Tenaga Kesehatan Rawan Tertular dari Pasien Asimtomatik
Sedikitnya 70 tenaga kesehatan serta pekerja enam puskesmas dan dua rumah sakit di Batam terjangkit Covid-19. Sebagian besar diduga tertular saat menangani pasien asimtomatik.
Oleh
PANDU WIYOGA
·3 menit baca
BATAM, KOMPAS — Sedikitnya 70 tenaga kesehatan dan pekerja di enam puskesmas dan dua rumah sakit di Batam, Kepulauan Riau, terjangkit Covid-19. Sebagian besar diduga tertular saat menangani pasien asimtomatik. Pemerintah daerah perlu meningkatkan rasio uji reaksi berantai polimerase atau PCR agar penularan dari orang tanpa gejala bisa diminimalkan.
Lewat pernyataan tertulis, Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi, Selasa (1/9/2020), mengatakan, terdapat tambahan dua pasien positif yang merupakan tenaga kesehatan di RSUD Embung Fatimah. Selain di RS itu, Covid-19 juga merebak di RS Elisabeth Lubuk Baja. Sebanyak 12 tenaga kesehatan di rumah sakit itu dinyatakan positif.
Sejak 22 Agustus hingga 31 Agustus, sedikitnya telah ada 70 tenaga kesehatan di enam pukesmas dan dua RS yang positif Covid-19. Enam puskesmas itu adalah Puskesmas Tiban Baru, Mentarau, Sei Langkai, Nongsa, Cate, dan Sekupang. Ada juga satu analis laboratorium di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP).
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kepulauan Riau dr Rusdani menduga sebagian besar tenaga kesehatan itu tertular SARS-CoV-2 saat menangani pasien tanpa gejala atau asimtomatik. Mayoritas tenaga kesehatan yang positif Covid-19 memang tidak bekerja menangani pasien Covid-19 di ruang isolasi. Mereka bekerja melayani pasien biasa di poliklinik.
”Misalnya pasien mengeluh perutnya sakit, tetapi ternyata ia adalah orang yang mengidap Covid-19 tanpa menunjukkan gejala. Ini, kan, sangat rawan membuat tenaga kesehatan tertular karena mereka tidak menggunakan APD selengkap tenaga kesehatan lain yang memang khusus ditugaskan menangani pasien Covid-19,” tutur Rusdani.
Peliknya soal penularan dari pasien asimtomatik ini sudah diperkirakan sejak awal Agustus oleh Kepala BTKLPP Kelas I Batam Budi Santosa. Ia mengatakan, dari satu bulan lalu, sekitar 80 persen temuan baru kasus positif adalah pasien asimtomatik. Minimnya rasio tes PCR dan abainya warga melaksanakan protokol kesehatan membuat tingkat penularan berlipat ganda.
Minimnya rasio tes PCR dan abainya warga melaksanakan protokol kesehatan membuat tingkat penularan berlipat ganda.
”Banyaknya kasus OTG ini membuat orang meremehkan Covid-19 karena sebagian besar pasien bisa sembuh tanpa harus dirawat di RS. Padahal, penyakit itu tetap saja mematikan kepada 20 persen pasien lain. Saya mengalami sendiri, sudah tiga teman meninggal karena virus itu,” ujar Budi.
Rusdani berpendapat, pemerintah daerah perlu segera memperbanyak tes PCR agar penularan Covid-19 dari pasien asimtomatik bisa dipetakan. Jika hal itu tidak segera dilakukan, ia khawatir penularan Covid-19 di sejumlah fasilitas kesehatan akan semakin sulit dikendalikan.
”Tidak ada cara lain, satu-satunya adalah perbanyak tes (PCR). Deteksi dini terhadap pasien asimtomatik akan menyelamatkan nyawa banyak orang,” ucap Rusdani.
Hingga hari ini, BTKLPP belum mendapat tambahan alat PCR. Mereka masih mengandalkan dua real time PCR Bio-Rad CFX-9 sumbangan dari Singapura yang diberikan pada pertengahan April lalu. Kapasitas maksimal dua alat itu adalah 186 sampel per hari. Padahal, saat ini, BTKLPP bisa menerima hingga 500 sampel per hari.
”Kalau sampelnya sedang banyak seperti sekarang ini, analis di laboratorium harus lembur sampai pukul 22.00 karena setidaknya butuh dua kali running alat supaya semua sampel bisa diuji pada hari itu juga,” kata Budi.