Borobudur Marathon 2020 Powered by Bank Jateng, Minggu (15/11/2020), diharapkan menjadi inspirasi kebangkitan olahraga, ekonomi, dan wisata pada masa pandemi Covid-19.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA/ADRIAN FAJRIANSYAH/REGINA RUKMORINI/GREGORIUS MAGNUS FINESSO
·6 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Borobudur Marathon 2020 Powered by Bank Jateng, Minggu (15/11/2020), diharapkan menjadi inspirasi kebangkitan olahraga, ekonomi, dan wisata pada masa pandemi Covid-19. Sebanyak 26 pelari elite yang berlomba di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, dan 9.090 peserta lari virtual adalah duta-duta penyemangat bangsa agar segera pulih dari krisis, dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dalam sambutan yang disampaikan secara virtual saat konferensi pers Borobudur Marathon 2020 di Hotel Plataran, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Sabtu (14/11/2020), mengatakan, ajang ini sangat bermakna sebagai pembelajaran bagi penyelenggaraan acara publik pada masa pandemi. ”Ini sekaligus membangkitkan optimisme baru untuk menunjukkan bahwa acara tetap bisa diselenggarakan di tengah pandemi,” ujarnya.
Pada Minggu (15/11), Borobudur Marathon 2020 akan digelar dalam dua format penyelenggaraan. Di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur akan digelar Elite Race yang diikuti 26 atlet nasional yang akan menempuh kategori full marathon. Adapun ajang lari virtual akan diikuti 9.090 pelari dari penjuru Nusantara dan mancanegara.
Ganjar mengatakan, para atlet nasional yang mengikuti Elite Race Borobudur Marathon 2020 juga menjadi bagian dari pembuktian keamanan penyelenggaraan kegiatan lomba lari. Dengan tetap kompetitif meraih prestasi, mereka menunjukkan lomba lari bisa digelar secara aman dan sehat. Keikutsertaan mereka menjadi bagian sejarah maraton Indonesia dan dunia.
Bagi masyarakat yang mengikuti ajang lari virtual, Ganjar secara khusus memberi apresiasi. ”Peserta lari virtual ini adalah para pelari yang telah berkontribusi besar karena membantu menjaga agar marwah Borobudur Marathon tetap eksis,” ujar Ganjar yang direncanakan melepas Elite Race Borobudur Marathon 2020 secara virtual.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Jawa Tengah Sinung N Rachmadi mengungkapkan, Borobudur Marathon 2020 diharapkan dapat menginspirasi penyelenggaraan acara serupa yang melibatkan massa agar dapat tetap aman di tengah pandemi. Itu karena penyelenggaraan acara tidak bisa dikatakan aman hanya dengan menyediakan cairan antiseptik dan memakai masker.
”Keamanan acara sesuai protokol kesehatan harus dibuktikan dengan keberanian semua pihak yang terlibat, melakukan tes cepat dan tes usap Covid-19,” ujarnya.
Wakil Pemimpin Umum Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, Borobudur Marathon 2020 diselenggarakan sebagai bentuk pembuktian bagi dunia. ”Setelah London Marathon 2020 digelar, kami pun yakin, Indonesia juga bisa menyelenggarakan Borobudur Marathon 2020 di tengah pandemi,” ujarnya.
Menurut Budiman, Borobudur Marathon kerja sama harian Kompas, Pemerintah Provinsi Jateng, dan Bank Jateng, yang sudah digelar sejak 2017, tahun ini dilaksanakan dengan protokol kesehatan Covid-19 yang sangat ketat. Setiap peserta Elite Race Borobudur Marathon 2020 akan menjalani tes usap hingga tiga kali. Tes usap pertama dilakukan di daerah masing-masing sebelum berangkat, tes usap kedua dilaksanakan sebelum masuk karantina di Magelang, dan tes ketiga akan dilakukan sebelum para pelari pulang. Hal serupa diterapkan bagi panitia dan media peliput.
Soal ketatnya penerapan protokol kesehatan, Direktur Bisnis Harian Kompas Lukminto Wibowo, menambahkan, pihak panitia tidak mau berkompromi. ”Ada sejumlah tamu undangan yang menolak menjalani tes usap. Mereka tidak kami izinkan hadir di Taman Wisata Candi Borobudur,” ujarnya. Semua yang hadir wajib mengenakan tanda pengenal, yang mencantumkan keterangan bahwa yang bersangkutan negatif Covid-19.
Disambut antusias
Meski digelar dengan beragam keterbatasan, Borobudur Marathon 2020 disambut antusias ke-26 pelari. Meski akan berkompetisi, mereka menganggap ajang ini sekaligus sebagai reuni. ”Selama pandemi, kami tidak pernah jumpa. Komunikasi hanya lewat sosial media. Ini pertama kali kami bertemu lagi dalam 11 bulan ini,” ujar Hamdan Syafril Sayuti (33), pelari asal Sijunjung, Sumatera Barat.
