Para pengungsi dipastikan ditempatkan di lokasi yang memenuhi pembatasan fisik sehingga potensi penularan Covid-19 dapat dicegah. Lokasi itu di antarnya di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Tengah mencatat, ada 961 warga Kabupaten Magelang dan Klaten yang mengungsi sebagai antisipasi erupsi Gunung Merapi. Jumlah itu akan bertambah karena beberapa desa di Boyolali berisiko terdampak dan mulai ada pergerakan pengungsi.
”Ada 961 warga yang mengungsi. Sebanyak 175 di Kabupaten Klaten, sedangkan sisanya di Magelang. Selain itu, hari ini juga mulai ada (pergerakan) pengungsian di Boyolali,” kata Pelaksana Tugas Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Syafrudin di Kota Semarang, Senin (9/11/2020).
Syafrudin menambahkan, mereka yang diungsikan ialah warga kelompok rentan, yakni bayi, anak usia di bawah lima tahun, anak-anak, ibu hamil atau menyusui, penyandang disabilitas, dan orang lanjut usia (lansia). Selain itu, logistik juga sudah disalurkan ke sejumlah pengungsian tersebut.
Ia juga memastikan para pengungsi ditempatkan di lokasi yang memenuhi pembatasan fisik sehingga potensi penularan Covid-19 dapat dicegah. Lokasi itu di antaranya di Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Magelang. Ada penyekatan dengan tripleks di antara tempat istirahat pengungsi.
Syafrudin menuturkan, sejumlah pengungsi di Kabupaten Magelang juga sudah dites cepat. ”Ada tiga orang yang reaktif dan sudah di-swab, serta dibawa ke rumah sakit. Namun, hasilnya kami belum menerima,” ucapnya.
Sebelumnya, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), Kamis (5/11/2020), menaikkan status Gunung Merapi dari Waspada (Level II) menjadi Siaga (Level III). Daerah berisiko tinggi terdampak erupsi yakni pada radius 5 kilometer dari Gunung Merapi.
Di Jateng, terdapat sembilan desa dari tiga kabupaten, yakni Magelang, Klaten, dan Boyolali, yang terdapat dusun-dusun berisiko terdampak erupsi Gunung Merapi. Sementara di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, terdapat tiga desa yang terdapat dusun berisiko terdampak.
Sebelumnya, sejumlah desa bersiap guna mengantisipasi erupsi Gunung Merapi. Salah satunya adalah Desa Klakah, Kecamatan Selo, Boyolali. Di desa itu, ada program Kepala Keluarga (KK) kembar dengan desa lain untuk menampung warganya jika terjadi erupsi Merapi.
”Kami sudah memiliki KK kembar dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Jadi, konsepnya family to family, warga sini akan langsung mengungsi ke keluarga yang ada di sana jika terjadi erupsi,” kata Kepala Desa Klakah Marwoto, akhir pekan lalu.
KK kembar, menurut dia, lebih efektif ketimbang seluruh warga ada di satu pengungsian, terlebih saat ini sedang pandemi Covid-19. ”Kami sudah siap, sukarelawan sudah siap dan antarkeluarga juga sudah siap. Proses pengenalan untuk kedekatan kami lakukan terus-menerus,” katanya.
Kami sudah memiliki KK kembar dengan Desa Gantang, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang. Jadi konsepnya family to family, warga sini akan langsung mengungsi ke keluarga yang ada di sana jika terjadi erupsi.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Senin (9/11/2020), mengatakan, penanganan evakuasi warga di lereng Gunung Merapi sejauh ini berjalan baik. ”Masih dalam pemantauan kami terus. Tempat pengungsian juga sudah disiapkan dan bagus karena telah menerapkan protokol kesehatan,” ucapnya.