkan dengan mereka yang tanpa gejala,” kata Zen.
Berdasarkan data dari tim gugus tugas Covid-19 di Sumsel, sebagian besar orang yang terjangkit Covid-19 di Sumsel adalah orang tanpa gejala (OTG). Kondisi ini membuat rata-rata kasus sembuh di Sumsel tidak lebih dari dua minggu. ”Seorang pasien Covid-19 baru dinyatakan sembuh ketika hasil pemeriksaan PCR dalam dua kali berturut-turut menunjukkan hasil negatif,” kata Zen.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sumsel Taufik Husni mengatakan, penambahan kapasitas laboratorium PCR di Sumsel diharapkan berdampak terhadap peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. ”Jangan sampai nyawa pasien terancam karena penanganan kesehatan yang lambat,” katanya.
Selain itu, lanjut Taufik, dengan proses pemeriksaan yang lebih cepat, diharapkan pemetaan kasus Covid-19 di Sumsel bisa lebih terarah. ”Jangan sampai semua orang yang datang ke rumah sakit harus menjalani uji usap. Padahal, tidak semua pasien yang datang itu ada kaitannya dengan Covid-19,” katanya. Karena itu, perlu ada petunjuk teknis yang jelas agar bisa menjadi pedoman bagi semua tenaga kesehatan yang menangani kasus Covid-19 di Sumsel.