Tunggu Dokter Hewan, Harimau yang Ditangkap di Solok Belum Dievakuasi
Seekor harimau sumatera (”Panthera tigris sumatrae”) yang berkeliaran hampir dua bulan terakhir di perladangan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, kembali ditangkap.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
SOLOK, KOMPAS — Seekor harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang berkeliaran hampir dua bulan terakhir di perladangan Kabupaten Solok, Sumatera Barat, akhirnya tertangkap. Hingga Minggu (28/6/2020) malam, petugas Resor Konservasi Wilayah Solok Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumbar belum mengevakuasi harimau itu karena masih menunggu kehadiran dokter hewan.
Kepala Resor Konservasi Wilayah Solok Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar Afrilius di Solok, Minggu, mengatakan, harimau masuk perangkap pada Minggu pagi. Perangkap dipasang di perladangan dalam area penggunaan lain (APL) di Jorong Beringin, Nagari Gantuang Ciri, Kecamatan Kubung, Kabupaten Solok.
”Jumat (26/6/2020), harimau menerkam babi di ladang. Sisa bangkai babi itu kami jadikan umpan. Pagi tadi, waktu mengecek perangkap pukul 08.30, harimau sudah ada di dalam,” kata Afrilius.
Sebelumnya, tiga ekor harimau sumatera, diperkirakan induk dan dua anak, berulang kali masuk ke perladangan dan meresahkan warga sejak 7 Mei 2020 di Kecamatan Kubung dan Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok. Harimau itu terlihat berada di Nagari Gantuang Ciri di Kecamatan Kubung dan di Nagari Jawi-Jawi dan Nagari Koto Gaek, Kecamatan Gunung Talang.
Lokasi perladangan warga yang berada di APL itu berdekatan dengan Hutan Lindung Bukit Barisan dan Suaka Margasatwa Barisan. Dua lokasi ladang tempat harimau yang menampakkan diri masuk kawasan hutan lindung dan suaka margasatwa (Kompas.id, 10/6/2020).
Salah satu harimau yang tertangkap sudah dievakuasi untuk direhabilitasi di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya (PR-HSD) di Kabupaten Dharmasraya, Sumbar. Harimau betina itu diberi nama Putri Singgulung karena tertangkap di sekitar Bukit Singgulung. Putri Sunggulung berumur setahun dengan panjang sekitar 1 meter.
Menurut Afrilius, petugas belum dapat memastikan harimau kedua yang tertangkap merupakan induk atau anak. Ketika mengecek perangkap, harimau lainnya masih berkeliaran di sekitar perangkap sehingga kondisinya tidak aman. Lokasi penangkapan harimau kedua sekitar 700 meter ke arah permukiman dari lokasi penangkapan harimau pertama.
Harimau tersebut saat ini belum dapat dievakuasi. Berdasarkan pantauan Kompas di posko penjagaan di dalam kebun warga, sekitar 500 meter dari lokasi perangkap dan sekitar 3 kilometer dari permukiman, Minggu sore, puluhan warga dan petugas menunggu kedatangan dokter hewan. Namun, hingga menjelang malam, belum ada dokter hewan yang datang.
”Hingga Minggu sore, belum ada dokter yang siap membantu (untuk pembiusan). Kemungkinan evakuasi kami undur Senin (29/6/2020) pagi. Malam ini, perangkap kami amankan, kami tambah ikatannya agar tidak lepas,” ujar Afrilius. Belum dipastikan ke mana harimau yang ditangkap ini bakal dievakuasi.
Wali Nagari Gantuang Ciri Hendri Yuda mengatakan, sejak penangkapan harimau pertama, dua harimau tersisa sempat tidak terlihat jejaknya. Namun, beberapa hari kemudian, jejak-jejak harimau ditemukan kembali di perladangan dalam APL. ”Harimau sudah masuk ke APL. Semakin lama semakin dekat ke permukiman,” kata Hendri.
Hingga Minggu sore, belum ada dokter yang siap membantu (untuk pembiusan). Kemungkinan evakuasi kami undur Senin (29/6/2020) pagi. Malam ini, perangkap kami amankan, kami tambah ikatannya agar tidak lepas.
Hendri mengimbau warga tetap berhati-hati ketika beraktivitas di ladang. Sebab, masih ada satu harimau yang berkeliaran di sekitar ladang. Warga diminta tidak sendirian ketika beraktivitas di ladang.
David Efendi (47), peladang di Jorong Beringin, masih waswas ketika beraktivitas di ladang. Harimau memang tidak mengejar manusia, tetapi keberadaan hewan dilindungi itu membuat para peladang resah.
”Sejak harimau pertama tertangkap, saya mulai berladang kembali. Namun, dibandingkan biasanya, waktu berladang lebih cepat. Biasanya berladang pukul 07.00-17.00. Sekarang pulang lebih cepat, menjadi pukul 15.00. Sore hari adalah waktu harimau mulai berkeliaran,” tutur David.
David berharap konflik harimau dan manusia di Nagari Gantuang Ciri segera berakhir. David berharap harimau tersisa segera tertangkap atau kembali ke hutan sehingga peladang bisa beraktivitas dengan tenang.