Selama pandemi Covid-19, hampir semua lomba lari ditunda hingga dibatalkan. Di level internasional, hanya seri Tokyo Marathon yang sempat digelar tepat waktu pada 1 Maret atau sebelum pandemi. Adapun lima seri lain ditunda dan dibatalkan, yakni seri London yang ditunda dari 26 April menjadi 4 Oktober, sedangkan seri Boston, Berlin, Chicago, dan New York dibatalkan.
Di level nasional, hampir semua agenda perlombaan lari dibatalkan. Geliat lomba lari baru muncul lagi di kala normal baru, yakni Jogja 10K pada 29 Oktober-1 November dan 10K Belitung Timur Run pada 8 November. Adapun Borobudur Marathon 2020 menjadi lomba maraton penuh pertama yang digelar di tengah pandemi.
Bagi sebagian pelari, ketiadaan lomba menjadi bencana. Selama ini, hadiah lomba menjadi penghasilan utama untuk keperluan sehari-hari. Hamdan, misalnya, sejak 2012 telah memfokuskan lari sebagai sumber penghasilan. Bahkan, dirinya bisa membangun rumah dan berinvestasi dari hadiah lomba.
”Sejak 2012 itu, rata-rata saya bisa ikut 20-30 lomba per tahun. Itu penghasilannya beragam, dari paling kecil Rp 5 juta hingga pernah mendapatkan terbanyak Rp 185 juta,” kata pelari peraih urutan keempat nomor maraton SEA Games 2015 Singapura tersebut.
Maka itu, saat muncul pandemi dan semua perlombaan ditunda bahkan dibatalkan, Hamdan yang meraih podium pertama kategori maraton Borobudur Marathon 2017 dan 2018 itu pun gelisah. Beruntung, masih ada pemasukan dari beberapa usaha sampingan, seperti warung kelontong dan toko material.
Hal serupa dialami pelari putri asal Padang Panjang, Sumatera Barat, Juni Ramayani (28). Dia memang bekerja sebagai pegawai kontrak salah satu bank pemerintah di DKI Jakarta. Namun, penghasilannya amat terbatas, yakni sekitar Rp 5 juta per bulan.
Pendapatan Juni dari lomba lari bisa 5-10 kali lipat gaji tersebut. Itu karena dirinya mengikuti 10-20 lomba dalam setahun, dengan hadiah Rp 2 juta-Rp 60 juta per lomba. ”Sekarang, penghasilan saya hanya bergantung gaji. Kalau kurang, saya terpaksa mengambil duit tabungan,” ujar pelari peraih peringkat keempat di PON Jawa Barat 2016 tersebut.
Hamdan berharap pergelaran Borobudur Marathon 2020 di kala pandemi bisa menjadi contoh baik penyelenggaran lomba lari lain. ”Borobudur Marathon ini penting sekali untuk atlet. Selain membuka lagi keran penghasilan, kejuaraan ini juga bisa jadi pemicu geliat lomba lari lain. Setidaknya, saya bisa mengembalikan mental berlomba untuk menyambut lomba-lomba lain tahun depan yang diharapkan sudah normal,” ujarnya.
”Konsepnya bagus karena memang sudah harus begini (di tengah pandemi). Memang, waktu latihannya lebih terbatas. Yang biasanya pagi-sore, kini hanya pagi. Namun, kami memahami dan menerima,” kata Irma Handayani (30), pelari putri asal Samarinda, Kalimantan Timur.
Direktur Perlombaan Borobudur Marathon 2020 Andreas Kansil menjelaskan, salah satu tujuan utama digelarnya ajang ini untuk memberikan kampanye positif bagi para penyelenggara lomba lari atau kejuaraan olahraga lain. Pesannya bahwa semua pihak masih bisa menggelar kejuaraan olahraga di tengah pandemi asalkan menerapkan protokol kesehatan ketat.
”Kami tidak bisa terus berdiam diri karena pandemi tidak bisa diketahui kapan berakhir. Jadi, kita semua harus mulai bersahabat dengan kondisi ini. Kalau terus diam, itu justru buruk bagi kita semua. Apalagi, banyak pihak yang mendapatkan manfaat dari kehadiran kejuaraan olahraga, mulai dari manfaat ekonomi untuk atlet hingga masyarakat di sekitar lokasi pelaksanaan,” tutur Andreas.
Direktur Medis Borobudur Marathon 2020 dr Andi Kurniawan SpOK menerangkan, penyelenggaraan ajang ini menghadirkan kegembiraan sekaligus tantangan. Ini menjadi ajang bagi para atlet elite untuk kembali berkompetisi. Di sisi lain, ada tanggung jawab mencegah penularan Covid-19.