Lonjakan Kasus Positif di Cirebon, Layanan Publik Terdampak
Layanan keuangan secara tatap muka di Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat ditutup dua pekan. Sementara Puskesmas Sedong tidak beroperasi tiga hari. Penutupan dilakukan setelah sejumlah pegawai positif Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Layanan keuangan secara tatap muka di Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, ditutup selama dua pekan. Sementara Puskesmas Sedong tidak beroperasi selama tiga hari. Penutupan dilakukan setelah beberapa pegawai instansi terkait terkonfirmasi positif Covid-19.
”Ruangan keuangan di dinas kesehatan lockdown 14 hari ke depan. Pelayanan tetap berlangsung secara online, seperti yang telah berjalan,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni, Minggu (9/8/2020), di Cirebon.
Sebelumnya, pegawai puskesmas tetap pergi ke dinas untuk konsultasi keuangan. Bidang perencanaan dan keuangan dinkes juga mengurus layanan jaminan kesehatan dan perizinan.
Selain mencegah penularan di perkantoran, penutupan juga dilakukan agar petugas bisa menyemprotkan cairan disinfektan di ruangan tersebut. Sekitar 25 persen pegawai Dinkes Cirebon masih diperbolehkan bekerja di kantor, sedangkan sisanya bekerja dari rumah.
Selain Dinkes Cirebon, pelayanan juga dihentikan di Puskesmas Sedong sejak Sabtu hingga Senin (8-10/8/2020). Enam tenaga kesehatan dan dua kader puskesmas terkonfirmasi positif Covid-19. Petugas surveilans masih melacak riwayat perjalanan dan kontak kasus positif.
Sementara di Puskesmas Sindanglaut, sekitar 6 kilometer dari Puskesmas Sedong, tiga kader (bukan tenaga kesehatan seperti yang diberitakan sebelumnya) juga terpapar Covid-19. Namun, puskesmas tidak ditutup karena kasus merupakan warga setempat.
Temuan kasus Covid-19 di lingkungan dinkes dan puskesmas itu merupakan hasil tes usap tenggorokan secara massal. Dalam dua hari terakhir, 19 orang teridentifikasi positif. Sebelas orang di antaranya merupakan tenaga kesehatan, sedangkan lima lainnya merupakan kader puskesmas.
Tes usap massal tersebut menyasar 4.000 kader dan tenaga kesehatan puskesmas serta organisasi perangkat daerah dalam rangka menyambut bulan timbang bayi pada Agustus ini. Hingga kini, pihaknya baru mengambil 2.444 sampel usap. Dari jumlah tersebut, hasil pemeriksaan yang dirilis baru sekitar 80 persen.
Artinya, masih ada kemungkinan lonjakan kasus Covid-19 di Cirebon. ”Kami berharap semoga tidak. Kader yang hasil tes swabnya negatif dapat melakukan penimbangan bayi di puskesmas, sedangkan yang positif Covid-19 harus menjalani isolasi,” kata Eni.
Eni mengatakan, selama 44 hari penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB), laju pertumbuhan kasus Covid-19 tercatat 2,2 dan angka positivity rate 0,49 persen. Positivity rate adalah persentase kasus positif Covid-19 dibandingkan dengan jumlah tes yang dilakukan. Standar positivity rate dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di bawah 5 persen.
Meski demikian, dengan total 97 kasus positif Covid-19, Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif tertinggi di Jabar bagian timur. Dari jumlah itu, lima orang di antaranya meninggal dunia dan 41 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Jumlah tes usap Cirebon juga paling banyak, 9.125 orang. Adapun target tes usap mencapai 22.000, atau sekitar 1 persen dari total penduduk Cirebon, yakni 2,2 juta jiwa. Pihaknya pun telah menyiapkan anggaran Rp 20 miliar.
Sebagian masyarakat, termasuk kita, sudah longgar dan abai terhadap protokol kesehatan.
Eni mengatakan, selain meluasnya cakupan tes usap, lonjakan kasus positif juga dipicu kesalahpahaman terkait penerapan AKB. ”AKB seolah-olah bebas (beraktivitas). Sebagian masyarakat, termasuk kita, sudah longgar dan abai terhadap protokol kesehatan,” ungkapnya.
Dalam rapat penanganan Covid yang dihadiri Gubernur Jabar Ridwan Kamil di Cirebon, Rabu (5/8/2020), misalnya, terungkap, sekitar 50 persen warga Cirebon belum mengenakan masker saat keluar rumah. Pemprov pun telah menerbitkan aturan terkait sanksi bagi pelanggar, mulai dari teguran hingga denda.
Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon Catur Setiya Sulistiyana mendorong Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Cirebon memperketat pemantauan terkait protokol kesehatan. ”Di sisi lain, warga sudah merasa normal dan tidak bisa menahan diri untuk beraktivitas seperti biasa, sebelum ada pandemi,” ungkapnya.