Semangat dan Optimisme Baru dari Borobudur Marathon 2020
Semangat dan optimisme baru lahir dari penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020. Tidak sekedar memberi semangat pada ajang yang sama tahun depan, lomba lari maraton ini juga menginspirasi acara olahraga lain.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Keberhasilan menyelenggarakan Borobudur Marathon 2020 di tengah pandemi memberikan semangat optimisme baru untuk penyelenggaraan event ini di tahun depan. Borobudur Marathon diharapkan mampu melibatkan lebih banyak peserta pada tahun depan dengan konsep yang lebih baik lagi.
Wakil Pemimpin Umum Harian Kompas Budiman Tanuredjo mengatakan, pada 2021, di mana kondisi diprediksi berangsur normal, upaya meningkatkan jumlah peserta akan dilakukan dengan sedikit mengubah platform penyelenggaraan.
”Mungkin nantinya Borobudur Marathon akan tetap digelar dengan dua format, yaitu lari virtual dan lari tetap di kawasan Borobudur, sama seperti tahun ini. Atau mungkin saja, Borobudur Marathon nantinya akan digelar lebih lama, selama dua hari,” ujarnya. Budiman menyampaikan hal itu dalam acara jumpa pers seusai acara penyerahan hadiah dan medali bagi para pemenang Elite Race Borobudur Marathon di kompleks Taman Wisata Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020).
Penyelenggaraan Borobudur Marathon 2020 berlangsung dengan lancar dan baik. Selain mampu melaksanakan elite race dengan lancar sesuai dengan protokol kesehatan yang sangat ketat, para peserta virtual challenge juga menempuh rute lari mereka di daerah masing-masing dengan antusias.
Dari total 9.090 peserta lari virtual, pada Minggu (15/11/2020) pagi hingga pukul 08.00, 1.036 pelari virtual telah mulai berlari. Dari jumlah tersebut, 67 peserta telah menuntaskan rute larinya, di mana 10 orang adalah pelari half marathon dan lainnya peserta lari 10 kilometer.
Budiman mengatakan, Borobudur Marathon 2020 ini dimaksudkan sebagai role model pelaksanaan acara lari di tengah pandemi. Hal ini sekaligus menjadi pembuktian pada dunia bahwa tahun ini Indonesia bisa tetap menggelar ajang maraton.
”Setelah Tokyo dan London yang menggelar maraton, pelaksanaan Borobudur Marathon ini membuktikan bahwa Indonesia pun bisa melaksanakan ajang serupa,” ujarnya.
Ketua Yayasan Borobudur Marathon Liem Chi An mengatakan, tantangan terbesar Borobudur Marathon selanjutnya adalah bagaimana melibatkan lebih banyak peserta. Karena animo masyarakat yang demikian tinggi dan kondisi luas wilayah berikut lebar jalan yang kurang memadai, virtual challenge pun bisa menjadi solusi tepat untuk mengatasi kondisi tersebut.
”Dengan tetap menggelar virtual challenge, mungkin nantinya pada 2021, Borobudur Marathon bisa diselenggarakan jauh lebih meriah, lebih banyak peserta dibandingkan dengan tahun 2019,” ujarnya. Jumlah peserta pelari dalam Borobudur Marathon 2019 mencapai hingga 11.000 orang.
Setelah Tokyo dan London, yang menggelar marathon, pelaksanaan Borobudur Marathon ini membuktikan bahwa Indonesia pun bisa melaksanakan ajang serupa.
Kepala Dinas Pemuda, Pariwisata, dan Olahraga Jawa Tengah Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan, Borobudur Marathon 2020 ini juga sekaligus menjadi inspirasi, role model bagi pelaksanaan acara wisata ataupun acara olahraga serupa.
”Acara atau kompetisi olahraga bersepeda yang sedang tren saat ini, misalnya, nantinya juga bisa diselenggarakan dengan konsep mengacu pada Borobudur Marathon kali ini,” ujarnya.
Sekalipun belum mampu memecahkan rekor lari nasional, pencapaian para pelari Elite Race Borobudur Marathon terbilang membanggakan karena rata-rata pelari mampu menyelesaikan rute lari mendekati capaian personal based masing-masing. Capaian lari sesuai dengan personal based tersebut, antara lain, dilakukan Betmen Manurung, yang menjadi juara pertama kategori putra, dengan catatan waktu 2 jam 42 menit.
Budiman mengatakan, prestasi lari ini juga ditunjukkan oleh capaian para pelari putra yang masih mampu menyelesaikan lari maraton dengan catatan waktu kurang dari tiga jam.
”Eldak Kafolamau, juara keempat kategori putra saja, masih bisa menyelesaikan lari dalam 2 jam 47 menit. Hal itu sungguh membanggakan mengingat hampir setahun ini, selama pandemi, rata-rata pelari tidak menempuh latihan,” ujarnya.