Kami masih membutuhkan lebih banyak tenda karena tenda itu tidak hanya untuk perawatan pasien. Para tenaga kesehatan dan sukarelawan butuh tempat untuk beristirahat.
Oleh
MUHAMMAD IKHSAN MAHAR/VIDELIS JEMALI
·5 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Sebagai satu-satunya pusat pelayanan kesehatan yang beroperasi di Mamuju, Rumah Sakit Umum Daerah Sulawesi Barat meningkatkan layanan darurat kepada pasien. Meskipun bangunan rumah sakit mengalami kerusakan, pusat kegiatan kesehatan dilakukan di sejumlah tenda yang berada di halaman rumah sakit. Penambahan tenda masih dibutuhkan.
Hingga Senin (18/1/2021) pagi, setidaknya terdapat tujuh tenda yang telah didirikan di sekitar halaman Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulawesi Barat (Sulbar). Tanda-tanda itu didirikan atas inisiatif RSUD Sulbar dan bantuan dari sejumlah instansi, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Palang Merah Indonesia, serta Tentara Nasional Indonesia.
Keberadaan tenda-tenda itu menjadi fasilitas utama RSUD Sulbar untuk menangani pasien korban gempa bumi. Pasalnya, ruang perawatan yang berupa gedung berlantai lima mengalami kerusakan akibat gempa, Jumat (15/1) lalu. Dinding bagian dalam dan luar gedung itu tampak retak parah.
”Tidak ada yang berani masuk ke dalam gedung perawatan sehingga kami membangun tenda untuk menjadi lokasi rawat inap pasien. Kami masih membutuhkan lebih banyak tenda karena tenda itu tidak hanya untuk perawatan pasien. Para tenaga kesehatan dan sukarelawan butuh tempat untuk beristirahat,” ujar Direktur RSUD Sulbar Indahwati Nursyamsi, Senin (18/1), di Mamuju. Hingga saat ini terdapat 111 korban gempa yang telah ditangani RSUD Sulbar.
Indahwati mengungkapkan, pihaknya masih bisa menggunakan ruang operasi di gedung utama RSUD Sulbar yang terpisah dari gedung perawatan. Oleh karena itu, pasien yang harus dioperasi, terutama pasien patah tulang akibat gempa, akan menjalani tindakan medis di ruang operasi tersebut. Setelah itu, pasien akan menjalani perawatan di tenda yang berada di halaman rumah sakit.
Tidak ada yang berani masuk ke dalam gedung perawatan sehingga kami membangun tenda untuk menjadi lokasi rawat inap pasien.
Selain itu, RSUD Sulbar juga membangun sebuah tenda untuk penanganan pasien bersalin. Sejak Jumat lalu, sudah tiga pasien bersalin yang ditangani. Dua orang melahirkan secara normal, kemudian satu orang lainnya melakukan persalinan melalui operasi caesar.
Kepala Bagian Perencanaan RSUD Sulbar Wahyuddin menambahkan, meskipun berada di dalam tenda, ruang persalinan itu telah memiliki fasilitas dan peralatan yang serupa ketika dalam kondisi normal.
"Di dalam kondisi darurat ini, kami tetap berusaha memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien. Selain mengerahkan tenaga kesehatan di RSUD ini, kami juga terbantu dengan kehadiran ratusan sukarelawan yang telah hadir untuk membantu penanganan pasien,” kata Wahyuddin.
Selain tenaga dari para sukarelawan, RSUD Sulbar juga telah menerima sejumlah paket peralatan medis. Sejak Minggu sore, mobil silih berganti menurunkan peralatan dan perlengkapan medis yang memenuhi lobi utama gedung RSUD.
