Kawasan Wisata Batik Trusmi di Cirebon Jadi Kluster Penularan Baru
Pemerintah Kabupaten Cirebon akan memberlakukan pembatasan sosial berskala mikro di kawasan wisata batik Trusmi di Plered, Cirebon, Jawa Barat. Sebanyak 16 orang terkonfirmasi positif Covid-19 di daerah tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Kawasan wisata batik Trusmi di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menjadi kluster baru penularan Covid-19 setelah belasan warga terkonfirmasi positif virus korona jenis baru. Pembatasan sosial berskala mikro pun disiapkan demi mencegah penyebaran Covid-19.
Trusmi merupakan sentra wisata batik berjarak sekitar 5 kilometer dari pusat Kota Cirebon. Wisatawan Nusantara dan mancanegara kerap ke daerah itu. Sebagian besar warganya juga bergantung pada industri batik.
Kluster ini berawal dari laki-laki berusia 36 tahun yang datang dari Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (14/7/2020). Dijemput keluarga, pekerja swasta tersebut pulang ke Desa Trusmi Kulon, Kecamatan Plered, Cirebon karena sakit. Saat dirawat di rumah sakit di Cirebon, tes uji cepat berbasis antigen menunjukkan hasil nonreaktif.
”Setelah lima hari di rumah sakit, pasien pulang ke rumah. Namun, dua hari kemudian, kesadaran yang bersangkutan menurun dan masuk rumah sakit. Hasil tes swab (usap tenggorokan) menunjukkan positif Covid-19,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Eni Suhaeni kepada awak media di Cirebon, Minggu (26/7/2020).
Pihaknya pun menelusuri riwayat kontak erat pasien untuk menjalani tes usap. Dari 22 orang yang diidentifikasi kontak dengan pasien, sebanyak 16 orang terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka adalah sembilan keluarga pasien, seorang asisten rumah tangga, dan seorang penarik becak. Lima orang lainnya merupakan aparat Desa Trusmi Kulon, termasuk kepala desa.
Untuk sementara, balai desa setempat ditutup tiga hari. Pelayanan administrasi kependudukan rencananya dipindahkan ke tempat lain. Meski demikian, aktivitas warga pada Minggu sore masih berjalan seperti biasa. Toko batik tetap beroperasi. Bahkan, sejumlah warga berlalu lalang tanpa masker.
Keenam belas warga tersebut kini diisolasi di sejumlah rumah sakit. Meskipun tanpa gejala, mereka perlu menjalani isolasi karena permukiman di sana padat dan rentan memicu penularan. Pada saat yang sama, 130 orang yang kontak erat dengan kasus positif juga menjalani tes usap.
”Kami sudah mengajukan VTM (viral transport medium), reagen, dan ekstraksi ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) Jabar untuk melakukan tes swab massal 500-1.000 orang di Plered,” kata Eni. Menurut rencana, besok (Senin), pihaknya mengambil 1.000 VTM di Labkesda Jabar. Adapun kebutuhan VTM mencapai sekitar 17.000 kit.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan dinas terkait perdagangan dan pariwisata serta pemerintah setempat untuk melakukan pembatasan sosial berskala mikro (PSBM) di kawasan wisata batik Trusmi. PSBM bakal membatasi pergerakan orang, pemeriksaan kesehatan, hingga pemberian bahan pokok terhadap warga terdampak.
Kami sudah mengajukan VTM (viral transport medium), reagen, dan ekstraksi ke Labkesda (Laboratorium Kesehatan Daerah) Jabar untuk melakukan tes swab massal 500-1.000 orang di Plered.
Camat Plered Hardomo mengatakan, kasus kluster Trusmi tersebar di sembilan rumah yang hampir seluruhnya berada di Desa Trusmi Kulon. Kasus lainnya berada di Desa Trusmi Wetan dan Desa Wotgali. Pihaknya tengah berkoordinasi dengan kepala desa setempat untuk membahas detail PSBM.
”Semoga pembatasan itu tidak mematikan ekonomi warga. Ada sekitar 50 toko batik di daerah tersebut,” ujarnya.
Berkaca dari kluster trusmi, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kabupaten Cirebon Ahmad Fariz mendorong rumah sakit dan pemda agar langsung melakukan tes usap terhadap pelaku perjalanan, terutama dari zona merah penyebaran Covid-19. ”Rapid test tidak tepat untuk mendeteksi awal kasus Covid-19 karena hanya mengidentifikasi antigennya,” katanya.
Fariz mendorong tes usap massal digelar di ruang publik, seperti tempat pelayanan publik dan mal, untuk mengidentifikasi kasus Covid-19. Warga yang akan dan telah melakukan perjalanan luar kota agar melapor ke pemerintah setempat serta mengisolasi diri selama 14 hari.
Dengan penambahan kluster Trusmi, kasus positif Covid-19 di Kabupaten Cirebon saat ini mencapai 62 orang. Empat orang di antaranya meninggal dan 24 orang lainnya dinyatakan sembuh. Kabupaten Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 terbanyak di Jabar bagian timur.