Bangkitkan UMKM, dari Cetak Wirausaha hingga Undang Orang dari Luar Daerah
Pemerintah daerah di pesisir pantai utara barat Jateng memiliki berbagai cara untuk meningkatkan perekonomian pada masa pandemi. Cara yang dilakukan mulai dari digitalisasi pasar hingga mengundang orang dari luar daerah.
Oleh
KRISTI UTAMI
·5 menit baca
PEKALONGAN, KOMPAS — Pandemi Covid-19 memorak-porandakan perekonomian masyarakat. Sejumlah pemerintah daerah di pesisir pantai utara bagian barat Jawa Tengah memiliki berbagai cara untuk menggerakkan roda perekonomian di wilayahnya, seperti mencetak wirausaha baru, melakukan digitalisasi pasar tradisional, serta mengundang orang dari daerah lain untuk berkunjung dan berbelanja di daerahnya.
Di Kota Pekalongan, sebagian usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tutup akibat sepi pembeli. Hal itu berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) para pekerja di sektor UMKM. Untuk menciptakan lapangan kerja baru, Kementerian Koperasi dan UMKM bekerja sama dengan Pemerintah Kota Pekalongan melatih 370 orang menjadi wirausaha baru.
Menurut Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kementerian Koperasi dan UMKM Arif Rahman Hakim, wirausaha baru dibutuhkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan menyerap tenaga kerja di era pandemi.
Dalam pelatihan yang digelar selama 4 hari tersebut, para peserta diberi materi terkait kewirausahaan, vokasional, manajemen koperasi, serta pengolahan hasil pertanian dan perikanan. Selain di Kota Pekalongan, pelatihan ini juga digelar di sejumlah daerah, seperti, Tegal, Cirebon, dan Surakarta.
”Pelatihan ini kami laksanakan baik secara daring maupun tatap muka di daerah yang teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan wirausaha baru. Di Kota Pekalongan, pelatihan kami lakukan kepada para santri sebagai langkah mempercepat pertumbuhan wirausaha di lingkungan pondok pesantren,” tutur Arif di sela-sela kunjungannya ke Kota Pekalongan, Jumat (7/8/2020).
Tidak hanya memberi pelatihan untuk mencetak sumber daya manusia berkualitas, Kementerian Koperasi UMKM juga memastikan penyaluran dan restrukturasi kredit usaha rakyat (KUR) di Kota Pekalongan berjalan lancar. Menteri Koperasi dan UMKM Teten Masduki mengatakan, dirinya telah berkeliling ke berbagai daerah untuk menemui pegiat UMKM dan koperasi. Tujuannya adalah agar mereka mengajukan permintaan restrukturisasi.
”Pemerintah sudah menyiapkan dana sekitar Rp 124 triliun untuk UMKM dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Saat ini, tahapannya adalah percepatan penyaluran,” kata Teten.
Di Kota Pekalongan, KUR telah disalurkan kepada sejumlah pelaku UMKM. Jumlah KUR yang disalurkan sedikitnya Rp 924 juta. Wali Kota Pekalongan Saelany Machfudz mengatakan sudah menyosialisasikan program pemulihan ekonomi nasional ini kepada para nelayan, pengusaha batik, dan pelaku UMKM.
Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Batang meningkatkan minat beli masyarakat di salah satu pasar tradisional dengan meluncurkan aplikasi belanja daring yang diberi nama Dotukura (ayo beli). Melalui aplikasi tersebut, pembeli bisa memilih barang yang dingin dibeli dan menunggu barang diantar ke rumahnya.
Selama pandemi, sejumlah masyarakat memilih untuk tidak berbelanja ke pasar karena takut terpapar Covid-19. Di Batang, sedikitnya dua pasar pernah menjadi kluster penyebaran Covid-19.
”Digitalisasi pasar ini merupakan jawaban dari keresahan masyarakat yang selama pandemi mengurangi intensitas berbelanja di pasar. Selain mengurangi potensi interaksi, Dotukura akan menjamin kebersihan dan kesterilan barang sebelum dikirim kepada pembeli,” kata Bupati Batang Wihaji dalam keterangannya, pekan lalu.
Setelah selesai dipilih dan dikemas, belanjaan akan diantar tim pengantar dari Dokutura. Seluruh proses pembayaran bisa dilakukan melalui transfer ataupun melalui pengantar barang.
Ketua Paguyuban Pedagang Pasar Batang Anwar Rozikin menyambut baik upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka menaikkan daya beli masyarakat. Anwar menyebut, ada 1.500 pedagang pasar yang jadi mitra Dotukura.
