Lemuru (Sardinella lemuru) melimpah sejak enam bulan terakhir. Tangkapan tahun ini diklaim merupakan yang terbaik dalam tiga tahun terakhir.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·4 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Para nelayan di Muncar Banyuwangi menikmati tangkapan lemuru (Sardinella lemuru) yang melimpah sejak enam bulan terakhir. Tangkapan tahun ini diklaim merupakan yang terbaik dalam tiga tahun terakhir.
Berlimpahnya tangkapan lemuru berdampak pada pabrik-pabrik pengalengan ikan yang ada di sekitar Pelabuhan Muncar. Mereka bisa menghemat biaya bahan ikan kalengan karena mengurangi impor ikan.
”Sejak awal puasa (April), lemuru semakin berlimpah. Tahun sebelumnya kami hanya dapat 5 ton itu pun seminggu mungkin hanya sekali dua kali. Sekarang bisa dua hari sekali dapat 15 ton bahkan pernah 30 ton,” ujar Roni Pratama (21), nelayan Muncar awak Kapal Indah Jaya, ketika ditemui di Pelabuhan Muncar, Banyuwangi, Jumat (2/10/2020).
Roni mengatakan, tangkapan tahun ini merupakan yang terbaik dibandingkan dengan tiga tahun terakhir. Selama ini, nelayan Muncar memang mengalami paceklik tangkapan lemuru.
Hasil tangkapan lemuru para nelayan sebagian besar dialirkan ke pabrik pengolahan tepung dan pengalengan ikan. Lemuru berukuran kecil biasanya dijual ke pabrik pembuatan tepung ikan, sedangkan lemuru yang berukuran besar dijual ke pabrik pengalengan ikan. Hanya sebagian kecil saja yang dijual ke pasar tradisional dalam bentuk ikan segar ataupun ikan asin yang telah dikeringkan. Ketika produksi lemuru melimpah seperti saat ini, harga jual lemuru menjadi lebih murah.
”Sudah jadi hal biasa saat tangkapan melimpah seperti ini harga jual lemuru menjadi lebih murah. Lemuru untuk penepungan dihargai Rp 3.500 per kg sedangkan lemuru untuk pengalengan dihargai Rp 6.000 hingga Rp 7.000 per kg,” tutur Roni.
Kendati demikian, kondisi ini lebih menggembirakan bagi para nelayan. Mereka mengaku akan lebih susah jika tidak ada tangkapan kendati harga jual lebih tinggi. Purnomo (28), nelayan Muncar awak Kapal Bintang Sonar, mengakui hal tersebut.
”Bagi nelayan, lebih baik harganya turun sedikit, tetapi persediaan di laut cukup banyak. Karena kalau lagi musim paceklik, kadang kami berangkat dan pulang tanpa membawa apa-apa. Kalaupun ada, tidak semua kapal dapat, sedangkan saat ini hampir semua kapal dapat minimal 15 ton,” tutur Purnomo.
Berlimpahnya tangkapan lemuru tidak hanya dirasakan oleh para nelayan. Pabrik pengalengan ikan juga merasakan dampak positif atas peningkatan produksi lemuru terebut.
Manajer Pemasaran Pasific Harvest Anang Kurniawan mengatakan, saat ini produksi pengalengan ikan didominasi bahan dari ikan lokal tangkapan nelayan. Kondisi ini baik untuk kualitas dan biaya produksi.
Anang mengatakan, saat ini 90 persen produksinya menggunakan lemuru lokal. Kondisi ini berbeda dengan lima tahun lalu saat 80 persen ikan yang mereka gunakan merupakan impor dari Pakistan.
Berlimpahnya ikan lemuru di Muncar sejak April membuat pabrik pengalengan bisa menghemat biaya impor ikan bahan baku. ”Kami senang kalau mendapat banyak ikan dari para nelayan lokal. Secara kualitas, ikan lokal memiliki lebih banyak minyak, rasanya juga lebih enak, ikan juga lebih segar dan harganya lebih murah,” ungkap Anang.
Harga yang lebih murah, lanjut Anang, membuat pengeluaran untuk persediaan bahan ikan pengalengan bisa lebih ditekan. Harga beli ikan lokal Rp 9.000 per kg. Sementara harga ikan impor Rp 11.000 per kg sudah termasuk biaya pengiriman pajak impor.
Bagi nelayan lebih baik harganya turun sedikit, tetapi persediaan di laut cukup banyak. Karena kalau lagi musim paceklik, kadang kami berangkat dan pulang tanpa membawa apa-apa.
Kami senang kalau mendapat banyak ikan dari para nelayan lokal. Secara kualitas, ikan lokal memiliki lebih banyak minyak, rasanya juga lebih enak, ikan juga lebih segar dan harganya lebih murah.
Anang mengatakan, dalam sehari pihaknya bisa menyerap 150 ton ikan lemuru dari para nelayan di Muncar. Pasific Harvest memiliki gudang pendingin dengan kapasitas 10.000 ton yang saat ini sudah berisi sekitar 6.000 ton.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi Harri Cahyo Purnomo juga mendapat laporan terkait peningkatan produksi dari para nelayan. Menurut dia, faktor cuaca dan konservasi sumber daya perikanan menjadi faktor peningkatan produksi tangkapan lemuru.
”Peningkatan ini karena nelayan tidak lagi sekadar menangkap ikan, tetapi mengelola sumber daya ikan secara lestari. Kami juga sudah menenggelamkan 2.000 apartemen ikan yang mungkin menjadi tempat yang tepat untuk lemuru bertelur,” ungkapnya.