Meringankan Beban Dunia, Menyembuhkan Warga Semua Bangsa
Bio Farma genap berusia 130 tahun, Kamis (6/8/2020). Beragam vaksin menjadi andalan menghadapi berbagai pandemi dan epidemi. Kini, ketangguhan badan usaha milik negara itu kembali diuji menghadapi keganasan Covid-19.
Bio Farma genap berusia 130 tahun, Kamis (6/8/2020). Beragam vaksin yang diteliti dan diproduksi menjadi senjata menghadapi berbagai pandemi dan epidemi. Kini, ketangguhan badan usaha milik negara itu kembali diuji dalam mengembangkan vaksin untuk melawan keganasan Covid-19.
Belasan tenaga medis dengan memakai alat pelindung diri berkumpul di lantai dua Rumah Sakit Pendidikan Universitas Padjadjaran (Unpad) di Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Mereka dibagi dalam beberapa kelompok, mulai dari tim pemeriksaan kesehatan fisik, antropometri, tes usap, hingga observasi.
Beberapa calon sukarelawan uji klinis duduk di ruang tunggu menanti panggilan pemeriksaan. Sebelum masuk ruang vaksinasi, mereka diperiksa tekanan darah, jantung, paru, dan kesehatan organ lainnya.
Hal itu merupakan bagian dari simulasi uji klinis calon vaksin Covid-19 produksi Sinovac Biotech, China. Simulasi menjadi persiapan tahap akhir sebelum uji klinis digelar, Selasa (11/8/2020).
Uji klinis fase tiga ini dilakukan oleh Bio Farma bersama Fakultas Kedokteran Unpad. Bio Farma telah menerima 2.400 dosis vaksin Covid-19 dari Sinovac, Minggu (19/7/2020).
Kelancaran uji klinis juga membutuhkan peran warga Bandung. Dibutuhkan 1.620 sukarelawan untuk menguji vaksin tersebut. Hingga Kamis siang, sekitar 800 orang telah mendaftar menjadi sukarelawan. Pendaftaran masih dibuka hingga 31 Agustus.
Penyuntikan vaksin akan dilakukan di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Balai Kesehatan Unpad di Jalan Dipati Ukur, serta empat puskesmas di Kota Bandung, yaitu puskesmas Garuda, Sukapakir, Ciumbuleuit, dan Dago. Calon sukarelawan juga bisa mendaftar di enam tempat tersebut.
Jika uji klinis berjalan sukses, Bio Farma akan memproduksi vaksin ini pada kuartal pertama 2021. ”Bio Farma saat ini sudah siap dengan kapasitas produksi vaksin Covid-19 sebanyak 100 juta dosis per tahun. Kami sedang menyiapkan fasilitas produksi tambahan 150 juta dosis per tahun yang akan selesai Desember mendatang,” ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir.
Baca juga : Karena Pandemi Tak Datang Sekali…
Perjalanan panjang
Lembaga ini lahir pada 6 Agustus 1890 dengan nama Parc Vacciogene atau Lands Koepok Inrichting. Kantornya menempati salah satu ruangan di Rumah Sakit Tentara di Weltevreden, sekarang sekitar Jatinegara di Jakarta.
Seiring rencana perpindahan ibu kota Hindia Belanda, lembaga ini menempati rumah barunya di Bandung sejak tahun 1923. Louis Pasteur (1822-1895), penemu metode pembuatan vaksin rabies, diabadikan menjadi nama lembaga ini, sebelum menjadi Bio Farma sampai sekarang.
Keterlibatan Bio Farma dalam membuat vaksin menghadapi wabah bukan kali ini saja. Hingga 130 tahun keberadaannya di Tanah Air, Bio Farma terlibat meringankan beban dunia dari pandemi dan epidemi, seperti cacar, pes, kolera, dan polio.
Kehadiran vaksin cacar Dwikora tahun 1965, misalnya, ikut meredakan serangan cacar pada tahun 1978. Saat pes kembali muncul, Bio Farma ikut berperan. Lembaga sempat meneliti bakteri pes Yersinia pestis strain Ciwidey, Kabupaten Bandung. Tahun 1929, daerah itu mengalami wabah pes yang ditularkan kutu tikus. Kontribusi itu ikut membebaskan Indonesia dari pes tahun 1983.
