Penularan Mulai Meluas, Aktivitas Masyarakat di DIY Perlu Dibatasi
Tingginya kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta selama beberapa waktu terakhir dinilai menjadi indikasi telah terjadi perluasan penularan. Untuk mengendalikannya, aktivitas masyarakat sudah saatnya dibatasi.
YOGYAKARTA, KOMPAS — Tingginya kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY beberapa waktu terakhir dinilai menjadi indikasi perluasan penularan. Untuk mengendalikannya, aktivitas masyarakat perlu dibatasi. Tanpa pembatasan, jumlah pasien Covid-19 dikhawatirkan terus bertambah hingga melampaui kapasitas layanan kesehatan.
”Saat ini, penularan sudah meluas. Salah satu indikasi utamanya, jumlah kasusnya semakin banyak,” kata epidemiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, saat dihubungi, Minggu (20/9/2020), di Yogyakarta.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, hingga Minggu, jumlah pasien positif Covid-19 di DIY sebanyak 2.181 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.506 orang dinyatakan sembuh dan 58 orang lainnya meninggal. Oleh karena itu, masih ada 617 pasien yang belum dinyatakan sembuh.
Selama beberapa waktu terakhir, jumlah pasien baru Covid-19 di DIY melonjak signifikan. Pada Sabtu (19/9/2020), misalnya, terjadi penambahan 74 orang pasien baru dalam sehari. Angka ini merupakan rekor tertinggi penambahan pasien baru di DIY. Rekor penambahan pasien di DIY sebelumnya terjadi pada 1 Agustus 2020 dengan 67 pasien dalam sehari.
Baca juga: Rekor Baru, Pasien Covid-19 di DIY Bertambah 74 Orang dalam Sehari
Sementara itu, pada Minggu ini, jumlah pasien baru Covid-19 di DIY juga tergolong tinggi, yakni 70 orang. Pada hari Minggu ini juga dilaporkan adanya empat pasien Covid-19 yang meninggal.
Pembatasan
Riris berpendapat, penularan yang meluas itu terjadi akibat aktivitas masyarakat yang semakin longgar setelah adanya wacana normal baru. Agar penularan tidak semakin meluas, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DIY harus melakukan sejumlah langkah. Salah satunya dengan menggencarkan 3T, yakni test, tracing, dan treatment.
Penggencaran 3T berarti memperbanyak jumlah tes atau pemeriksaan, mengintensifkan tracing atau pelacakan kontak, serta memperkuat treatment atau perawatan dan isolasi pasien Covid-19. Sementara itu, masyarakat harus disiplin menjalankan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Meski demikian, Riris juga menyebut, saat kondisi penularan telah meluas seperti saat ini, diperlukan juga pembatasan aktivitas masyarakat di luar rumah untuk mengendalikan penularan. Pembatasan aktivitas penting untuk menekan pertemuan fisik di antara warga sehingga potensi penularan juga menurun.
Menurut Riris, aktivitas yang bisa dibatasi itu misalnya kegiatan perkantoran, acara pertemuan yang dihadiri banyak orang, serta aktivitas pariwisata. Hal itu karena aktivitas-aktivitas tersebut bisa meningkatkan interaksi fisik di antara warga sehingga berpotensi meningkatkan penularan. ”Untuk aktivitas wisata, kalaupun tidak dihentikan, ya, benar-benar dikurangi. Harus ada ketegasan pembatasan orang yang masuk ke situ (destinasi wisata),” ungkapnya.
Pembatasan aktivitas penting untuk menekan pertemuan fisik di antara warga sehingga potensi penularan juga menurun.
Secara umum, selama September ini, jumlah kasus harian Covid-19 di DIY memang lebih tinggi dibanding bulan-bulan sebelumnya. Pada periode 1-20 September dilaporkan 756 kasus Covid-19 atau rata-rata 37,8 kasus per hari. Pada Agustus 2020, tercatat 751 kasus di DIY atau rata-rata 24,2 kasus per hari.
Padahal, pada Juli 2020, jumlah kasus Covid-19 di DIY hanya 361 kasus atau rata-rata 11,6 kasus dalam sehari. Data ini menunjukkan, rata-rata kasus harian pada September ternyata tiga kali lipat lebih banyak jika dibandingkan rata-rata kasus harian pada Juli lalu.
Baca juga: Wisata di DI Yogyakarta Bergulir di Tengah Pandemi Covid-19
”Positivity rate”
Riris menjelaskan, penularan Covid-19 di DIY yang meluas tidak hanya terlihat dari tingginya jumlah kasus. Dia menyebut, indikasi lain juga terlihat dari positivity rate yang semakin tinggi kendati jumlah orang yang menjalani tes dengan metode reaksi rantai polimerase (PCR) juga meningkat.
Positivity rate atau tingkat kepositifan merupakan perbandingan jumlah orang yang menjalani tes PCR dengan jumlah orang yang dinyatakan positif Covid-19. ”Indikasi lain meluasnya penularan adalah positivity rate semakin tinggi. Meskipun pemeriksaan ditingkatkan, yang positif justru ikut meningkat. Itu berarti penularannya semakin tinggi,” kata Riris.
Berdasarkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), positivity rate suatu wilayah seharusnya berada di bawah 5 persen. Namun, WHO juga merekomendasikan jumlah orang yang menjalani tes PCR minimal 1 per 1.000 penduduk per minggu.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, jumlah penduduk DIY pada tahun 2019 sekitar 3,8 juta. Oleh karena itu, apabila merujuk rekomendasi WHO, jumlah orang yang mestinya menjalani tes PCR di DIY minimal 3.800 orang per minggu atau 543 orang per hari.
Rata-rata kasus harian pada September ternyata tiga kali lipat lebih banyak jika dibandingkan rata-rata kasus harian pada Juli lalu.
Dengan merujuk pada laporan harian Dinkes DIY, Kompas membuat perhitungan positivity rate di DIY selama tiga bulan terakhir. Perhitungan itu menunjukkan, pada September 2020, positivity rate di DIY meningkat jika dibandingkan Juli dan Agustus 2020. Padahal, jumlah orang yang dites pada September lebih banyak dibandingkan dua bulan sebelumnya.
Baca juga: Dilema Besar Penanganan Pandemi Covid-19 di Yogyakarta
Pada Juli 2020, jumlah orang yang menjalani tes PCR di DIY sebanyak 15.426 orang atau rata-rata rata-rata 498 orang per hari dengan positivity rate sebesar 2,34 persen. Pada Agustus, jumlah orang yang menjalani tes PCR turun menjadi 15.152 orang atau rata-rata 489 orang per hari. Adapun positivity rate pada bulan itu sebesar 4,96 persen.
Sementara itu, pada 1-20 September 2020, jumlah orang yang menjalani tes PCR di DIY sebanyak 11.048 orang sehingga rata-rata orang yang dites per hari meningkat menjadi 552 orang. Jumlah orang yang dites ini sudah melampaui rekomendasi WHO. Namun, positivity rate pada September justru meningkat menjadi 6,84 persen atau lebih tinggi dibanding rekomendasi WHO.
Riris menyatakan, apabila penularan Covid-19 belum meluas, peningkatan jumlah tes PCR seharusnya berdampak pada menurunnya positivity rate. ”Kalau transmisi (penularan) enggak meningkat dan kita meningkatkan jumlah tes, positivity rate harusnya turun,” ujarnya.
Namun, jika peningkatan jumlah tes juga diikuti meningkatnya positivity rate, hal itu menjadi penanda adanya penularan yang meluas.
Imbauan protokol kesehatan dipasang di Pantai Mesra di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Sabtu (19/9/2020). Kunjungan wisatawan terus berlangsung ke berbagai obyek wisata di DIY meski pandemi tengah berlangsung. Hari itu, DIY mencatat rekor baru dalam hal penambahan kasus positif Covid-19 dengan jumlah mencapai 74 kasus. Total kasus positif Covid-19 di DIY menjadi 2.111 kasus.Riris menambahkan, apabila penularan Covid-19 di DIY tidak bisa dikendalikan, jumlah pasien positif akan terus meningkat sehingga dikhawatirkan bisa melebihi kapasitas layanan kesehatan. Apalagi, selama beberapa hari terakhir, tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY sudah sekitar 60 persen.
Berdasar data Dinkes DIY, dari total 452 tempat tidur yang tersebar di 27 rumah sakit rujukan Covid-19 di DIY, sebanyak 274 di antaranya atau 61 persen sudah terisi pada Minggu (20/9/2020). Riris mengingatkan, apabila jumlah pasien melebihi kapasitas layanan kesehatan, jumlah korban meninggal akibat Covid-19 juga berpotensi meningkat. ”Kalau kemudian kasusnya melebihi kapasitas, semakin banyak orang bisa menjadi korban,” tuturnya.
Baca juga: 57 Persen Tempat Tidur RS Rujukan di DIY Sudah Terisi
Belum akan PSBB
Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Daerah DIY Kadarmanta Baskara Aji mengatakan, Pemda DIY belum berencana membatasi aktivitas masyarakat, misalnya dengan menerapkan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). ”Kami belum punya pikiran untuk PSBB,” ujarnya.
Kadarmanta menyebut, untuk mengendalikan penularan Covid-19, Pemda DIY mengimbau masyarakat untuk disiplin menerapkan protokol kesehatan. Selain itu, pasien positif Covid-19 tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri di rumah juga diminta benar-benar disiplin.
”Saat karantina mandiri itu, kami minta betul-betul disiplin supaya keluarga dan teman-temannya tidak tertular,” tuturnya.
Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie menyatakan, penelusuran kontak terkait pasien positif Covid-19 akan terus digencarkan. Hal ini karena kebanyakan pasien baru di DIY beberapa waktu terakhir ternyata memiliki riwayat kontak erat dengan pasien yang sebelumnya dinyatakan positif Covid-19.
”Sebagian besar hasil tracing kami itu adalah kontak erat. Tentu saja, teman-teman petugas di kabupaten/kota di DIY akan melakukan (tracing) lebih masif lagi berkaitan dengan meningkatnya kasus-kasus,” ujar Pembajun.