Tanpa Langkah Taktis, Daerah di Ambang Krisis
Lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah, pascalibur Lebaran, mendesak ditangani secara taktis dan tegas. Pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar bisa jadi salah satu opsi.
JAKARTA, KOMPAS — Lonjakan kasus Covid-19 di sejumlah daerah membuat ruang perawatan dan isolasi pasien kian menipis. Langkah taktis diperlukan untuk mencegah kondisi yang kian parah di daerah.
Langkah taktis semakin diperlukan karena mobilitas masyarakat berpotensi kembali meningkat pada libur sekolah yang dimulai pertengahan bulan ini hingga pertengahan bulan Juli, serta libur Idul Adha pada 20 Juli. Peningkatan mobilitas ini berpotensi menambah kasus Covid-19.
Dua daerah yang kasusnya cukup menonjol saat ini terpantau di Kudus, Jawa Tengah, dan di Bangkalan, Jawa Timur. Berdasarkan data Pemerintah Kabupaten Kudus, sebelum Lebaran, kasus aktif tertinggi mencapai 499 kasus pada 18 Januari 2021. Kasus lalu menurun hingga menyentuh titik terendah, yakni 60 kasus pada 11 April 2021. Namun, setelah Lebaran, pada 20 Mei, kasus aktif meningkat hingga 307.
Lonjakan terus terjadi hingga terdapat 1.764 kasus aktif pada Senin (7/6/2021), tertinggi di Jateng. Penambahan kasus harian meningkat dari 121 kasus per hari pada 24 Mei menjadi 360 kasus per hari pada 7 Juni. Ruang isolasi terpusat bagi pasien Covid-19 di Kudus, dengan kapasitas 400 tempat tidur, penuh. Perawatan pun dialihkan ke Kota Semarang dan daerah lain di sekitarnya.
Bupati Kudus HM Hartopo mengatakan, pengaruh aktivitas warga saat libur Lebaran menjadi salah satu faktor pemicu peningkatan kasus di Kudus. ”Tradisi Lebaran seperti anjangsana itu, kan, ada suguhan. Warga melepas masker, makan bersama, dan mengobrol. Padahal, di situlah potensi penularan,” ujarnya, Selasa (8/6/2021).
Baca juga: Darurat Covid-19 di Daerah Tujuan Mudik
Di Bangkalan, Pulau Madura, kasus Covid-19 dalam tiga hari terakhir bertambah 145 kasus dengan 10 orang di antaranya meninggal. Jumlah pasien hingga kemarin mencapai 190 orang, tertinggi di antara 38 kabupaten/kota di Jatim.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Jatim menduga, lonjakan kasus di Bangkalan, salah satunya akibat serangan mutasi baru virus korona. Varian yang diketahui sebagai varian Alpha (B.1.1.7) ini lebih cepat menular dan dapat berdampak fatal.
Tradisi Lebaran seperti anjangsana itu, kan, ada suguhan. Warga melepas masker, makan bersama, dan mengobrol. Padahal, di situlah potensi penularan.
Anggota Dewan Pakar Satgas Covid-19 Jatim dari Universitas Airlangga, Surabaya, Agung Dwi Wahyu Widodo, menjelaskan, varian mutasi baru itu diketahui dari pemeriksaan seorang pasien yang diisolasi.
Lonjakan kasus hingga lebih dari dua kali lipat juga terjadi di Sumatera Utara. Hingga Senin (7/6/2021), kasus positif Covid-19 di Sumut mencapai 32.676, bertambah 99 kasus dari hari sebelumnya. Tambahan kasus harian itu meningkat lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelum Mei 2021, yakni sekitar 40 kasus per hari.
Angka kematian akibat Covid-19 di Sumut juga meningkat. Peningkatan mulai terjadi Jumat (4/6/2021) dengan jumlah kematian lima orang, semua dari Medan. Sebelumnya, kematian di Sumut 1-2 orang per hari.
Angka kematian kembali meningkat pada Sabtu menjadi tujuh orang, semuanya dari Medan. Hari berikutnya, tiga orang meninggal. Pada hari Senin, kematian kembali meningkat menjadi enam orang.
Baca juga: Penambahan Kapasitas Perawatan Kian Mendesak
Di Jawa Barat, keterisian tempat tidur untuk perawatan berat dan kritis Covid-19 di Rumah Sakit Hasan Sadikin, Bandung, mencapai 90 persen dari kapasitas 40 tempat tidur. Adapun keterisian tempat tidur untuk perawatan Covid-19 mencapai 50 persen dari 224 tempat tidur.
