APD hingga Hotel Disiapkan bagi Tenaga Kesehatan Cirebon
Pemerintah daerah di Cirebon, Jawa Barat, terus berupaya melindungi tenaga kesehatan dari wabah Covid-19 dengan menyiapkan alat pelindung diri, insentif, hingga isolasi di hotel. Ini untuk mencegah wabah Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah daerah di Cirebon, Jawa Barat, terus berupaya melindungi tenaga kesehatan dari penularan Covid-19 dengan menyiapkan alat pelindung diri, insentif, dan isolasi di hotel. Langkah tersebut untuk mencegah para tenaga kesehatan dan keluarganya terpapar Covid-19 yang selama delapan bulan ini mewabah di Tanah Air.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Cirebon Edy Sugiarto mengatakan, pihaknya telah menyediakan alat pelindung diri (APD) standar bagi tenaga kesehatan (nakes) di 22 puskesmas di Cirebon. Meskipun tidak merinci jumlahnya, Edy mengklaim APD bagi nakes sudah aman alias mencukupi.
”Problemnya, setelah pulang, nakes bisa terpapar Covid-19 kalau tidak menjalankan protokol kesehatan ketat,” kata Edy, Jumat (6/11/2020), di Cirebon. Menurut dia, sejumlah kasus penyebaran Covid-19 di lingkungan nakes terjadi saat makan bersama atau kontak dengan keluarga yang positif.
Hingga awal November, menurut Edy, sebanyak 44 nakes di Kota Cirebon terpapar Covid-19. Bahkan, dua perawat di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati meregang nyawa setelah positif Covid-19. Salah satu korban, Rohaetin (32), mengembuskan napas terakhir lima hari setelah melahirkan.
Edy menambahkan, selain APD, pihaknya juga menyiapkan tes usap tenggorokan rutin dua pekan sekali bagi nakes. ”Kami sudah memberikan 673 kit viral transport medium (VTM) ke 22 puskesmas. Ini cukup hingga akhir Desember,” ujarnya.
Saat ini, pihaknya telah menjalankan 8.272 tes usap atau lebih dari 2 persen penduduk kota, yakni 340.000 orang. Dari tes tersebut, 540 orang posiif Covid-19. Sebanyak 31 orang di antaranya meninggal dan 155 orang masih menjalani isolasi. Sementara 354 orang lainnya dinyatakan sembuh.
Edy melanjutkan, insentif untuk nakes dari pemerintah pusat di Kota Cirebon juga tidak ada masalah. Sementara itu, serapan anggaran biaya tak terduga untuk penanganan Covid-19 di dinas kesehatan sekitar 90 persen dari Rp 25 miliar lebih.
Selain APD dan insentif, anggaran tersebut juga digunakan menyewa dua hotel untuk isolasi pasien Covid-19 dengan gejala ringan, termasuk bagi nakes. Hotel Ono’s menyiapkan 104 tempat tidur dan Hotel Langensari 46 tempat tidur.
”Sebanyak 18 nakes dari luar Cirebon sedang isolasi di hotel. Meskipun bukan warga Kota Cirebon, kami tetap menerima karena pertimbangan kemanusiaan,” ungkapnya. Edy juga berharap, daerah sekitar Cirebon bisa bekerja sama menyiapkan tempat isolasi terpusat.
Kepala Dinkes Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni mengatakan, pihaknya masih berupaya menjalin kerja sama dengan hotel untuk menjadi tempat karantina nakes yang terpapar Covid-19. ”Anggarannya sudah siap,” ucapnya.
Meski demikian, pihaknya tetap berusaha melindungi nakes dari penularan Covid-19. Eni mengklaim APD untuk nakes sudah terpenuhi. ”Tapi, kalau sudah pulang, kadang teman-teman (nakes) kurang hati-hati sehingga berpotensi terpapar,” ungkapnya.
Hingga kini, 150 tenaga kesehatan yang berdomisili di Kabupaten Cirebon tertular Covid-19. Sebanyak 101 nakes di antaranya bekerja di fasilitas layanan kesehatan di Kabupaten Cirebon. Seorang perawat asal Puskesmas Karangsari dilaporkan meninggal dunia.
Akibat merebaknya Covid-19 di lingkungan nakes, sejumlah fasilitas kesehatan tidak beroperasi. Pelayanan rawat jalan dan rujukan di Puskesmas Plered, misalnya, ditutup pada Jumat-Sabtu (6-7/11/2020). Puskesmas kembali beroperasi penuh pada Senin (9/11/2020). Sebelumnya, sejumlah puskesmas juga sempat ditutup, seperti di Sedong dan Kedawung.
Untuk mencegah kasus berulang, pihaknya menyediakan tes usap massal untuk nakes. ”Kami menargetkan 30.000 tes usap sampai akhir tahun ini. Saat ini, kami sudah tes 27.611 orang,” ujarnya.
Dari tes tersebut, 1.291 orang positif Covid-19. Sebanyak 78 orang di antaranya meninggal dunia dan 308 orang masih menjalani isolasi. Adapun 905 orang dinyatakan sembuh. Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif tertinggi di Jabar bagian timur.
Anggaran
Di tengah lonjakan kasus tersebut, menurut Eni, insentif bagi nakes dari pemerintah pusat sekitar 64 persen dari Rp 5 miliar telah dicairkan. ”Pencairannya sempat terlambat karena kami harus menyiapkan administrasinya,” katanya.
Pemkab Cirebon juga menganggarkan insentif bagi nonnakes, seperti petugas pemulasaran, di RSUD Arjawinangun dan RSUD Waled. Anggaran yang disiapkan lebih dari Rp 2,8 miliar. Selama ini, mereka belum tersentuh insentif dari pemerintah.
Meskipun pihaknya berupaya melindungi nakes dan petugas di fasilitas pelayanan kesehatan, penanganan Covid-19 juga membutuhkan peran masyarakat. ”Kalau kita sudah menjalankan protokol kesehatan, penyebarannya bisa dicegah. Saat anak saya positif Covid-19, saya negatif karena bisa menerapkan protokol,” ungkapnya.