JAKARTA, KOMPAS - Beberapa sekolah sepak bola peserta Liga Kompas Kacang Garuda U-14 tidak tampil dengan kekuatan penuh pada laga pekan ke-25 di lapangan GOR Ciracas, Jakarta Timur, Minggu (17/2/2019). Kondisi itu memaksa pelatih bereksperimen dengan formasi pemain dan strategi yang baru.
Dua kesebelasan papan atas Liga Kompas, Sekolah Sepak Bola (SSB) Salfas Soccer dan Benteng Muda IFA, kehilangan pemain kunci mereka di pekan ke-25.
Benteng Muda IFA tanpa mesin gol Fachrial Samudra pada laga kontra Bina Taruna. Adapun Salfas menghadapi Buperta Cibubur tanpa Rendy Apriyansyah, Faizal, dan Andriano Saputra.
Empat pemain dari dua SSB itu absen karena mengikuti seleksi tim nasional pelajar U-15 di Bandung, Jawa Barat.
Selama ini, Rendy mengambil peran penting di lini tengah Salfas. Pemain terbaik Liga Kompas pada November 2018 itu merupakan pengatur permainan Salfas. Tanpa Rendy, serangan yang dibangun pemain Salfas pun kurang bertaji. Salfas pun ditahan imbang oleh Buperta Cibubur.
Tidak banyak perubahan atau eksperimen yang dilakukan Pelatih Salfas Soccer Irwan Salam untuk mengantisipasi hilangnya Rendy. Irwan meminta pemain membangun serangan dari sisi sayap dengan mengandalkan pemain yang punya kecepatan.
Adam yang mengisi posisi Rendy belum mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Akibatnya, serangan Salfas mudah dibaca pemain belakang Buperta Cibubur.
Pemain serang Salfas, Satria Putra, menyampaikan, dirinya merasa kurang mendapatkan dukungan suplai bola dari lini kedua. Umpan-umpan memanjakan yang biasa ia terima dari Rendy kini tidak ada lagi.
Satria terisolasi oleh bek Buperta sehingga kesulitan menciptakan peluang-peluang gol yang berbahaya. ”Absennya Rendy ternyata cukup berpengaruh bagi kami,” ucap Satria.
Di pertandingan lain, Benteng Muda IFA masih mampu memetik tiga poin setelah mengatasi Bina Taruna, 2-1, meskipun ditinggal Fachrial Samudra. Kehilangan sosok pemain serang haus gol membuat Pelatih Benteng Muda Friedo Yuwanto bereksperimen.
Friedo berjudi dengan tidak memasang striker. ”Mau tidak mau kami harus coba strategi baru. Karena Fachrial tidak ada, saya memasang lima pemain tengah tanpa pemain serang di depan,” ujarnya.
Strategi itu baru pertama kali ini diterapkan Benteng Muda IFA selama mengarungi Liga Kompas. Eksperimen Friedo membuahkan hasil.
Pemain belakang Bina Taruna kebingungan menghadapi strategi false nine racikan Friedo. Yardan Yafi yang melihat kebingungan bek Bina Taruna dengan mudah melesakkan gol penentu kemenangan seusai menyambut umpan silang.
”Saya tidak takut mencoba skema baru. Mungkin saja minggu depan saya bereksperimen lagi. Tergantung dengan materi pemain yang ada,” kata Friedo.
Berani mencoba
Tidak hanya Friedo yang berani mencoba bereksperimen. Pelatih Big Stars Babek FA Bonni Safrudin Wijaya juga merotasi sejumlah pemainnya ke posisi baru. Eksperimen itu berbuah kemenangan tipis 1-0 atas Villa 2000.
”Pemain yang dirotasi sempat kaget dengan posisi barunya. Namun, ini demi kebutuhan tim,” kata Bonni. Sementara eksperimen Pelatih SSB Astam Zainal Anwar tak berbuah manis. Astam takluk 1-2 dari Ragunan Soccer School.
Zainal mencoba mengubah gaya pemain timnya ketika membangun serangan yang selalu mengandalkan bola-bola panjang. Ia meminta pemain membangun serangan mulai dari area pertahanan.
Untuk itu, pemain diharapkan lebih berani menguasai bola meski di area pertahanan sendiri. ”Karena bermain bola-bola panjang menurut saya kurang efektif,” ujar Zainal.
Keputusan Zainal itu berjalan kurang mulus pada awalnya. Kiper Astam, Assadel Priambodo salah mengantisipasi operan balik pemain belakang Astam, Fakhrizal Jatmiko. Operan Fakhrizal tidak begitu keras, tapi bola kemudian memantul akibat permukaan lapangan yang tidak rata. Bola pun meluncur ke dalam gawang Astam.
Zainal menyatakan, kesalahan itu adalah pengorbanan yang mesti ia bayar. Ia tidak mempermasalahkan blunder itu karena menganggapnya hal yang wajar dalam proses pembelajaran pemain. "Kalau tidak berani gagal, kapan kami bisa berbenah?" katanya.
Assadel pun tidak terlalu memikirkan blunder itu. Ia siap bangkit di pertandingan berikutnya. Assadel merasa yakin, ia dan rekan-rekannya akan segera terbiasa dengan gaya bermain baru yang diinginkan Zainal.