Kenaikan kasus Covid-19 juga terjadi di Kota Tangerang Selatan, Banten. Tercatat ada 303 kasus aktif sejak 31 Mei hingga 7 Juni. Jumlah itu naik dari 97 kasus aktif dalam rentang 24 Mei hingga 31 Mei.
Kenaikan kasus berimbas pada keterisian tempat tidur isolasi dan perawatan pasien Covid-19 di Tangsel. Dinas Kesehatan Tangsel melaporkan keterisian tempat tidur di rumah sakit naik 11,5 persen menjadi 39 persen.
Rumah Lawan Covid-19 Tangsel juga mencatat peningkatan pasien seusai libur Lebaran. Sebagian besar pasien merupakan asisten rumah tangga yang kembali dari kampung halaman. Tercatat ada 90 pasien yang masih menjalani isolasi mandiri hingga Senin (7/6/2021). Jumlah itu naik dari 30 pasien dari sebelum Lebaran.
Bac juga: Jejak Awal Kasus di Kudus: Takut, Ngeyel, hingga Tantangan Berduel
Kepala daerah
Kasus Covid-19 yang menjangkiti kepala daerah kembali terjadi di Jabar dan Jateng. Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum dan Bupati Tegal Umi Azizah yang terkonfirmasi Covid-19 menambah panjang deretan kepala daerah yang terjangkit. Hingga kini, setidaknya ada 60 kepala daerah yang pernah terpapar, 11 di antaranya meninggal.
Untuk menurunkan penularan Covid-19 secara signifikan di suatu wilayah, dibutuhkan penghentian mobilitas terhadap 70 persen populasi di wilayah itu. Penghentian mobilitas mesti dilakukan sekitar tiga minggu atau dua kali masa penularan virus Covid-19 yang selama 7-10 hari.
Kluster penularan juga muncul di sejumlah daerah, salah satunya di pondok pesantren di Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Jateng. Ditemukan 39 kasus Covid-19 di sana. Pasien menjalani karantina di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
Di Kabupaten Bekasi, Jabar, kluster penularan dari resepsi pernikahan muncul di perumahan Villa Mutiara Gading Permai, Tarumajaya. Tercatat ada 33 warga yang positif Covid-19 dan dievakuasi ke tempat karantina terpusat di Hotel Ibis Cikarang.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak di Provinsi Tujuan Mudik
Langkah tegas
Melihat tren peningkatan kasus di sejumlah daerah itu, epidemiolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Riris Andono Ahmad, berpendapat, pemerintah mesti taktis mengambil langkah tegas untuk mengendalikan penularan.
Menurut dia, untuk menurunkan penularan Covid-19 secara signifikan di suatu wilayah, dibutuhkan penghentian mobilitas terhadap 70 persen populasi di wilayah itu. Penghentian mobilitas mesti dilakukan sekitar tiga minggu atau dua kali masa penularan virus Covid-19 yang selama 7-10 hari.
”Ini untuk menciptakan semacam efek herd immunity. Kalau menggunakan konsep herd immunity kan 70 persen orang harus terlindungi,” ujar Riris.
Agar kebijakan penghentian mobilitas itu bisa berjalan efektif, pemerintah harus memastikan warga yang tinggal di rumah tidak kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Hal ini penting agar warga benar-benar bisa tinggal di rumah dan tidak terpaksa keluar rumah untuk mencari penghasilan.
Di sisi lain, ia menilai, sebagian masyarakat merasa telah jenuh dengan situasi pandemi sehingga mereka menjadi enggan mematuhi kebijakan pemerintah terkait pembatasan aktivitas. Karena itu, dibutuhkan peran tokoh yang berpengaruh untuk meyakinkan masyarakat agar mau mematuhi kebijakan pemerintah.
Baca juga: Membaca Data Kemiskinan di Masa Covid-19
Hal senada disampaikan Agung, khususnya terkait kondisi di Bangkalan. Menurut dia, langkah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) patut dipertimbangkan.
”Untuk Bangkalan, yang perlu diwaspadai jika merembet ke kabupaten lain di Pulau Madura yakni Sampang, Pamekasan, dan Sumenep sehingga perlu dipertimbangkan langkah lebih tegas, misalnya pembatasan sosial berskala besar,” katanya.
Hingga kemarin, kasus Covid-19 di Tanah Air mencapai 1.869.325 kasus dengan 99.963 kasus aktif. (DIT/BRO/NSA/RTG/XTI/NCA/IKI/GIO/DAN/VAN/HRS)