Tiga Hari, 119 Positif Covid-19 di Sulawesi Tenggara
Kebijakan tegas dari pemerintah daerah terkait pembatasan wilayah dan pelaku perjalanan menentukan penurunan kasus.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Kasus positif Covid-19 di Sulawesi Tenggara melonjak drastis dalam tiga hari terakhir, mencapai 119 kasus. Kluster baru bermunculan dan kasus sporadis semakin masif. Kebijakan tegas dari pemerintah daerah terkait pembatasan wilayah dan pelaku perjalanan menentukan penurunan kasus.
Sejak Selasa (30/6/2020) hingga Kamis (2/7), jumlah kasus positif di Sultra melonjak menjadi 119 kasus. Perkembangan kasus berturut-turut dari 18 kasus, naik 42 kasus, dan terakhir pada Kamis sebanyak 59 kasus positif Covid-19 baru. Total kasus positif di Sultra sebanyak 464, dengan 7 orang meninggal, 210 orang dirawat, dan 247 orang sembuh.
”Per Kamis, ada tambahan baru sebanyak 59 kasus. Sebanyak 20 orang dari Baubau, 18 orang dari Kolaka Utara, 14 orang dari Kendari, 3 orang dari Kolaka, 2 dari Konawe Utara, dan 2 orang dari Buton Selatan,” kata La Ode Rabiul Awal, Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sultra, di Kendari, Jumat (3/7/2020).
Sejumlah kluster baru dengan kasus puluhan orang terus terjadi. Di Kolaka Utara, kasus kluster pekerja tambang bertambah mencapai 63 kasus.
Selain itu, tutur Rabiul, sebanyak 12 orang sembuh dan 1 orang meninggal. Pasien meninggal merupakan perempuan 53 tahun dari Kota Baubau. Pasien ini meninggal beberapa hari sebelum hasil uji spesimen keluar. Hasil uji keluar setelah pemakaman.
Dalam tiga hari terakhir, tutur Rabiul, memang terjadi lonjakan kasus positif Covid-19 baru di Sultra. Sejumlah kluster baru, seperti kluster pekerja tambang di Kolaka Utara, terus bertambah. Di satu sisi, kasus sporadis yang penyebarannya tidak diketahui juga semakin masif dan merata di semua wilayah.
Menurut Rabiul, selain peningkatan jumlah penelusuran dan pengambilan spesimen, penambahan kasus di Sultra juga disumbang menurunnya kepatuhan masyarakat. Protokol kesehatan sesuai anjuran tidak begitu diindahkan, mulai dari pemakaian masker hingga menjaga jarak. Sebagian warga di Kota Kendari memang terlihat tidak patuh memakai masker, baik saat berkendara maupun ketika berada di tempat umum.
Tidak hanya itu, tambah Rabiul, pelaku perjalanan tanpa protokol kesehatan juga semakin tinggi. ”Kadis Kesehatan Sultra direncanakan akan rapat virtual dulu dengan instansi kesehatan di kabupaten/kota untuk menyamakan pandangan. Mungkin setelah itu ada baru ada sikap bersama untuk menjadi bahan kajian di Gugus Tugas,” tuturnya.
Pelaksana Tugas Kadis Kesehatan Sultra dr Ridwan menjabarkan, kedisiplinan dalam masyarakat memang terlihat kendur beberapa waktu terakhir. Penggunaan masker tidak lagi begitu diperhatikan, demikian pula dengan menjaga jarak ketika beraktivitas.
Sejauh ini, tutur Ridwan, pihaknya terus berkomunikasi dengan daerah untuk segera menetapkan protokol ketat di wilayah masing-masing jika merasa penyebaran virus semakin sulit dikontrol. Juga mengharapkan agar terus mengimbau masyarakat agar tetap disiplin dalam menjaga kesehatan.
”Kewenangan pembatasan itu ada di daerah masing-masing. Khusus tingkat provinsi, kami sedang diskusikan seperti apa jika kasus terus melonjak. Sekarang ini, upaya kami terus melakukan penelusuran dan imbauan ke masyarakat. Kontrol pelaku perjalanan juga akan terus diperketat,” ujarnya.
Kasus-kasus positif baru memang terus bermunculan di Sultra. Sejumlah kluster baru dengan kasus puluhan orang terus terjadi. Di Kolaka Utara, kasus kluster pekerja tambang bertambah mencapai 63 kasus.
Juru Bicara GTPP Covid-19 Kolaka Utara dr Syarif Nur menjelaskan, sebanyak 18 orang tambahan kasus positif Covid-19 merupakan kaitan erat dengan 45 kasus sebelumnya. Hasil ini didapatkan setelah melakukan penelusuran kontak erat dengan pasien sebelumnya.
”Sebanyak 18 tenaga medis dan tenaga kesehatan juga terdeteksi positif dari kasus sebelumnya. Oleh karena itu, kami mengharapkan agar kewaspadaan terus ditingkatkan Seiring meningkatnya jumlah kasus,” ucapnya.
Selain itu, pihaknya telah menyarankan penutupan wilayah secara mikro di Kolaka Utara, khususnya lokasi awal terjadinya penyebaran kasus. ”Dengan lockdown per kecamatan atau desa, penelusuran dan pengawasan bisa jauh lebih ketat. Kami telah mengusulkan, tinggal menunggu arahan selanjutnya.”