Meski begitu, Wahyuddin juga berharap RSUD Sulbar segera dilengkapi dapur umum yang dibutuhkan untuk memenuhi pasokan makanan bagi tenaga kesehatan dan sukarelawan. ”Kami berharap dapur umum itu sebab seluruh orang yang telah membantu di rumah sakit ini membutuhkan ketersediaan dan kepastian makanan yang cukup,” ucap Wahyuddin.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga telah meninjau langsung RSUD Sulbar, Minggu kemarin. Kedatangan Budi itu untuk melihat pelayanan kesehatan di rumah sakit itu sekaligus mengetahui kebutuhan yang perlu dipenuhi untuk memaksimalkan layanan di RSUD Sulbar.
”Saya sudah mendengarkan kebutuhan apa saja yang masih dibutuhkan rumah sakit ini. Kami berupaya segera memenuhi kebutuhan itu agar RSUD Sulbar bisa semakin maksimal melayani masyarakat di Mamuju,” kata Budi dalam siaran pers Kementerian Kesehatan, Minggu.
Selain itu, Budi mengimbau agar para petugas kesehatan di sejumlah wilayah sekitar Sulawesi Barat untuk datang ke Mamuju demi membantu pelayanan kesehatan. Ia mengungkapkan, dokter ortopedi menjadi tenaga spesialis yang amat dibutuhkan di RSUD Sulbar karena mayoritas korban gempa mengalami patah tulang.
Kemenkes juga telah mendistribusikan peralatan dan obat-obatan ortopedi, hazmat, masker bedah, masker N95, multivitamin, antibiotik, hingga paracetamol untuk RSUD Sulbar.
Kebutuhan anak terbatas
Sementara itu, kebutuhan anak-anak di tenda pengungsian di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, masih belum tersedia dengan baik. Kebutuhan anak-anak yang dibutuhkan seperti popok bayi dan minyak gosok.
Hasnur (36), penyintas di Stadion Manakarra, menyatakan, stok popok bayi untuk anaknya yang berusia dua tahun tersisa 3 buah. Sementara minyak gosok tak ada sama sekali. Minyak gosok penting untuk anak-anak agar perut anak tidak kembung.
”Kalau tidak ada penyaluran bantuan, kesehatan anak saya terancam. Kami minta kebutuhan anak-anak juga diperhatikan,” katanya di Mamuju, Senin (18/1/2021).
Ia mengaku selama ini ada distribusi bantuan popok bayi, tetapi dilakukan secara tidak teratur. Begitu bantuan datang, penyintas langsung menyerbu kendaraan yang mengangkut bantuan itu. Akibatnya, banyak yang tak kebagian. Hasnur tak mau berebut dengan penyintas lain untuk alasan keselamatan.
Hal serupa dialami Farida (39), penyintas yang juga membangun tenda di Stadion Manakarra. Dia sering tak mendapatkan popok bayi yang dibagikan untuk putrinya yang berumur 3 tahun. Penyintas lainnya membawakan popok bayi untuk anaknya karena ukurannya tak sesuai yang dibutuhkan anak mereka. ”Sejauh ini memang selalu dapat dari tetangga, tetapi sampai kapan begini. Kami minta kebutuhan anak-anak didistribusikan secara teratur,” ujarnya.
Terkait dengan pengobatan, di Stadion Manakara sudah tersedia pos layanan yang terletak di dekat pintu stadion. Obat-obatan diletakkan di meja. Pos itu dioperasikan TNI. Penyintas terlihat memeriksa kesehatan dan mendapatkan obat.
Stadion Manakarra menjadi salah satu pusat pengungsian gempa. Ratusan tenda dibangun di kompleks stadion. Tenda berupa terpal dengan alas tikar plastik, karpet, kasur, dan spanduk bekas.
Layanan kesehatan juga tersedia di sejumlah pos pengungsian lain. Di posko Muhammadiyah Disaster Management Center, layanan kesehatan dibangun untuk meladeni sekitar 1.500 pengungsi.
Adapun keluhan atau sakit penyintas, antara lain, adalah influenza, batuk, diare, dan perut kembung.