Waktu ibadah Natal dan Tahun Baru lebih singkat karena wabah Covid-19 tidak mengurangi inti atau esensi perayaan. Dengan meringkas waktu untuk setiap perayaan dan ibadah, umat bisa memperbanyak kegiatan rohani lainnya.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Waktu ibadah Natal dan Tahun Baru dipersingkat karena wabah Covid-19 tidak mengurangi esensi perayaan. Mempersingkat waktu untuk setiap perayaan dan ibadah agar umat dapat memperbanyak kegiatan rohani lainnya di rumah.
Untuk tetap disiplin protokol kesehatan, umat yang datang ke gedung gereja dikurangi, bahkan sampai di bawah 50 persen dari kapasitas. Umat memakai masker dan sehat serta jaga jarak untuk mencegah penularan. Yang terpenting ialah penghayatan dan pengamalan ibadah dalam kehidupan.
Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Kupang RD Gerardus Duka di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Minggu (20/12/2020), mengatakan, misa di gedung-gedung gereja pada malam Natal, hari Natal, dan malam jelang tutup tahun biasanya berlangsung 2-3 jam per ibadah. Sebabnya, semua ritual keagamaan akan ditampilkan secara detail sehingga ibadah berlangsung lama, tetapi meriah.
”Tetapi, pada masa pandemi Covid-19 ini, ibadah dipersingkat menjadi 1-1,5 jam untuk sekali misa. Lagu-lagu dikurangi, homili pastor cuma 3-4 menit, malam pujian Natal tidak dinyanyikan, dan pengumuman ditempel di papan paroki, hanya yang inti saja boleh dibacakan. Akan tetapi, hal ini tidak mengurangi inti atau esensi dari perayaan,” kata Gerardus.
Gerardus mengatakan, Keuskupan Agung Kupang telah mengeluarkan sejumlah aturan protokol kesehatan ibadah Natal dan Tahun Baru. Aturan dari keuskupan berpatokan pada Surat Edaran Menteri Agama. Semua paroki telah memasukkan jadwal ibadah di gereja-gereja pada malam Natal, hari Natal, malam Tahun Baru, dan Tahun Baru.
Tahun ini, setiap gereja menggelar Misa Malam Natal lebih dari tiga kali. Sebelum pandemi, ibadah hanya sekali. Untuk Misa Natal digelar enam kali, seperti setiap Minggu selama masa wabah. Khusus malam Natal dibangun tenda-tenda di halaman gereja untuk mengantisipasi lonjakan umat yang hadir. Panitia memastikan umat yang hadir di bawah 50 persen dari kapasitas.
Paroki Santo Yosep Pekerja Penfui, misalnya, dengan jumlah umat 2.000 orang. Akan ada tiga kali Misa Malam Natal sehingga setiap ibadah melibatkan 666 umat. Jumlah umat yang hadir hanya sepertiga dari kapasitas. Hal ini sesuai dengan imbauan pemerintah, yakni di bawah 50 persen. Selain itu, di halaman gedung gereja dibangun tenda-tenda untuk antisipasi lonjakan umat.
Anak-anak usia di bawah 12 tahun, ibu hamil, orang lanjut usia, dan umat yang memiliki riwayat penyakit tertentu diingatkan untuk mengikuti ibadah dari rumah secara daring. Pintu masuk setiap gedung gereja diletakan tempat air untuk cuci tangan dengan sabun, kemudian pemeriksaan suhu tubuh, dan penyemprotan hand sanitizer bagi setiap umat beberapa saat sebelum menerima hosti.
Setiap pergantian ibadah, semua bangku duduk, sarana dan prasarana yang digunakan pada ibadah sebelumnya disemprot dengan disinfektan. Ini dilakukan sebelum umat memasuki ruangan gedung gereja. Petugas penyemprotan lebih dari satu orang sehingga pekerjaan itu segera mungkin selesai.
Adapun tema Natal 2020 ”... dan mereka akan menamakan Dia Imanuel”. Imanuel artinya Tuhan beserta kita. Tuhan datang dan hadir di tengah umat-Nya. Perayaan Natal dan Tahun Baru sesederhana apa pun, Tuhan tetap hadir. Allah melawat umat-Nya yang sedang dalam pergulatan hidup.
Pergulatan terhadap pandemi Covid-19, kemiskinan, ketakberdayaan, ketidakadilan, peperangan, kebencian, permusuhan, dan dendam adalah bagian dari pergulatan itu. Tuhan datang di tengah manusia, mengambil bagian di dalamnya, memudahkan semua usaha, dan menyelamatkan.
Ketua Sinode Gereja Kristen Masehi Injili di Timor Pendeta Mery Kolimon StH mengatakan, wabah Covid-19 di Kupang makin memprihatinkan. Semua pihak perlu membangun komitmen bersama agar selama perayaan Natal dan Tahun Baru disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Natal dan Tahun Baru harus menjadi perayaan kehidupan yang meneguhkan kehidupan bersama. Jangan sampai perayaan menjadi penyebab kematian.
Kedisiplinan menjalankan protokol kesehatan pada masa pandemi adalah bagian dari komitmen iman untuk turut serta dalam karya Tuhan bagi keselamatan manusia dan segenap ciptaan. Natal harus menjadi perayaan yang meneguhkan kemanusiaan.
”Perayaan Natal dan Tahun Baru di kelompok kategorial di gedung-gedung dan kelompok umat ditiadakan. Kunjungan antarumat untuk mengucapkan salam Natal ditiadakan. Tidak ada acara makan dan minum, jabatan tangan, peluk, dan cium usai perayaan malam natal,” kata Kolimon.
Majelis jemaat, panitia Natal, dinas kesehatan, dan Laboratoriun Biomolekuler RSUD Yohannes akan terus bekerja sama guna melaksanakan rapid test antigen massal kepada semua umat sebelum dan setelah pelaksanaan perayaan. Tes untuk mengetahui apakah Natal dan Tahun Baru berdampak pada penyebaran Covid-19 yang semakin memburuk atau tidak.
Panitia memasang imbauan penerapan protokol kesehatan di area rumah ibadah, membatasi jalur masuk-keluar rumah ibadah agar memudahkan kontrol dan pengawasan terhadap umat terkait dengan penerapan protokol kesehatan. Panitia juga menyiapkan masker untuk umat yang datang ke gereja tanpa benda tersebut.
Umat, panitia, dan pemimpin ibadah akan tetap menciptakan suasana khusyuk dan tenang. Nilai-nilai peribadatan semoga dapat dihayati. Suasana ini harus dibangun dan diciptakan bersama di dalam gereja dan di luar lingkungan gereja.
Maria Goreti Tulit (43), salah satu umat katolik di Gereja Santo Yosep Pekerja Penfui, Kupang, mengatakan, dirinya memilih mengikuti misa pertama pada malam Natal pukul 15.00 Wita. Keluarga akan mencoba menghayati dan mengamalkan peristiwa rohani dalam masa Natal dan Tahun Baru.
”Kami satu keluarga tujuh orang, termasuk dua keponakan di rumah. Harus benar-benar waspada karena virus ini sulit terdeteksi kapan, di mana dan melalui apa akan terpapar,” kata Tulit.
Tulit setuju Misa Natal dan Tahun Baru dipersingkat. Umat beriman yang datang ke gereja mengikuti misa telah memiliki niat, iman, dan intensi pribadi atau keluarga untuk dipersembahkan kepada Tuhan. ”Dengan kehadiran umat beriman di depan altar Tuhan saja sudah cukup, apalagi berpartisipasi di setiap ritual peringatan Natal itu,” ujarnya.