Uji Sampel Melonjak, Laboratorium UGJ Cirebon Dapat Bantuan Alat Tes
Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon kini mampu memeriksa hingga 600 sampel usap tenggorokan per hari. Biasanya, hanya 300 sampel. Deteksi Covid-19 pun lebih cepat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon menerima bantuan alat pemeriksaan spesimen dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan Badan Penanggulangan Bencana Nasional. Deteksi kasus Covid-19 pun dapat dilakukan lebih cepat karena pemeriksaan spesimen meningkat dua kali lipat.
Bantuan senilai Rp 7 miliar tersebut berupa mesin reaksi rantai polimerase (PCR), mesin ekstraksi RNA (ribonucleic acid) otomatis dalam menguji sampel virus korona jenis baru, 5.000 viral transport medium (VTM) untuk tes usap, serta 5.200 reagen. Berbagai alat itu bisa digunakan mulai Kamis (13/8/2020).
”Dengan bantuan ini, pemeriksaan PCR yang tadinya paling banyak 300 sampel per hari bisa menjadi 600 sampel per hari,” kata Ketua Yayasan Pendidikan Swadaya Gunung Jati, Dadang Sukandar, di Cirebon, Jawa Barat, Rabu (12/8/2020). Turut hadir Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon Mukarto Siswoyo dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni.
Laboratorium FK UGJ Cirebon sejak 3 Mei 2020 telah memeriksa lebih dari 10.000 sampel tes usap untuk mendeteksi Covid-19. Laboratorium dengan standar biosafety level atau BSL-2 ini fokus memeriksa sampel dari Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.
Kepala Labaoratorium FK UGJ Cirebon Donny Nauphar mengatakan, penambahan alat pemeriksaan sangat dibutuhkan karena jumlah sampel terus melonjak. Pasca-Lebaran Idul Adha, misalnya, pihaknya sempat menerima hingga 1.000 sampel per hari. Padahal, biasanya hanya 300 sampel.
Penambahan alat pemeriksaan sangat dibutuhkan karena jumlah sampel terus melonjak.
Akibatnya, pemeriksaan sampel oleh lima tenaga ahli laboratorium menumpuk dan hasilnya baru tuntas hingga tiga hari. Padahal, biasanya selesai hanya sehari. ”Kami tetap berkomitmen hasil pemeriksaan keluar 1 x 24 jam. Tidak ada hari tanpa pemeriksaan. Ini untuk mempercepat penanganan pasien Covid-19,” ucapnya.
Dengan bantuan mesin tersebut, pemeriksaan sampel bisa dilakukan lebih cepat. Sebagai gambaran, alat tersebut mampu memeriksa 92 sampel dalam 1 jam. Padahal, sebelumnya, pihaknya hanya bisa memeriksa 46 sampel dalam 1 jam. Jumlah kit reagen untuk pemeriksaan juga akan ditambah jika kurang.
Rektor UGJ Mukarto Siswoyo mengatakan, pihaknya sudah berkomitmen terus memberdayakan laboratorium di tengah belum redanya lonjakan kasus Covid-19. ”Kami tidak menentukan tarif untuk pemeriksaan. Namun, perlu dana sekitar Rp 200.000 per sampel. Ini untuk biaya membuang limbah infeksius,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, penambahan alat pemeriksaan akan mempercepat target tes usap massal terhadap 22.000 warga, atau sekitar 1 persen dari total penduduk Cirebon sebanyak 2,2 juta jiwa. Apalagi, bulan ini, ada sekitar 4.000 kader puskesmas dan organisasi perangkat daerah yang harus menjalani tes usap.
Hingga kini, pihaknya telah mengetes 9.345 orang. Sebanyak 106 orang terkonfirmasi positif Covid-19, enam di antaranya meninggal, dan 42 orang dinyatakan sembuh. Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 terbanyak di Jabar bagian timur.