Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta perlu mewaspadai aktivitas masyarakat di ruang publik yang belakangan kian longgar. Kondisi itu meningkatkan potensi penularan Covid-19 yang berujung pada lonjakan kasus.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·4 menit baca
YOGYAKARTA, KOMPAS — Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta mesti mewaspadai aktivitas masyarakat di ruang publik yang belakangan kian longgar. Kondisi tersebut meningkatkan potensi penularan Covid-19 yang berujung pada lonjakan kasus.
“Saya kira, di samping memang swab dilakukan lebih masif, tetapi aktivitas masyarakat juga mulai terbuka. Ini justru fase yang perlu mendapat perhatian semua pihak,” kata Wakil Ketua Sekretariat Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Biwara Yuswantana, di kompleks Kantor Gubernur DIY, Kota Yogyakarta, Senin (20/7/2020).
Berdasarkan pantauan, jalan-jalan raya di wilayah Kota Yogyakarta, misalnya sudah kembali ramai oleh pengemudi kendaraan bermotor satu bulan terakhir. Selain itu, kerap ditemui pula masyarakat yang berolahraga di ruang publik seperti kawasan Malioboro maupun Alun-Alun Selatan.
Olahraga yang paling banyak dilakukan, yakni bersepeda dan berlari. Pasar tradisional juga telah kembali beroperasi dengan pembatasan waktu operasional disertai penyediaan fasilitas cuci tangan.
Selain itu, Dinas Pariwisata DIY juga telah melakukan uji coba operasional kembali secara terbatas terhadap 10 destinasi wisata, sejak awal Juli. Uji coba didahului dengan simulasi guna memastikan kesiapan penerapan protokol kesehatan.
Protokol kesehatan yang diterapkan, yakni kewajiban pemakaian masker, penyediaan fasilitas cuci tangan, jaga jarak fisik, hingga pengukuran suhu tubuh wisatawan. Adapun destinasi wisata yang kembali beroperasi tersebar di Kabupaten Gunung Kidul, Bantul, dan Sleman.
Ketika aktivitas mulai terbuka, walaupun masih dalam tahap uji coba, berarti potensi dan kerentanan semakin besar. Karena, intinya (potensi penularan) pada mobilitas orang.
”Sudah sering saya sampaikan. Ketika aktivitas itu mulai terbuka, walaupun masih dalam tahap uji coba, berarti potensi dan kerentanan semakin besar. Karena, intinya (potensi penularan) pada mobilitas orang. Ini yang saya kira perlu pengawasan semua pihak,” kata Biwara.
Di sisi lain, penambahan kasus Covid-19 di DIY masih terus terjadi. Juru Bicara Pemerintah DIY untuk Penanganan Covid-19, Berty Murtiningsih, mengungkapkan, pada Senin sore, terdapat penambahan enam kasus. Saat ini, jumlah total kasus positif telah mencapai 438 kasus.
Dari enam kasus tambahan itu, dua kasus di antaranya berkaitan dengan pelaku perjalanan luar daerah, yakni Kasus 439 (perempuan, 50 tahun, warga Bantul) dan Kasus 450 (laki-laki, 44 tahun, warga Sleman). Kasus 450 diketahui memiliki riwayat perjalanan dari Samarinda, Kalimantan Timur. Sementara itu, Kasus 439 pernah berkontak dengan Kasus 415 (laki-laki, 49 tahun, warga Bantul). Kasus 415 sempat berkontak dengan saudaranya dari Solo.
Sementara itu, terjadi rekor penambahan kasus Covid-19 harian tertinggi, di DIY, pada Minggu (19/7/2020), dengan jumlah 16 kasus dalam satu hari. Dari jumlah tersebut, terdapat lima pasien yang memiliki riwayat perjalanan dari luar daerah. Satu orang pernah melakukan perjalanan ke Jakarta, satu orang pernah ke Riau, satu orang pernah ke Kalimantan Sleatan, dan dua orang lainnya pernah berpergian ke Semarang.
Selain itu, masih ada lima pasien lain yang dinyatakan positif Covid-19 setelah berkontak dengan warga yang mempunyai riwayat perjalanan dari daerah lain. Dua orang pasien pernah berkontak dengan saudara dari Surabaya, satu orang kontak dengan saudara dari Bogor, satu orang kontak dengan saudara dari Jakarta, dan satu orang lainnya kontak dengan tamu dari Semarang dan Solo.
Kepala Dinas Kesehatan Sleman Joko Hastaryo menjelaskan, pelaku perjalanan berisiko tinggi menjadi sumber penularan Covid-19. Itu dapat dibuktikan dari masih munculnya penambahan pasien yang memiliki riwayat perjalanan dari luar DIY. Ia memperkirakan, di Sleman, 60 persen pasien positif yang penularannya terkait pelaku perjalanan.
”Di beberapa daerah, ada pelonggaran aturan bagi pelaku perjalanan. Kondisi itu berimbas pada peningkatan jumlah kasus,” kata Joko, saat dihubungi Senin sore.
Pelaku perjalanan berisiko tinggi menjadi sumber penularan Covid-19. Itu dapat dibuktikan dari masih munculnya penambahan pasien yang memiliki riwayat perjalanan dari luar DIY.
Sekretaris Daerah Provinsi DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, pihaknya telah meminta jajaran pemerintah di tingkat kabupaten dan kota untuk melakukan uji usap massal. Saat ini, uji usap massal masih berfokus pada tenaga kesehatan. Namun, selanjutnya, uji usap massal juga harus dilakukan di lokasi kerumunan seperti pasar.
”Kami akan memperbanyak swab massal sehingga kalau ada orang yang datang maupun pergi di DIY, itu terkena (Covid-19), kami akan langsung tahu. Kami bisa lakukan tracing sesegera mungkin,” kata Aji.
Menanggapi soal lonjakan kasus, Biwara menyatakan, ketersediaan ruang perawatan pasien Covid-19 di DIY masih memadai. Saat ini, terdapat 29 unit ruangan kritis yang dilengkapi ventilator dan 321 unit ruangan nonkritis dari 27 rumah sakit rujukan.
Dari jumlah tersebut, baru 136 unit ruangan yang digunakan. Harapannya, tingkat kesembuhan pasien semakin tinggi sehingga selalu tersedia ruang perawatan jika terjadi penambahan kasus.