Tindak Tegas Pelaku Pengeroyokan Perawat Covid-19 di Ambon
Jomima Orno (38), perawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy Ambon, dikeroyok sejumlah anggota keluarga pasien Covid-19 yang meninggal atas nama HK (58).
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
AMBON, KOMPAS — Jomima Orno (38), perawat pasien Covid-19 di Rumah Sakit Umum Daerah dr Haulussy Ambon, dikeroyok sejumlah anggota keluarga pasien Covid-19 yang meninggal atas nama HK (58). Pengeroyokan di dekat kamar jenazah rumah sakit itu terjadi beberapa saat sebelum jenazah HK dirampas ketika dalam perjalanan menuju tempat pemakaman pada Jumat (26/6/2020).
Kepala Subbagian Humas Polres Kota Pulau Ambon dan Pulau-pulau Lease Inspektur Dua Titan Firmansyah pada Minggu (28/6/2020) malam mengatakan, kasus pengeroyokan terhadap perawat itu sudah dilaporkan kepada polisi. Laporan disampaikan pada Jumat lalu. ”Masih didalami,” ujarnya.
Jomima lewat sambungan telepon mengatakan, dirinya masih trauma berat. Luka lebam pada bagian kiri wajahnya masih sakit. Mata kirinya juga memar. Ia menjalani perawatan di rumah. ”Saya tidak menyangka mengalami kejadian buruk seperti ini. Saya berharap ada keadilan, dan itu ada di tangan para penegak hukum,” katanya.
Saya tidak menyangka mengalami kejadian buruk seperti ini. Saya berharap ada keadilan, dan itu ada di tangan para penegak hukum
Ia menuturkan, kejadian itu berawal saat dirinya bersama perawat lainnya mengantar jenazah HK dari ruang isolasi ke kamar jenazah. Tiba di sana, pintu kamar jenazah tertutup sehingga ia berdiri menjaga jenazah di depan pintu dan perawat lain mengambil kunci. Tiba-tiba muncul belasan orang dari belakang, yang tak lain keluarga HK. Mereka mengamuk.
Satu orang tiba-tiba memukul bagian kiri wajah Jomima dan seorang lagi memukulnya berulang-ulang. Ia berusaha lari, tetapi seorang dari mereka memegang tangannya dan yang lain memukulnya beramai-ramai. Selain itu, ia juga ditendang beberapa kali. ”Baju APD (alat pelindung diri) saya sampai robek,” ujarnya.
Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Maluku Kasrul Selang mengatakan, pihaknya menyayangkan kejadian tersebut dan mendukung proses hukum hingga tuntas. Para pelaku ditindak agar memberikan efek jera kepada masyarakat. Kasus tersebut sangat mengganggu pelayanan di rumah sakit.
Ke depan, lanjut Kasrul yang juga Sekretaris Daerah Maluku itu, pengamanan di rumah sakit yang berada di bawah kewenangan Pemerintah Provinsi Maluku itu semakin diperketat. Kejadian pemukulan terhadap perawat itu tidak pernah disangka. Kekerasan terhadap petugas medis memang kerap terjadi di rumah sakit, tetapi tidak sampai pada kekerasan fisik secara bersama.
Menurut catatan Kompas, setelah pemukulan tersebut, jenazah HK yang sedang dibawa menuju tempat pemakaman di Hunuth, sekitar 16 kilometer dari rumah sakit, dicegat oleh massa di Jalan Jenderal Sudirman, Desa Batu Merah. Mereka merampas jenazah lalu membawanya ke rumah keluarga. Mereka lalu mengeluarkan jenazah dari dalam peti dan menyemayamkan di rumah keluarga, tak jauh dari jalan itu. Peti jenazah dibawa kembali dan digeletakkan di pinggir jalan.
Pihak keluarga berkeyakinan, HK meninggal bukan karena Covid-19. HK masuk ke rumah sakit dengan keluhan kanker usus, penyakit yang sudah lama diderita. Kasrul menjelaskan, saat masuk rumah sakit, dirinya menjalani tes cepat Covid-19 dengan hasil reaktif. Selanjutnya tes usap hasilnya positif. Hasil tes itu diumumkan beberapa hari sebelum HK meninggal pada Jumat pagi.
Komunikasi terbuka
Pengamat sosial dari Universitas Pattimura Ambon, Josep Antonius Ufi, juga menyayangkan kejadian pemukulan itu. Kekerasan tidak bisa dibenarkan atas alasan apa pun. Menurut dia, di tengah kondisi semacam ini, termasuk menurunnya kepercayaan publik terhadap kebijakan penanganan Covid-19, petugas operasional di lapangan seperti perawat rentan terhadap kekerasan.
Ia menduga kekerasan itu merupakan cerminan ketidakpuasan keluarga atas informasi yang menurut mereka tidak meyakinkan. ”Perlu informasi yang meyakinkan dan didukung dengan daya empatik dan rasa solidaritas yang menyentuh hati mereka. Terlebih saat mereka mengalami kehilangan orang yang dicintai,” katanya.
Saat ini, lanjut Josep, tim dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pattimura Ambon sedang menyiapkan skema sosial penanganan Covid-19 yang berbasis komunitas. Model penanganan itu diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah daerah dalam penanganan Covid-19.