Vaksin untuk mengalahkan polio yang sempat melumpuhkan dunia juga dibuat. Salah satu pencapaian besarnya saat Indonesia berhasil menggelar Pekan Imunisasi Nasional Polio, 8-15 Maret 2016. Kala itu, Bio Farma menyediakan vaksin polio oral untuk menjangkau minimal 95 persen dari total 23.721.004 anak balita di Indonesia. Kini, vaksin polio adalah satu dari 13 vaksin di Bio Farma.
Ketangguhan produknya juga melanglang buana. Data Oktober 2019 menyebutkan, produksi Bio Farma mencapai 3,2 miliar dosis. Sekitar 50 persen untuk ekspor, sebagian besar ke negara berkembang dan kawasan Timur Tengah. Vaksin yang diekspor, antara lain, antidifteri, tetanus, pertusis, dan hepatitis B. Kini, lewat vaksin Covid-19, keunggulan Bio Farma kembali diuji.
Lembaga ini lahir pada 6 Agustus 1890 dengan nama Parc Vacciogene atau Lands Koepok Inrichting. Kantornya menempati salah satu ruangan di Rumah Sakit Tentara di Weltevreden, sekarang sekitar Jatinegara di Jakarta.
Harus sehat
Sebelum disuntik vaksin, calon sukarelawan terlebih dahulu menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan. Mereka juga diberi penjelasan mengenai proses uji klinis, termasuk tidak adanya paksaan untuk mengikutinya.
”Setelah itu, dilakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah, jantung, paru, dan lainnya. Pada saat wawancara, juga ditanya apakah mempunyai penyakit dasar (komorbid),” ujar Tim Laboratorium Mikrobiologi Unpad Sunaryati Sudigdoadi.
Selanjutnya, calon sukarelwan menjalani tes usap. Hasil tes akan diumumkan 2-3 hari kemudian. Dengan begitu, penyuntikan vaksin dijadwalkan pada Jumat (14/8/2020).
”Jika hasil tes positif (Covid-19), tidak bisa ikut uji klinis. Kalau hasilnya negatif, bisa dilakukan vaksinasi,” ujarnya.
Akan tetapi, sebelumnya calon sukarelawan akan kembali mengikuti tes kesehatan fisik dan tes cepat. Jika kondisi kesehatan memenuhi syarat dan hasil tes nonreaktif, penyuntikan vaksin dapat dilakukan.
”Karena setiap suntikan terdapat reaksi dalam 30-40 menit, jadi disediakan tempat untuk observasi. Kalau tidak terjadi gejala apa pun, baru boleh pulang,” ucapnya.
Dua pekan berselang, sukarelawan akan kembali disuntik vaksin. Setelah itu, mereka wajib menjalani dua kunjungan lagi untuk mengetahui reaksi vaksin terhadap kesehatannya.
Jika terjadi reaksi, seperti pegal, sukarelawan diminta melaporkannya kepada tenaga kesehatan di lokasi uji klinis masing-masing. Termasuk jika menjalani gejala-gejala lain, seperti pilek, batuk, dan sakit tenggorokan.
Ketua tim peneliti uji klinis vaksin Covid-19 Unpad Prof Kusnandi Rusmil mengatakan, calon peserta uji klinis berusia 18-59 tahun. Sukarelawan juga harus bertempat tinggal di Kota Bandung.
”Tujuannya agar lebih mudah memantaunya. Sebab, selama uji klinis terdapat beberapa kali kunjungan (pemeriksaan),” ujarnya.
Sebelum disuntik vaksin, calon sukarelawan terlebih dahulu menjalani sejumlah pemeriksaan kesehatan. Mereka juga diberi penjelasan mengenai proses uji klinis, termasuk tidak adanya paksaan untuk mengikutinya.
