Waspadai Fenomena Gunung Es Kasus Covid-19 di Pondok Pesantren
Penularan Covid-19 di pondok pesantren di Jawa Tengah, antara lain, ditemukan di Wonogiri, Pati, Kebumen, Banyumas, Cilacap, dan Kendal. Peningkatan signifikan kasus di ponpes terjadi pada September-Oktober 2020.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·4 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Penularan Covid-19 di sejumlah pondok pesantren, termasuk di Jawa Tengah, dinilai merupakan potret fenomena gunung es. Tak sekadar tingginya angka, tetapi terdapat sejumlah permasalahan kultural yang perlu diselesaikan dengan pola komunikasi baik oleh semua pemangku kepentingan.
Sekretaris Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jateng KH Abu Choir mengatakan, salah satu masalah adalah adanya stigma bahwa terkena Covid-19 merupakan aib. Dengan begitu, pondok pesantren (ponpes) cenderung tertutup. Oleh karena itu, diperlukan penguatan pemahaman bahwa Covid-19 merupakan masalah bersama, bahkan di seluruh dunia.
”Kasus Covid-19 di pesantren ini seperti gunung es, banyak persoalan di dalamnya. Namun, dengan keterbukaan, justru kita bisa segera mengambil tindakan yang diperlukan,” kata Abu dalam webinar ”Jogo Santri di Masa Pandemi Covid-19”, Kamis (22/10/2020), yang bertepatan dengan peringatan Hari Santri Nasional.
Dari data yang didapatkan RMI PWNU Jateng, yang merupakan lembaga basis utama ponpes, kasus Covid-19 ditemukan di sejumlah kabupaten, yakni Wonogiri, Pati, Kebumen, Banyumas, Cilacap, dan Kendal. Peningkatan signifikan kasus terjadi pada September-Oktober 2020.
Abu menuturkan, kasus Covid-19 di ponpes di Wonogiri, Pati, dan Kebumen sudah tertangani atau sembuh sepenuhnya. Sementara di Banyumas, Kendal, dan Cilacap masih terdapat kasus.
Sebelumnya, menurut data Pemerintah Provinsi Jateng, per Senin (19/10/2020), total terdapat 923 kasus positif Covid-19 di kluster pondok pesantren. Perinciannya, 123 orang dirawat di ruang isolasi khusus, 446 orang melakukan isolasi mandiri, 82 orang dirawat di rumah sakit, dan 272 orang sembuh.
Abu menuturkan, dari penelusuran dan diskusi, ada sejumlah hal yang menyebabkan penularan Covid-19 di ponpes. ”Penapisan santri yang lemah; warga pesantren yang keluar-masuk; dan orang luar, seperti wali santri, tamu, dan rombongan calon kepala daerah, yang masuk,” ujarnya.
Hal itu diperburuk dengan adanya hambatan komunikasi dengan aparat pemerintah atau dinas terkait. Misalnya, tak ada koordinasi saat hendak melakukan tes usap massal. Selain itu, pemerintah kabupaten aktif di media sosial, tetapi tak berbicara dengan pihak ponpes.
Ada sejumlah hal yang menyebabkan penularan Covid-19 di ponpes. Penapisan santri yang lemah; warga pesantren yang keluar-masuk; dan orang luar, seperti wali santri, tamu, dan rombongan calon kepala daerah; yang masuk.
Abu berharap ponpes tidak melulu ditempatkan sebagai obyek. ”Sebenarnya, pesantren itu subkultur karena memiliki budaya, tokoh, dan tradisi sendiri. Karena itu, pesantren perlu dilihat sebagai lembaga mandiri yang juga punya keinginan kuat untuk selesaikan masalah,” katanya.
Upaya yang selama ini dilakukan RMI PWNU Jateng antara lain memberikan edukasi kepada ponpes tentang Covid-19 bersama RMI PBNU, dinas kesehatan, dan instansi lain. Dengan demikian, protokol pencegahan penularan Covid-19 diharapkan bisa dilaksanakan dengan baik di ponpes-ponpes.
Wakil Pemimpin Pondok Modern Selamat Kendal Almunfarijah mengungkapkan, pihaknya mencegah penularan Covid-19 dengan membentuk gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 dan memastikan para santri sehat. Selain itu, sarana dan prasarana pendukung protokol kesehatan juga disiapkan.
Ia mengakui, meski sudah ada penapisan saat rombongan santri berdatangan ke ponpes, sempat ada temuan kasus 13 orang positif Covid-19. Meski demikian, saat ini semuanya sudah sembuh. ”Pelacakan sumber penularan dilakukan, tetapi sampai sekarang kami juga tidak tahu dari mana. Yang jelas, kami semakin memperhatikan betul protokol kesehatan dari yang paling mudah, yaitu pemakaian masker,” ujar Almunfarijah.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Jateng Retno Sudewi menuturkan, program Jogo Santri terus diperkuat. ”Para santri berperan dalam edukasi kepada masyarakat terkait protokol kesehatan,” katanya.
Duta pondok pesantren
Pada Kamis, bertepatan dengan peringatan Hari Santri 2020, Pemprov Jateng memberi penghargaan kepada 15 duta pondok pesantren se-Jateng. Penghargaan berupa uang pembinaan Rp 125 juta dan kit Jogo Santri senilai Rp 8 juta untuk setiap duta ponpes.
Kelima belas duta ponpes itu terpilih melalui seleksi penerapan protokol kesehatan di pondok pesantren atau Jogo Santri, mulai dari administrasi, penilaian video, dan pengecekan langsung di lapangan. Dari 193 peserta diambil 15 ponpes terbaik.
”Ke depan, duta pondok pesantren ini bisa secara bersama-sama menularkan atau bersosialisasi tentang penerapan protokol kesehatan atau Jogo Santri ke semua pondok pesantren, terutama di Jawa Tengah,” ujar Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen.