Upaya Deteksi Penyebaran Covid-19 di Papua Menurun
Pemeriksaan sampel usap Covid-19 di Papua menurun drastis selama November ini. Hal tersebut diduga akibat berkurangnya upaya surveilans untuk menemukan orang-orang yang berpotensi terpapar virus korona baru.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Pemeriksaan sampel usap Covid-19 di Papua menurun drastis selama November ini. Hal tersebut diduga akibat berkurangnya upaya surveilans untuk menemukan orang-orang yang berpotensi terpapar virus korona baru.
Hal ini disampaikan Ketua Harian Satuan Tugas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Welliam Manderi saat ditemui di Jayapura, Senin (30/11/2020). Dia menjelaskan, kegiatan surveilans dan pemeriksaan Covid-19 menurun, padahal jumlah kasus positif dan angka kematian akibat Covid-19 terus bertambah setiap hari.
Hingga Minggu kemarin, jumlah kumulatif kasus Covid-19 di Papua mencapai 11.732. Dari jumlah itu, 2.054 orang masih dirawat dan 197 orang meninggal. Sementara rasio positif Covid-19 di Papua mencapai 13,17 persen hingga Jumat (27/11/2020). Angka tersebut belum mencapai standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yakni maksimal 5 persen.
”Angka kesembuhan di Papua mencapai 9.481 orang atau 80,8 persen. Namun, tren positif tidak diikuti dengan angka pemeriksaan Covid-19 yang menurun. Padahal, banyak orang yang positif tanpa gejala yang diduga masih beraktivitas seperti biasa,” kata Welliam.
Ia menuturkan, penyebab utama surveilans dan pemeriksaan tidak berjalan optimal karena kendala infrastruktur. Banyak rumah sakit rujukan yang belum memiliki alat pemeriksaan sampel usap berbasis reaksi berantai polimerase (PCR), termasuk Rumah Sakit Dok II Jayapura sebagai rujukan utama di Kota Jayapura.
”Kami sudah berulang meminta pengadaan alat pemeriksaan PCR kepada pemerintah pusat sejak Mei lalu. Namun, permintaan kami belum direspons hingga kini,” tutur Welliam.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia Provinsi Papua Donald Aronggear menegaskan, surveilans dan pemeriksaan yang masif dapat berdampak pada pengobatan pasien secara lebih dini. Jika hal itu tak dilakukan, berpotensi menyebabkan fatalitas pada pasien.
Sementara itu, Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Papua Antonius Oktavian mengakui, terjadi penurunan pemeriksaan sampel usap di laboratorium lembaganya sejak awal bulan ini. Laboratorium ini menerima sampel usap dari Kota Jayapura dan 23 kabupaten lainnya.
Pada Juli lalu, petugas laboratorium Balitbangkes Papua dapat memeriksa 600-800 sampel per hari. Saat ini, petugas hanya menerima 100-200 sampel saja. ”Kami tidak mengetahui penyebab turunnya jumlah sampel yang masuk. Mudah-mudahan penurunan jumlah sampel itu karena kasus positif semakin menurun,” tutur Antonius.
Sebenarnya, kasus positif menurun bukan karena penyebaran Covid-19 melambat. Namun, hal ini disebabkan tes yang tidak optimal.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat Richard Mirino mengungkapkan, pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Agats harus mengirimkan sampel usap warga yang diduga memiliki gejala Covid-19 atau kontak dengan warga yang terpapar ke Jayapura. Hal ini disebabkan belum adanya alat tes PCR di Asmat. Hasil pemeriksaan pun baru bisa diketahui dalam waktu 7-9 hari.
Juru Bicara Satuan Tugas Pengendalian, Pencegahan, dan Penanganan Covid-19 Papua Silwanus Sumule mengatakan, tren kasus Covid-19 di Papua menurun dan jumlah pasien yang sembuh meningkat. Akan tetapi, pasien yang meninggal akibat Covid-19 terus meningkat.
”Sebenarnya, kasus positif menurun bukan karena penyebaran Covid-19 melambat. Namun, hal ini disebabkan tes yang tidak optimal. Kami berharap tim gugus tugas penanganan Covid-19 di 28 kabupaten dan 1 kota di Papua meningkatkan kegiatan penelusuran dan pemeriksaan,” kata Silwanus.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy, dalam kunjungan di Jayapura, Selasa (24/11/2020), mengaku terkejut melihat RSUD Dok II Jayapura belum memiliki mesin PCR. Padahal, RSUD itu sudah memiliki laboratorium BSL-2 dan melayani pasien Covid-19.
”Saya kaget rumah sakit ini belum punya (alat tes) PCR, padahal sebagai rujukan utama penanganan Covid-19. Karena itu, saya sudah meminta pengadaan alat PCR ke RSUD Dok II dipercepat, paling lambat Desember sudah bisa digunakan,” kata Muhadjir.
Muhadjir menuturkan, pemerintah pusat juga akan mempercepat pengadaan empat alat PCR untuk beberapa rumah sakit di Papua. ”Saya mengusahakan akan ada penambahan alat PCR lain di beberapa rumah sakit di Papua. Tujuannya agar pemeriksaan spesimen dapat menjangkau semua kabupaten dan kota di Papua,” ujarnya.