Presiden Joko Widodo meminta setiap daerah menyiapkan tahapan-tahapan menuju tatanan normal baru dengan saksama. Di tengah pandemi Covid-19, beragam kebijakan seharusnya dibuat berdasarkan data sains yang tepat.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Presiden Joko Widodo meminta setiap daerah menyiapkan tahapan-tahapan menuju tatanan normal baru dengan saksama. Di tengah pandemi Covid-19, beragam kebijakan seharusnya dibuat berdasarkan data sains yang tepat.
Presiden menyampaikan hal itu dalam tinjauan penanganan dan penanggulangan Covid-19 di Jawa Tengah, Selasa (30/6/2020), di Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kompleks Kantor Gubernur Jateng, Kota Semarang. Acara itu diikuti bupati/wali kota se-Jateng lewat telekonferensi.
”Jangan berani membuka, memasuki normal baru, tetapi datanya masih belum memungkinkan. Jangan dipaksa. Tahapan-tahapannya harus betul-betul disiapkan. Ada prakondisi, kemudian timing kapan kita buka,” kata Presiden.
Menurut Presiden, daerah dengan R0 (angka reproduksi) dan Rt (angka reproduksi efektif) yang masih tinggi jangan membuka daerahnya untuk menuju fase normal baru. Kalaupun sudah memungkinkan, ditentukan sektor prioritasnya apa sehingga prosesnya bertahap. Termasuk di antaranya pariwisata yang mesti disertai pembatasan.
”Tak usah tergesa-gesa. Ada dua yang kita hadapi, yakni kesehatan dan ekonomi. Kalau prioritas sudah ditentukan, harus terus dimonitor dan evaluasi. Kalau keadaan naik lagi, ya, tutup lagi. Harus berani memutuskan seperti itu. Tidak bisa lagi, memutus kebijakan tanpa data sains dan masukan dari pakar,” ujarnya.
Presiden menuturkan, dalam mengelola manajemen krisis, urusan kesehatan dan ekonomi agar jalan beriringan. Namun, harus diperhatikan kendali gas dan remnya sehingga dapat benar-benar berjalan dengan baik.
Menurut data laman Corona Pemprov Jateng, Selasa (30/6/2020) pukul 10.28, terdapat 4.032 kasus positif kumulatif di Jateng dengan rincian 1.825 orang dirawat, 1.878 orang sembuh, dan 329 orang meninggal. Beberapa hari terakhir masih terjadi penambahan lebih dari 100 kasus per hari.
Pada laman data Covid.bappenas.go.id/kriteria1, per 28 Juni 2020, angka reproduksi efektif (Rt) Jateng sebesar 1,17 atau masih di atas nasional yang sebesar 1,05. Jateng berada di posisi keenam provinsi dengan kasus tertinggi di antara 34 provinsi. Adapun Rt Jateng masih di atas 1 sejak 4 Juni atau hampir sebulan.
Tak usah tergesa-gesa. Ada dua yang kita hadapi, yakni kesehatan dan ekonomi. Kalau prioritas sudah ditentukan, harus terus dimonitor dan evaluasi. Kalau keadaan naik lagi, ya, tutup lagi. Harus berani memutuskan seperti itu. Tidak bisa lagi, memutus kebijakan tanpa data sains dan masukan dari pakar.
Dinamis
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam paparannya menyebutkan perkembangan Rt di 35 kabupaten/kota di Jateng dinamis. Per 26 Juni, daerah dengan angka Rt tertinggi berturut-turut adalah Kota Semarang (3,69), Kudus (2,74), Jepara (2,17), Kabupaten Magelang (1,64), Grobogan (1,53), dan Demak (1,48).
Adapun dalam peta epidemiologi Pemprov Jateng masih ada tiga daerah dengan risiko tinggi atau merah, yakni Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Jepara. Sementara sisanya adalah risiko sedang (oranye) dan risiko rendah (kuning).
”Saya meminta untuk jangan tergesa-gesa (menuju fase normal baru). Semua agar mawas diri. (Zona) Merah menjadi perhatian kami untuk kami bantu dengan bekerja sama. Kami juga sudah terima mobil bantuan (uji PCR) dari pusat, akan segera kami gerakkan,” kata Ganjar dalam laporannya.
Saya meminta untuk jangan tergesa-gesa (menuju fase normal baru). Semua agar mawas diri. (Zona) Merah menjadi perhatian kami untuk kami bantu dengan bekerja sama. Kami juga sudah terima mobil bantuan (uji PCR) dari pusat, akan segera kami gerakkan.
Adapun selama ini, sejumlah kluster menonjol di Jateng antara lain ASN Pemprov Jateng, pegawai PLTU dan pasar tradisional di Kota Semarang, serta panti lansia dan polres di Kabupaten Rembang. Ada juga tenaga kesehatan dan pegawai PLTU di Jepara.
Dihubungi terpisah, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Ari Udijono, mengatakan, kesadaran masyarakat menerapkan protokol kesehatan dinilai masih lemah. Masih banyak warga yang tak memakai masker dan berkerumun.
Padahal, Kota Semarang, misalnya, saat ini sudah memasuki pembatasan kegiatan masyarakat (PKM) tahap IV. ”Edukasi sangat penting. Keteladanan di semua tingkat, hingga RT/RW, menentukan. Karena pemimpin ini yang dicontoh atau ditiru,” ucapnya.
Menurut dia, penting juga bagi pemerintah untuk menyajikan data epidemiologi dengan rinci terkait Covid-19. Pemerintah juga harus terbuka dalam menyajikan jumlah tes usap (swab) yang dilakukan di setiap daerah sehingga akan lebih optimal dalam memutus mata rantai penyebaran Covid-19.