Protokol Kesehatan di Tempat Pengungsian Bencana Merapi Diperketat
Pemerintah bakal memperketat protokol kesehatan di pengungsian warga yang terdampak bencana erupsi Gunung Merapi. Salah satunya dengan membatasi jumlah pengunjung ke pengungsian untuk menekan penyebaran Covid-19.
Oleh
KRISTI UTAMI/PANDU WIYOGA
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Pemerintah bakal memperketat protokol kesehatan di tempat pengungsian warga yang terdampak bencana erupsi Gunung Merapi. Salah satunya dengan membatasi jumlah pengunjung ke pengungsian untuk menekan risiko penyebaran Covid-19.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menilai, penerapan protokol kesehatan di sejumlah pengungsian warga lereng Gunung Merapi secara umum sudah baik. Hal itu dikatakan seusai pantauan ke sejumlah lokasi pengungsian di empat kabupaten di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
”Saya melihat ada suatu kesungguhan dari semua pihak untuk menyelenggarakan sistem pengungsian yang memenuhi standar keselamatan, keamanan, kenyamanan, dan kesehatan. Terlebih, saat ini, kita masih dalam keadaan pandemi Covid-19,” kata Doni seusai meninjau pos pengungsian Balai Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, Kabupaten Magelang, Jateng, Jumat (20/11/2020).
Dalam kunjungannya, Doni juga menyerahkan sejumlah bantuan kepada empat kabupaten yang terdampak peningkatan aktivitas Merapi. Setiap kabupaten mendapat bantuan Rp 1 miliar untuk mendukung kegiatan pelayanan pengungsi, seperti penyediaan air bersih, sanitasi, dan makanan bagi pengungsi.
Selain dana, BNPB juga menyerahkan bantuan berupa masker, gel pembersih tangan, dan alat tes cepat antigen 2.500 unit untuk setiap kabupaten. ”Kita harus melindungi pengungsi, bukan hanya dari aspek kebencanaan, melainkan juga dari aspek kesehatan,” kata Doni.
Dalam kesempatan sama, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin juga mengimbau agar seluruh tempat pengungsian di Jateng mempertahankan penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang selama ini sudah dilakukan. Yasin juga meminta agar orang-orang yang bisa masuk ke pengungsian dibatasi untuk mencegah risiko penyebaran Covid-19.
”Selama ini sudah baik, yang perlu diantisipasi adalah antusias masyarakat untuk menyampaikan sumbangan secara langsung ke pengungsian. Lebih baik dititipkan saja di kantor kecamatan, jangan masuk ke pengungsian untuk mencegah penularan Covid-19," ujar Yasin.
Jumlah sukarelawan di setiap pengungsian maksimal 20 orang. Pembatasan itu dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan protokol kesehatan, yakni jaga jarak.
Sebelumnya, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magelang Edy Susanto mengatakan, jumlah sukarelawan di setiap pengungsian maksimal 20 orang. Pembatasan itu dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan protokol kesehatan yakni jaga jarak.
Selain membatasi jumlah pengunjung, tes cepat juga dilakukan kepada pengungsi dan sukarelawan sebagai langkah deteksi dini. Berdasarkan tes cepat, ada sembilan orang pengungsi yang dinyatakan reaktif. Mereka kemudian dites usap. Setelah diketahui hasil tesnya negatif, mereka diizinkan kembali ke pengungsian.
Juru bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, Nanda Cahyadi Pribadi, mengatakan, sosialisasi penerapan protokol kesehatan terus dilakukan di pengungsian. Tes cepat juga terus dilakukan setiap kali ada pengungsi baru yang masuk.
Hingga 20 November, jumlah pengungsi di Kabupaten Magelang tercatat sebanyak 818 orang. Mereka tersebar di sembilan titik pengungsian.
Aplikasi
Bupati Magelang Zaenal Arifin menambahkan, pihaknya sedang menyiapkan aplikasi berisi data pengungsian. Aplikasi tersebut berisi data terkait jumlah pengungsi, daftar sumbangan, dan ketersediaan logistik di pengungsian yang akan mempermudah pemerintah menginventarisasi kebutuhan di pengungsian.
”Nantinya aplikasi ini akan diberi nama Janoko Pengungsi Magelang. Aplikasi yang dibuat oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Magelang ini akan kami luncurkan dalam waktu dekat,” kata Zaenal.
Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Hanik Humaida yang juga ikut serta dalam kunjungan kepala BNPB di Balai Desa Deyangan mengatakan, ditinjau dari aktivitas kegempaan dan deformasi Gunung Merapi masih tinggi. Guguran sisa-sisa lava juga terus terjadi di sisi barat dan barat laut gunung.
”Kenaikan status (Gunung Merapi) belum ada. Kami masih perlu melihat datanya. Untuk sementara waktu, rekomendasinya tetap sama. Warga yang tinggal dalam radius 5 kilometer dari puncak harus tetap menjaga kewaspadaannya,” kata Hanik.