Uji klinis diharapkan rampung dalam 6-7 bulan. Namun, dalam tiga bulan pertama, data pengujian terhadap 540 sukarelawan akan dikumpulkan untuk digabung dengan data dari sejumlah negara yang juga melakukan uji klinis terhadap vaksin serupa, di antaranya Brasil, India, Bangladesh, dan Chili.
Kusnandi menuturkan, pengembangan bahan vaksin diambil dari virus yang sudah dimatikan. Pengujian vaksin ini telah melewati tes keamanan berlapis. Uji klinis fase pertama dan kedua dilakukan di China.
Kusnandi menuturkan, di fase pertama, vaksin diujikan kepada 100 orang dewasa. Setelah dinyatakan aman dan mempunyai efek yang bagus bagi kekebalan tubuh manusia, dilanjutkan dengan fase kedua terhadap minimal 400 orang di China.
”Uji klinis fase ketiga harus multisentra pengujian. Oleh sebab itu, dilakukan di beberapa negara,” ujarnya.
Setiap fase melalui uji keamanan sangat ketat. Hal ini untuk memastikan vaksin tidak menimbulkan efek negatif pada manusia.
”Hasil uji coba fase tiga harus sama di setiap negara. Jika tidak, vaksin ini tidak boleh dipasarkan,” ujarnya.
Saat berkunjung ke Bio Farma, Selasa (4/8/2020), Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, kemampuan Bio Farma memproduksi vaksin tak perlu diragukan. Selain memiliki pengalaman panjang karena telah berdiri sejak 1890, Bio Farma juga memasarkan vaksin ke 150 negara.
Meskipun vaksin telah disiapkan untuk diproduksi, Erick mengingatkan masyarakat tetap disiplin menjalankan protokol kesehatan. Hal ini demi mencegah penularan virus korona baru di masa adaptasi kebiasaan baru.
”Harus tetap pakai masker dan jaga jarak. Apa yang dilakukan hari ini tidak akan ada artinya kalau masyarakat tidak membantu kami (dalam menerapkan protokol kesehatan),” ujarnya.
Erick menuturkan, pihaknya terbuka untuk bekerja sama dengan negara pengembang vaksin lainnya. Bahkan, jika kebutuhan dalam negeri sudah terpenuhi, Bio Farma memungkinkan memproduksi vaksin Covid-19 untuk negara lain.
Hasil uji coba fase tiga harus sama di setiap negara. Jika tidak, vaksin ini tidak boleh dipasarkan.
Vaksin ”Merah Putih”
Selain melakukan uji klinis calon vaksin Covid-19 dari luar negeri, Indonesia juga mengembangkan vaksin produksi dalam negeri. Vaksin yang diberi nama vaksin Merah Putih ini ditargetkan diuji klinis pada manusia tahun depan.
Vaksin Merah Putih dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman bersama beberapa lembaga terkait lainnya. Vaksin akan diujikan pada hewan sebelum dilanjutkan ke uji klinis.
”Pengujian pada hewan ditargetkan selesai tahun ini sebelum masuk uji klinis tahun depan,” ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang PS Brodjonegoro saat mengunjungi PT Bio Farma, Rabu (29/7/2020).
Menurut Bambang, pengembangan vaksin Merah Putih merupakan simbol kemandirian dan kemajuan ilmu pengetahuan bangsa. Termasuk dalam sektor produksi yang akan dilakukan oleh Bio Farma.
”Kita harus mampu dan mandiri untuk bisa menyediakan vaksin bagi seluruh penduduk kita,” ucapnya.
Bio Farma juga disiapkan untuk memproduksi vaksin Merah Putih tersebut. Uji klinis fase satu, dua, dan tiga ditargetkan tahun depan. Jika berjalan sukses, dapat diproduksi massal pada awal 2022.
Bermula dari salah satu ruangan kecil di Rumah Sakit Tentara di Batavia, Bio Farma ikut meringankan beban dunia 130 tahun kemudian. Tumbuh di Bandung, kisahnya bukan hanya membuat bangga negara, melainkan juga ikut menyembuhkan warga semua bangsa.
Baca juga : Di Tengah Muram Covid-19, Cikadut Jaga Keberagaman hingga Ujung Makam