Pantau Kluster Pondok Pesantren, Dinas Kesehatan Terjunkan Tim ke Lokasi
RSUD Genteng Banyuwangi dan Puskesmas Tegalsari memantau secara ketat Pondok Pesantren Darussalam Blokagung. Hal itu dilakukan untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19 di lingkungan pondok pesantren.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, melalui RSUD Genteng dan Puskesmas Tegalsari terus melakukan pemantauan secara ketat di Pondok Pesantren Darussalam Blokagung. Hal itu dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya penularan Covid-19 di lingkungan pesantren.
Pondok Pesantren Darussalam Blokagung di Kecamatan Tegalsari, Banyuwangi, menjadi kluster terbesar penularan Covid-19 di Banyuwangi. Dari 6.000 lebih santri yang tinggal di sana, 77 orang dinyatakan positif Covid-19.
Dihubungi di Banyuwangi, Sabtu (22/8/2020), Direktur RSUD Genteng Kurnianto mengatakan, pihaknya memberikan perhatian khusus terhadap kasus penularan Covid-19 di lingkungan pondok pesantren. Salah satu perhatian dibuktikan dengan memantau secara intensif kesehatan penghuni dan lingkungan Pondok Pesantren Darussalam Blokagung.
”RSUD Genteng dan Puskesmas Tegalsari akan melakukan screening terhadap semua penghuni Pondok Pesantren Darussalam. Kami ingin memastikan semua santri sehat dan penularan tidak semakin meluas,” ujar dr Kurnianto.
Kurnianto mengatakan, pihaknya menurunkan empat tenaga kesehatan yang secara bergiliran bertugas di Pondok Pesantren tersebut. Keempat tenaga kesehatan tersebut terdiri dari dokter dan perawat dari RSUD Genteng dan Puskesmas Tegalsari dibantu sejumlah puskesmas sekitar.
Dari 77 santri yang terjangkit Covid-19, hanya enam orang yang menjalani perawatan di RSUD Genteng. Keenamnya juga sudah dalam kondisi stabil dan siap dipulangkan ke pondok pesantren untuk melanjutkan isolasi mandiri.
”Kami juga sudah memerika ruang isolasi yang disediakan pondok. Kami menilai, ruang isolasi yang disediakan sudah cukup memadai sehingga para santri bisa diisolasi di pondok dengan pengawasan dari RSUD Genteng dan Puskesmas Tegalsari,” tuturnya.
Ruang isolasi yang disediakan sudah cukup memadai.
Secara terpisah, juru bicara Pondok Pesantren Darussalam Blokagung, Nihayatul Wafiroh, menjelaskan bahwa pihaknya memang sudah menyediakan ruang isolasi sejak awal Covid-19 masuk ke Indonesia pada bulan Maret. Sejak seminggu yang lalu, saat ada santrinya yang dinyatakan reaktif, ruang isolasi tersebut difungsikan.
”Ruang isolasi merupakan sebuah bangunan empat lantai. Di setiap lantai ada 13 kamar dengan 2-3 bed di setiap kamar. Kami siap merawat santri kami. Kami yakin mereka akan sembuh,” katanya.
Pengasuh pondok, lanjut Nihayatul, tegas melarang para santrinya untuk pulang dalam kondisi apa pun. Santri yang sakit akan di rawat di pondok, sedangkan santri yang sehat tetap dilarang pulang.
Tak hanya itu, keluarga santri juga masih tidak diperkenankan bertemu langsung dengan para santri. Jika hendak mengirim barang keperluan santri, barang tersebut harus dititipkan melalui pengasuh pondok pesantren.
Kronologi munculnya penularan diduga terjadi sejak awal Agustus. Saat itu, beberapa santri Darussalam mengeluh sakit dan selama 10 hari jumlahnya terus bertambah. Pihak pesantren kemudian mengisolasi mereka di dua lokasi yang berbeda.
Karena banyak santri yang sakit, sejumlah santri memilih untuk pulang. Namun, sebelum pulang, mereka diwajibkan melakukan tes cepat di puskesmas terdekat di rumah masing-masing.
Pada Jumat (14/8/2020), hasil tes cepat salah satu santri di Kecamatan Kabat dan dua santri di Kecamatan Muncar dinyatakan reaktif. Pada Minggu (16/8/2020) dilakukan tes cepat massal kepada 502 santri. Hasilnya, 93 santri putri dinyatakan reaktif. Selanjutnya dilakukan uji usap sehingga ditemukan 77 santri dinyatakan positif.