Undang orang
Di Kota Tegal, pemerintah setempat menggelar sejumlah acara yang berpotensi menggundang orang dari luar daerah. Acara yang mengundang banyak orang, antara lain, adalah Gadhuro Drag Bike dan tabligh akbar. Dalam dua acara tersebut, hadir sedikitnya 30.000 orang.
”Upaya ini kami lakukan supaya ada perputaran ekonomi di Kota Tegal. Dengan banyaknya orang yang datang ke Kota Tegal, para pedagang, pelaku UMKM, pemilik restoran, dan penyedia jasa penginapan akan mendapatkan pemasukan,” ujar Wali Kota Tegal Dedy Yon Supriyono.
Melalui cara ini, Pemerintah Kota Tegal optimistis, perekonomian di daerahnya bisa tumbuh hingga 2 persen.
Wahyudi (30), penjual gorengan di Kecamatan Tegal Timur, Kota Tegal, mengaku terbantu dengan adanya sejumlah kegiatan yang mengundang banyak orang di Kota Tegal. Melalui tabligh akbar, Kamis (20/8/2020), misalnya, hasil penjualannya meningkat hingga tiga kali lipat dari penjualan normal.
”Normalnya, saya bisa bawa pulang uang Rp 500.000 dalam sehari. Pada masa pandemi Covid-19, paling banyak Rp 300.000 per hari. Saat acara (tabligh akbar) kemarin, saya bawa pulang Rp 1,5 juta dalam sehari,” kata Wahyudi.
Kendati demikian, Wahyudi mengaku waswas dengan adanya kebijakan mengundang banyak orang. Menurut dia, pemerintah setempat harus memastikan orang-orang yang datang ke Kota Tegal dalam keadaan sehat dan selalu menerapkan protokol kesehatan.
Hingga Jumat (21/8/2020), jumlah akumulasi kasus Covid-19 di Kota Tegal sebanyak 74 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 6 orang dirawat, 3 orang isolasi mandiri, 58 orang sembuh, dan 7 meninggal.
Akses perbankan
Kesulitan mendapatkan akses permodalan masih dialami sejumlah pelaku UMKM informal di Kota Tegal. Sugi (55), penjual bakso di Kecamatan Tegal Selatan, Kota Tegal, mengaku kesulitan mengakses bantuan permodalan dari bank. Untuk memulai kembali usahanya di masa normal baru, Sugi mengandalkan bantuan pinjaman dari kerabatnya.
Sugi menungkapkan, dirinya pernah mengajukan kredit ke salah satu bank swasta di kampungnya. Namun, niat itu ia urungkan dengan alasan syaratnya rumit.
”Saya diminta membuat proposal (pengajuan kredit), tetapi saya tidak bisa. Daripada ribet, saya meminjam (uang) saudara,” ujarnya.
Dari saudaranya, Sugi hanya mendapat pinjaman sebesar Rp 7 juta. Padahal, Sugi memerlukan sedikitnya Rp 10 juta untuk modal usaha dan biaya hidup sehari-hari. Berbekal modal yang minim, Sugi memulai usahanya pada pertengahan Juni. Untuk menekan pengeluaran, Sugi memilih meliburkan satu karyawannya.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal memiliki program pembinaan digitalisasi UKMKM. Melalui program tersebut, para pelaku UMKM, khususnya yang UMKM informal dilatih untuk bertransaksi dengan cara memindai kode respon cepat (quick response) berstandar Indonesia atau QRIS.
Seluruh transaksi yang dilakukan melalui QRIS akan terekam dan bisa diakses perbankan. Dengan begitu, perbankan bisa menilai kelayakan pelaku UMKM dalam mendapat akses KUR.
”Selama ini, ada lebih dari 61 juta pelaku UMKM informal yang belum tersentuh oleh sektor keuangan formal. Jika bisa mengakses permodalan di sektor keuangan formal, mereka akan menyumbang pertumbuhan ekonomi nasional kita,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tegal M Taufik Amrozy.
Dalam dua tahun terakhir, Bank Indonesia telah melatih sedikitnya 250 pelaku UMKM informal di pantura barat Jateng. Tidak hanya dilatih untuk bertransaksi secara digital, mereka juga dilatih mengembangkan produk, meningkatkan kualitas produknya, dan memasarkan produknya secara daring. Tahun ini, Bank Indonesia menargetkan akan melatih sekitar 500 pelaku UMKM di wilayah pantura barat Jateng.